Liputan6.com, Washington DC - Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan Sabtu 17 November malam bahwa "terlalu dini" untuk menyimpulkan apakah Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman (MBS), berada di balik pembunuhan kolumnis Washington Post Jamal Khashoggi.
Itu merupakan komentar terbarunya dalam menyikapi berbagai laporan berita yang menyebut, Badan Intelijen AS (CIA) telah menyimpulkan bahwa Pangeran MBS terlibat langsung dalam pembunuhan jurnalis Saudi tersebut.
Advertisement
Baca Juga
Tapi, Trump juga tak menutup kemungkinan jika MBS mungkin benar-benar terlibat.
"Mereka (CIA) belum mengakses apapun, terlalu dini. Laporan itu sangat prematur," kata Trump seperti dikutip dari ABCnews.go.com, Minggu (18/11/2018).
"Tapi itu (keterlibatan MBS dalam pembunuhan Khashoggi) mungkin saja. Kita akan melihatnya," ujarnya seraya menambahkan bahwa pemerintah AS akan merilis "laporan lengkap" atas kasus itu pada Selasa 20 November mendatang.
Komentar Trump mengemuka pada waktu yang sama ketika Kementerian Luar Negeri AS menyatakan bahwa Washington DC belum mencapai kesimpulan akhir mengenai pembunuhan jurnalis Arab Saudi, Jamal Khashoggi.
Pernyataan dari Kemlu AS juga ditujukan untuk menyikapi berbagai laporan bahwa CIA menyebut Pangeran Saudi Mohammed bin Salman memerintahkan pembunuhan Khashoggi.
"Berbagai laporan baru-baru ini yang mengisyaratkan bahwa pemerintah AS telah membuat kesimpulan adalah tidak akurat," jelas sebuah pernyataan yang dirilis Kemlu AS, seperti dikutip dari VOA Indonesia.
Kendati demikian, Trump pada Sabtu 17 November, telah mendapat penjelasan dari Direktur CIA Gina Haspel dan Menteri Luar Negeri Mike Pompeo mengenai "laporan CIA" yang dimaksud.
"Trump sangat yakin dengan laporan CIA," jelas Juru Bicara Kepresidenan, Sarah Sanders.
Laporan The Washington Post soal Kesimpulan Akhir CIA
Surat kabar The Washington Post melaporkan, Badan Intelijen Amerika Serikat (CIA) telah menarik kesimpulan bahwa Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman merupakan dalang di balik kematian jurnalis, Jamal Khashoggi.
Dikutip dari laman The Washington Post, Sabtu 17 November, CIA meyakini jika perintah pembunuhan berasal dari MBS, meski pihak Arab Saudi mengklaim bahwa sang pangeran tidak pernah terlibat dalam kematian Khashoggi.
Keyakinan CIA menarik kesimpulan tersebut berdasarkan sejumlah bukti. Di mana, ada agen intelijen Arab Saudi yang beranggotakan 15 orang datang ke Istanbul, Turki pada hari yang sama dengan kematian Jamal Khashoggi.
Jurnalis yang dikenal vokal dalam menyampaikan pendapat itu kemudian diduga dibunuh di konsulat Arab Saudi di Turki saat dirinya hendak mengurus dokumen penikahan.
Tak hanya itu, kesimpulan tersebut didapat oleh CIA setelah menggali berbagai sumber, termasuk sambungan telepon antara Jamal Khashoggi dengan saudara kandung MBS yang juga menjabat sebagai Dubes Arab Saudi untuk Amerika Serikat, Khalid bin Salman.
Lewat sambungan telepon itu, Khalid bin Salman memerintahkan Khashoggi untuk terbang ke konsulat Saudi di Turki guna mengambil sejumlah dokumen yang dibutuhkan.
Dalam percakapan itu pula, duta besar pihaknya menjamin keamanan Khashoggi saat tiba di konsulat yang ada di Turki.
Tidak jelas apakah Khalid tahu bahwa Jamal Khashoggi akan dibunuh. Namun yang jelas, ia menelepon Khashoggi atas perintah sang Putra Mahkota.
Rangkaian bukti ini meyakinkan CIA untuk menarik kesimpulan bahwa Mohammed bin Salman merupakan dalang dan memegang peran penting dalam kematian Jamal Khashoggi.
Seorang sumber mengatakan kepada The Washington Post: "Tak mungkin hal ini terjadi tanpa sepengetahuan atau keterlibatan dari dirinya (Putra Mahkota)."
Seorang pejabat CIA mengatkan bahwa MBS sebenarnya adalah 'teknokrat yang baik", meski begitu ia juga menganggap jika Putra Mahkota juga orang yang arogan dan mudah berubah sikap.
Sementara itu, pihak Arab Saudi menyebut, klaim tersebut salah dan bersikukuh bahwa putra mahkota tak tahu menahu terkait pembunuhan Jamal Khashoggi.
Simak video pilihan berikut:
Bantahan dari Khalid bin Salman
Duta Besar Arab Saudi untuk Amerika Serikat, Khalid bin Salman yang juga adik dari Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS) membantah segala tudingan yang dilemparkan oleh Badan Intelijen Amerika Serikat (CIA) atas kematian Jamal Khashoggi.
Lewat cuitan dari akun Twitter pribadinya, Khalid bin Salman mengatakan jika kontak terakhirnya dengan Jamal Khashoggi terjadi pada tanggal 26 Oktober 2017.
As we told the Washington Post the last contact I had with Mr. Khashoggi was via text on Oct 26 2017. I never talked to him by phone and certainly never suggested he go to Turkey for any reason. I ask the US government to release any information regarding this claim.
— Khalid bin Salman خالد بن سلمان (@kbsalsaud) November 16, 2018
Ia juga mengatakan bahwa tidak pernah berbicara dengan jurnalis tersebut dan tak pernah memintanya untuk datang ke Turki. Karena tidak terima, Khalid meminta agar pihak AS merilis informasi terkait klaim ini.
Unfortunately the @washingtonpost did not print our full response. This is a serious accusation and should not be left to anonymous sources. Our full response was the following: pic.twitter.com/vo1JcNAswx
— Khalid bin Salman خالد بن سلمان (@kbsalsaud) November 17, 2018
Lebih jauh Khalid Salman menyesalkan Washington Post karena tidak memuat tanggapan lengkap terhadap tuduhan serius itu.
Advertisement