Citra Satelit Menguak Penumpukan Alutsista Rusia dekat Ukraina, Pertanda Perang?

Citra satelit menunjukkan, Rusia tengah melakukan penumpukan alutsista militer di dekat Ukraina

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 17 Des 2018, 20:20 WIB
Diterbitkan 17 Des 2018, 20:20 WIB
Jelang Pemilihan Presiden Rusia, Kampanye Vladimir Putin Dihadiri 130 Ribu Orang
Ilustrasi Bendera Rusia (AFP/Kirill Kudryavtsev)

Liputan6.com, Kiev - Berbagai citra satelit yang dirilis oleh lembaga analis pertahanan baru-baru ini menunjukkan bahwa Rusia diduga tengah melakukan penumpukan alutsista militer di dekat Ukraina sejak beberapa bulan terakhir.

Laporan tersebut menjadi sinyal bagi Ukraina soal dugaan merupakan persiapan invasi Rusia ke negara beribukota Kiev itu, demikian seperti dilansiri The New York Times, 15 Desember 2018.

Sementara kehadiran militer Rusia di sepanjang perbatasan Ukraina telah menjadi fakta yang tidak terbantahkan sejak konflik Krimea pecah pada 2014, beberapa analis telah mempertanyakan karakterisasi penumpukan terbaru alutsista Negeri Beruang Merah sebagai potensi konflik terbuka di Ukraina timur.

Pantauan yang dirilis lembaga studi politik Penta di Kiev --yang menggunakan citra satelit komersial pada Oktober 2018-- menunjukkan barisan tank dan kendaraan lapis baja pengangkut personel di dua situs di Rusia selatan, dan pesawat transportasi militer diparkir di pangkalan udara di Dshankoi, Krimea.

Jet Il-76 tiba di lapangan terbang yang sama. Bulan lalu, media berita Rusia melaporkan penyebaran baru rudal anti-pesawat jarak jauh S-400, di situs tersebut.

Sedangkan barisan tank tempur itu, yang merupakan tipe T-72, diparkir di sebuah depot di Kamensk-Shakhtinsky, sebuah kota sekitar 12 mil timur dari bagian perbatasan Ukraina yang sudah dikuasai oleh separatis pro-Rusia.

"Di sini kami melihat konsentrasi persenjataan Rusia di perbatasan (Rusia-Ukraina) ... Itu bukan sekedar latihan rutin," kata Volodymyr V. Fesenko, direktur lembaga studi politik Penta di Kiev, mengatakan dalam sebuah wawancara telepon, menggemakan kembali kekhawatiran yang diangkat oleh pejabat Ukraina pascainsiden maritim terbaru di Krimea.

Bulan lalu Presiden Ukraina Petro Poroshenko mengumumkan darurat militer di wilayah perbatasan, setelah Rusia menembak dan menyita kapal Ukraina di Laut Azov, Selat Kerch, Krimea pada pertengahan November 2018. Poroshenko juga mengatakan Rusia telah menempatkan 80.000 pasukan di dekat perbatasan Ukraina.

Citra satelit yang diduga menunjukkan penumpukan alutsista Rusia di Valuyki, Rusia Selatan dekat perbatasan Ukraina (Google Earth Supplied)

Direktur dinas intelijen Ukraina juga mengatakan Rusia mungkin akan menginvasi pada Sabtu 16 Desember selama pertemuan para pemimpin gereja yang direncanakan di Kiev untuk membahas perpecahan gereja Ortodoks Ukraina dan Rusia.

Perselisihan gereja "bisa menjadi dalih untuk invasi militer terbuka," kata kepala intelijen, Vasyl Hrytsak beberapa hari sebelumnya. Namun lewat Sabtu 16 Desember, tidak ada invasi yang dimulai.

