Liputan6.com, Jakarta - Hujan meteor Orionid akan mencapai tingkat maksimum pada 21 Oktober 2018. Sementara itu, astronom mengatakan, fenomena bintang jatuh tersebut kemungkinan akan terlihat setiap malam, terhitung tanggal 16 hingga 30 Oktober.
Hujan meteor tahunan muncul ketika Bumi melewati aliran puing yang ditinggalkan oleh komet dan asteroid.
Advertisement
Baca Juga
Seperti potongan puing-puing seukuran kerikil bertabrakan dengan Bumi, sampah antariksa ini akan terbakar di ketinggian sekitar 70 hingga 100 km dan muncul sebagai bintang jatuh.
Dengan menentukan kecepatan dan arah meteor terhadap pergerakan Bumi, astronom kemungkinan bisa mencari jejak meteor melalui Tata Surya dan mengidentifikasi asal kedatangannya.
Dikutip dari Sky.org, Rabu (17/10/2018), benda langit yang bertanggung jawab menciptakan hujan meteor Orionid adalah komet Halley.
Mengamati Prospek
Tingkat maksimum meteor yang diharapkan dapat terlihat adalah sekitar 25 per jam (Zenithal Hourly Rate atau disingkat ZHR) --jumlah meteor yang bisa dilihat per jam.
Namun, hal tersebut bisa diungkapkan jika langit berada dalam kondisi yang sangat gelap dan pancaran hujan meteor berada tepat di atas kepala. Dalam praktiknya, jumlah meteor yang cenderung dapat disaksikan dapat dihitung dari rumus ZHR.
Dari New Delhi, pancaran hujan meteor akan muncul 20 derajat di atas ufuk timur pada tengah malam. Ini berarti, masyarakat India mungkin hanya melihat sekitar 8 meteor per jam, karena pancaran sinar meteor menjadi rendah di langit dan mengurangi kemungkinan manusia untuk melihatnya.
Radiasi hujan meteor Orionid berada di sekitar kenaikan 6 jam 20 menit, deklinasi 15°N. Semua meteor akan tampak melakukan perjalanan langsung keluar dari titik ini. Berikut sketsanya:
Bulan --satelit alami Bumi-- akan berusia 12 hari pada saat puncak hujan meteor, dan karena kedekatannya dengan Bulan Purnama, maka fenomena ini akan sangat membatasi pengamatan.
Â
Saksikan video pilihan berikut ini:
Bagaimana Cara Menyaksikan Hujan Meteor Orionid?
Sementara itu menurut Express, para astronom yakin Anda dapat menyaksikan hingga 20 meteor melintas di langit setiap jam.
"Hujan meteor tahunan ini dimulai sekitar awal Oktober dan berlangsung hingga minggu pertama bulan November," kata Dr Edward Bloomer, seorang ahli astronomi di Royal Observatory Greenwich.
"Tahun ini, hujan meteor diprediksi akan intens terjadi pada malam 21 Oktober dan 22 Oktober. Selama dua hari itu, Bumi akan bergerak melalui sumber meteor Orionid -- jalur orbit komet Halley," lanjutnya.
Bagaimana Cara Terbaik Melihat Hujan Meteor Orionid?
Meteor mungkin akan sulit ditemukan di langit karena kemunculan rembulan. Edward mengatakan, Bulan Purnama akan memuncak pada 24 Oktober.
"Meteor akan terlihat rendah di cakrawala, semakin menghambat upaya Anda untuk menyaksikannya. Bintang jatuh itu akan memancar dari titik di Constellation Orion, yang merupakan asal nama mereka," ungkap Edward.
Untuk mendapatkan peluang terbaik dalam menyaksikan hujan meteor Orionid, Anda harus menemukan lokasi yang sangat gelap dan nyaman, jauh dari sumber cahaya dan dengan pandangan yang tidak terhalang dari cakrawala.
"Pencemaran cahaya di daerah perkotaan membuat Anda sulit untuk menemukan apa pun di langit," tegas Edward.
Jika Anda berencana untuk menonton hujan meteor di luar ruangan, Anda harus memberikan pelatihan terhadap mata Anda, antara 20 dan 30 menit, untuk menyesuaikan diri dengan kegelapan.
Apa Itu Meteor Orionid?
Meteor Orionid adalah potongan-potongan puing kosmik yang dipatahkan dari komet Halley. Setiap tahun, antara 2 Oktober dan 7 November, orbit Bumi melintasi jalur orbit Halley, menerobos ke puing-puing ini.
Meteor Orionid meledak ke atmosfer Bumi dengan kecepatan sangat tinggi, yaitu sekitar 150.000 mph (66,9 km per detik).
Di sisi lain, komet Halley juga menjadi penyeebab munculnya hujan meteor tahunan lainnya, seperti Eta Aquariids pada bulan Mei.
Advertisement