Liputan6.com, New Delhi - Dua orang pria yang dituduh menganiaya seorang wanita berusia 20 tahun di India Utara, dilaporkan membakar sang korban. Insiden itu terjadi dua hari setelah mereka dilaporkan ke polisi.
Beberapa aktivis mengatakan bahwa wanita yang nahas itu telah berjuang memenangkan tuntutan atas serangan seksual, di tengah ketidakpekaan polisi yang menanganinya.
Dikutip dari The Straits Times pada Selasa (4/12/2018), korban wanita sedang berada di sebuah ladang dekat rumahnya di Distrik Sittapur, Uttar Pradesh, ketika dua pria --yang merupakan tetangga sekaligus kerabat-- menemuinya dan berusaha menyeretnya pergi.
Advertisement
Tubuh korban, menurut laporan saksi mata, sempat digerayangi dengan paksa.
Saat ditarik pergi, korban menggigit tangan salah seorang pelaku, dan berhasil melarikan diri setelahnya. Di hari yang sama, ayahnya langsung mengajukan laporan atas pelecehan seksual kepada polisi wilayah Uttar Pradesh.
Baca Juga
Ketika tidak ada tindak lanjut dari laporan yang diajukan, keluarga korban kembali mengajukan keluhan serupa ke kepolisian pusat India.
"Kami menunggu polisi datang untuk mencari informasi sepanjang hari tetapi tidak ada yang datang," kata Vinod Kumar, saudara kandung laki-laki korban.
Keesokan harinya, kedua pria itu kembali ke ladang tempat korban bekerja, lalu menyiramkan minyak tanah dan membakarnya di tempat, kata inspektur polisi setempat Prabhakar Chaudhary.
Korban dikabarkan menderita luka bakar hingga 40 persen di hampir sekujur tubuhnya, dan kini masih dirawat di rumah sakit.
Selain menangkap para pelaku, polisi setempat juga menetapkan sanksi skors pada tiga orang anggotanya yang dinilai lalai menangani kasus tersebut.
Setelah kasus pemerkosaan berkelompok yang menghebohkan publik pada 2012 silam, pemerintah India meresmikan kebijakan pengadilan langsung dan undang-undang yang lebih keras terhadap pelaku pelecehan seksual, termasuk hukuman mati.
Namun, hal tersebut masih belum bisa menguak jumlah sesungguhnya dari kasus pelecehan seksual terhadap wanita di India. Beberapa pengamat mengatakan bahwa arsip kepolisian yang dibuka ke publik baru menunjukkan sekitar sepertiga kasus yang terjadi dalam satu dekade terakhir.
Kelompok-kelompok hak asasi manusia telah menuduh polisi India tunduk pada tekanan politisi lokal untuk mengubur penyelidikan. Dalam beberapa kasus, penyelidikan serangan seksual telah menguap karena sikap apatis polisi, kata aktivis.
Simak video pilihan berikut:
Wanita Rawan Mengalami Kekerasan di Rumah
Sementara itu, laporan terbaru PBB menunjukkan bahwa lebih dari setengah wanita yang dibunuh di seluruh dunia pada tahun lalu, merupakan korban kekerasan dari pasangan atau anggota keluarga mereka.
Hal tersebut menjadikan rumah sebagai tempat paling berbahaya bagi seorang wanita, kata sebuah studi yang dirilis pada 25 November.
Dalam statistik yang dirilis pada Hari Internasional untuk Penghapusan Kekerasan terhadap Wanita, Kantor PBB untuk Obat-Obatan dan Kejahatan (UNODC) menghitung bahwa dari total 87.000 kasus pembunuhan wanita di seluruh dunia pada 2017, sekitar 50.000 (58%) dilakukan oleh para korban mitra intim atau anggota keluarga.
Dikutip dari Channel News Asia, sekitar 30.000 kasus pembunuhan wanita (34%) dilakukan oleh pasangan intim.
"Jumlah ini menandakan, sekitar enam wanita dibunuh setiap jam oleh orang yang mereka kenal," kata badan yang bermarkas di Wina itu.
"Secara keseluruhan, ditilik dari data terkait, sebagian besar (sekitar 80 persen) korban pembunuhan di seluruh dunia adalah pria, tetapi wanita terus membayar harga tertinggi sebagai akibat dari ketidaksetaraan gender, diskriminasi dan stereotip negatif," kata kepala UNODC Yury Fedotov.
"Mereka juga yang paling mungkin dibunuh oleh pasangan intim dan keluarga ... menjadikan rumah sebagai tempat paling berbahaya bagi seorang wanita," lanjutnya.
UNODC menghitung bahwa tingkat korban pembunuhan wanita secara global mencapai sekitar 1,3 orang per 100.000 penduduk wanita.
Advertisement