Perbatasan tenggara Rusia dengan Ukraina, yang merupakan hamparan ladang gandum, padang rumput dan rawa-rawa yang kumuh di delta Sungai Don, telah menjadi wadah kegiatan militer selama bertahun-tahun. Sehingga, tidak jelas apa yang sebenarnya disebut pejabat Ukraina sebagai perkembangan baru.

"Sangat sulit untuk memverifikasi laporan itu, dan sangat sering kita tidak tahu apa yang kami coba verifikasi atau cari," Anna Arutunyan, analis senior dari International Crisis Group, mengatakan dalam sebuah wawancara telepon. Jumlah itu bisa merujuk pada pasukan yang secara teratur berbasis di seluruh Rusia selatan, dekat perbatasan Ukraina.

Citra satelit yang diduga menunjukkan penumpukan tank Rusia di Kamensk, Rusia Selatan dekat perbatasan Ukraina (Google Earth Supplied)

Tetapi tuduhan penumpukan, katanya, bisa menjadi "ramalan yang terpenuhi dengan sendirinya" jika Rusia menanggapi deklarasi darurat militer Ukraina yang diumumkan Presiden Poroshenko dengan mengirimkan bala bantuan ke perbatasan. Televisi Ukraina telah menunjukkan pasukannya terbang dalam pesawat transportasi dari Ukraina barat ke wilayah timur lebih dekat ke Rusia.

Pada Kamis 13 Desember, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, menuduh Ukraina membangun pasukan dan mengatakan militernya merencanakan "provokasi bersenjata" terhadap Republik Rakyat Donetsk, salah satu dari dua wilayah separatis yang didukung Rusia.

Tentara Ukraina, kata Zakharova, telah "memusatkan kelompok militer" untuk melakukan serangan. Zakharova mengatakan bahwa Presiden Poroshenko merencanakan serangan untuk meningkatkan peluangnya dalam pemilihan presiden di Ukraina yang dijadwalkan untuk bulan Maret.

Hingga saat ini, berbagai retorika militer yang dikemukakan kedua negara tak terjadi.

 

Simak video pilihan berikut:

 

Presiden Ukraina Kencangkan Pertahanan

Presiden Ukraina Petro Poroshenko (AP/Efrem Lukatsky)
Presiden Ukraina Petro Poroshenko (AP/Efrem Lukatsky)

Presiden Ukraina, Petro Poroshenko, memerintahkan garda pasukan cadangan militer nasionalnya untuk berlatih dan bersiap, sebagai respons atas ketegangan terbaru dengan Rusia terkait insiden pada akhir bulan lalu di Krimea yang disengketakan.

Hal itu disampaikan oleh Poroshenko pada Senin 3 Desember 2018, yang menambahkan bahwa negaranya perlu meningkatkan pertahanan guna mengantisipasi ancaman invasi Rusia, demikian seperti dikutip dari Time.com, Selasa (4/12/2018).

Perintahnya itu mengemuka setelah Poroshenko mengatakan lewat Twitter pada Sabtu 1 Desember lalu bahwa "Militer Rusia memiliki sekitar 80.000 pasukan, 1.400 artileri dan sistem rudal, 900 tank, 2.300 kendaraan lapis baja, 500 pesawat terbang, dan 300 helikopter yang semuanya ditempatkan di wilayah Ukraina di Donbas dan Krimea 'yang sementara ini diduduki Rusia'," demikian seperti dikutip dari Newsweek.

Ukraina juga menuduh Rusia memblokade pelabuhannya di Laut Azov dan mendesak Jerman dan sekutu Barat lainnya untuk meningkatkan kehadiran angkatan laut mereka di Laut Hitam untuk membantu mencegah Rusia dari agresi lebih lanjut.

Di sisi lain, juru bicara untuk Presiden Rusia Vladimir Putin, Dmitry Peskov, menepis klaim Poroshenko sebagai "upaya absurd untuk menimbulkan ketegangan."

"Tuduhan terhadap Rusia tidak memiliki dasar apa pun," katanya. Baca selengkapnya...

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya