Liputan6.com, Washington, DC - Semakin banyak orang yang melakukan tindakan bunuh diri dibandingkan sebelumnya, menurut laporan U.S. Centers for Disease Control. Namun, bunuh diri bukan satu-satunya masalah yang dihadapi warga Amerika. World Health Organization (WHO) memperkirakan setiap 40 detik, seseorang di dunia mengakhiri hidupnya.
Para pakar mengatakan kunci pencegahan bunuh diri adalah mendapatkan pertolongan sedini mungkin dan menghilangkan stigma di sekitar penyakit mental dan bunuh diri.
Baca Juga
Dorothy Paugh baru berusia 9 tahun saat ayahnya melakukan bunuh diri.
Advertisement
"Aku anggap hari itu sebagai hari terakhir masa kanak-kanakku," ujarnya. "Karena sejak saat itu, aku tidak lagi memiliki rasa aman."
Ayah Paugh dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Arlington, tempat yang khusus didekasikan untuk para pahlawan perang.
"Penting untukku agar orang tidak menjuluki mereka yang mati karena bunuh diri sebagai pengecut," ujarnya. "Ayahku seorang pemberani. Ia berjuang selama Perang Dunia II dan ... aku rasa ia tidak mampu lagi menanggung beban."
Hampir 50 tahun kemudian, kehidupan Dorothy Paugh terguncang lagi oleh peristiwa bunuh diri lainnya. Demikian seperti dikutip dari VOA Indonesia, Senin (11/6/2018).
"Aku kehilangan putraku di tahun 2012," ujarnya.
"Ini foto favoritku tentang Peter karena ia menunjukkan secercah senyum. Senyumnya sangat bersahaja, tapi sorotan mata birunya sangat tajam. Ia selalu memberi perhatian. Ia memandang dunia dengan penuh kasih, aku rasa."
Setiap tahunnya, sekitar 800Â ribu orang di seluruh dunia kehilangan nyawanya akibat tindakan bunuh diri. Angka itu tidak termasuk jumlah yang tak terhingga dari mereka yang mencoba melakukan tindakan bunuh diri. World Health Organization (WHO) mengatakan satu orang melakukan tindakan bunuh diri setiap 40 detik. Namun dampaknya terhadap keluarga, masyarakat, dan komunitas jauh lebih besar.
"Efek riaknya besar sekali," ujar Paugh. Dampaknya terhadap saudara lelaki, kekasih, aku sendiri, dan ayah dari putraku besar sekali. Kejadian tersebut sangat mengguncang dan butuh bertahun-tahun bagi kami untuk dapat pulih ... untuk menemukan kembali pijakan."
Â
Saksikan video pilihan berikut ini:
Dapat Dicegah
Meskipun demikian, para pakar mengatakan tindakan bunuh diri dapat dicegah apabila pemerintah menciptakan kebijakan untuk mencegah penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan terlarang, membuat perlindungan terhadap penyalahgunaan senjata, menghilangkan stigma terhadap tindakan bunuh diri, dan memberi dukungan pada mereka yang menderita depresi atau penyakit yang menyebabkan depresi.
Paul Gionfrieddo, yang mengepalai Mental Health America, menjadi pendukung perawatan dini saat putranya mulai terjangkit penyakit mental.
"Tindakan bunuh diri adalah stadium empat untuk banyak orang yang menderita penyakit mental serius dan, sejujurnya, ini juga stadium empat akhir, kejadian tahap akhir bagi banyak orang dengan berbagai macam penyakit kronis, yang bisa jadi tidak menderita penyakit mental," ujar Gionfrieddo.
Karena pengalamannya, Paugh menjadi seorang pendukung untuk pencegahan tindakan bunuh diri.
"Apabila kita pikir seseorang sedang dalam masalah, tanyakan langsung pada mereka apakah mereka berpikir untuk melakukan tindakan bunuh diri," ujar Paugh. "Percakapan ini mungkin bukan sesuatu yang nyaman, tapi jauh lebih nyaman daripada menghadiri acara pemakaman. Itulah harapanku dan tujuanku berbicara tentang masalah bunuh diri – sehingga orang-orang tahu tindakan itu dapat dicegah."
Para pakar kesehatan mental mengatakan upaya untuk mengidentifikasi kesehatan mental akan dapat membantu orang untuk mendapatkan perawatan sebelum masalah depresi mereka menjadi sangat parah. Rekomendasi-rekomendasi lainnya termasuk menghilangkan stigma sosial yang dikaitkan dengan penyakit mental dan membuat perawatan penyakit mental lebih tersedia secara luas.
Advertisement