Liputan6.com, Canberra - Polisi negara Australia berhasil menahan lima orang yang diduga terlibat dalam sindikat pencurian susu formula bayi senilai 1 juta dolar Australia.
Susu formula sebanyak itu hendak diperdagangkan dalam pasar gelap di China, sebagaimana dikutip dari ABC Indonesia pada Senin (21/1/2019).
Advertisement
Baca Juga
Proses penyelidikan kasus ini telah dilakukan sejak Februari 2018 silam, pasca terjadinya serangkaian kasus pencurian.
Otoritas kepabeanan Australia berhasil menahan seorang pria berusia 31 tahun bagian dari terduga sindikat, ketika ia mendarat di Bandara Sidney dari China, Sabtu pagi (19/1/2019).
Tuduhan dijatuhkan pasca pemeriksaan yang dilakukan oleh petugas terhadap koper yang dibawa oleh pria tersebut.
Sebelumnya, pada Agustus tahun 2018 silam, kepolisian New South Wales telah menemukan 4000 kaleng susu formula dalam pemeriksaan di dua rumah kawasan Carlingford.
Selain susu formula, polisi juga menemukan vitamin, madu manuka, dan uang lebih dari 20 ribu dolar Australia.
Hingga saat ini, secara keseluruhan polisi telah menahan lima orang yang diduga mendapatkan keuntungan dari hasil kejahatan tersebut.
Detective Superintendent Daniel Doherty mengatakan penyelidikan akan terus berlanjut.
"Ini merupakan penyelidikan yang seksama." ujarnya.
"Polisi akan terus mencari mereka yang berusaha mendapatkan uang dengan cepat, namun merugikan orang lain," pungkas Doherty.
Â
Simak video pilihan berikut:
Skandal Kebutuhan Balita di China
Skandal susu formula yang melibatkan pasaran China bukanlah kali pertama terjadi.
Pada 2008 silam, ratusan anak di China dilaporkan mengalami keracunan akibat susu formula tersebut.
Sementara itu, beberapa waktu lalu juga terjadi skandal kebutuhan pokok bayi di Provinsi Jiangsu, China, yang berupa vaksin polio kedaluwarsa. Dari kasus tersebut seratusan anak terkontaminasi.
Akibatnya tiga pejabat diberh-entikan secara tidak hormat, sebagaimana dikutip dari The Straits Times.
Otoritas setempat menemukan bahwa 14 anak telah menerima vaksin kedaluwarsa pada periode 11 Desember 2018 hingga 7 Januari 2019, mengutip sumber pemerintah China.
Advertisement