Sekjen PBB Imbau agar Pasukan Asing Tak Campur Tangan di Venezuela

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres berharap tidak ada pasukan asing yang masuk ke Venezuela.

oleh Liputan6.com diperbarui 07 Feb 2019, 10:03 WIB
Diterbitkan 07 Feb 2019, 10:03 WIB
Demonstran mengenakan benedera Venezuela di kepalanya dalam aksi protes mendesak pengunduran diri Nicolas Maduro (AFP/Juan Baretto)
Demonstran mengenakan benedera Venezuela di kepalanya dalam aksi protes mendesak pengunduran diri Nicolas Maduro (AFP/Juan Baretto)

Liputan6.com, New York - Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres berharap tidak ada pasukan asing yang masuk ke Venezuela. Sebab, katanya, masa-masa intervensi pihak asing di Amerika Latin sudah lama berlalu.

Guterres mengemukakan kepada VOA di New York, Selasa, 5 Februari 2019, ia senang karena demonstrasi pada Sabtu, 2 Februari 2019 lalu berjalan tanpa kekerasan.

Sekjen PBB juga dengan tegas mengimbau agar menghindari semua bentuk kekerasan yang tidak ada gunanya dan tidak menguntungkan siapa pun, demikian seperti dikutip dari VOA Indonesia, Rabu (6/2/2019).

Presiden Donald Trump menegaskan militer Amerika merupakan opsi bagi Venezuela, tetapi tidak merinci situasi apa yang akan membuatnya memutuskan untuk mengerahkan pasukan.

Guterres mengatakan ia menawarkan jasa-jasa baik kepada kedua pihak di Venezuela. Tapi dia sendiri tidak yakin pemilihan baru bisa berjalan lancar. Katanya, tergantung pada bangsa Venezuela untuk merundingkan penyelesaian.

Sementara itu, Paus Fransiskus mengatakan pada Selasa 5 Februari 2019 bahwa Vatikan siap membantu merundingkan suatu penyelesaian apabila diminta oleh kedua pihak di Venezuela.

 

Simak video pilihan berikut:

Nicolas Maduro Minta Paus Fransiskus Jadi Mediator Krisis Venezuela

Presiden Venezuela Nicolas Maduro (AP/Ariana Cubillas)
Presiden Venezuela Nicolas Maduro (AP/Ariana Cubillas)

Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengatakan telah menulis surat kepada Paus Fransiskus, memintanya untuk memediasi krisis politik di negara Amerika Selatan itu.

"Saya telah menulis surat kepada Paus Fransiskus yang mengatakan bahwa saya melayani tujuan Kristus," kata Maduro, yang menyatakan dirinya seorang Katolik yang taat, seperti dikutip dari Punch Nigeria, Selasa (5/2/2019).

"Dengan semangat ini, saya memintanya untuk membantu kami dalam proses memfasilitasi dan memperkuat dialog," tambah Maduro, menyebutkan upaya mediasi lainnya oleh Meksiko, Uruguay, Bolivia, dan lainnya.

"Saya meminta Paus untuk menawarkan upaya terbaiknya, kehendaknya, untuk membantu kita di jalur dialog ini. Saya berharap kita akan mendapat jawaban positif (darinya)," kata Maduro.

Juga, Maduro mengatakan dia tidak bisa mengesampingkan kemungkinan perang saudara karena meningkatnya tekanan terhadapnya yang mendesak agar dia mundur dari kursi kekuasaan.

Pemimpin Gereja Katolik Dunia, Paus Fransiskus, mengaku khawatir akan terjadi pertumpahan darah di Venezuela ketika negara itu bersiap menghadapi protes baru selama sepekan terhadap presidennya, Nicolas Maduro.

Berbicara di pesawat kepausan ketika dia kembali dari kunjungan lima hari ke Panama pada akhir Januari 2019 lalu, Paus Fransiskus mengatakan kepada wartawan: "Pada saat ini, saya mendukung semua orang Venezuela karena mereka adalah orang yang menderita."

"Saya menderita atas apa yang terjadi di Venezuela," tambahnya. "Apa yang membuatku takut? Pertumpahan darah," demikian seperti dikutip dari The Guardian, Selasa 29 Januari 2019.

Paus Fransiskus menolak untuk memihak Juan Guaido, pemimpin oposisi yang menyatakan dirinya sebagai 'presiden interim' Venezuela yang sah.

Kepal Gereja Katolik Dunia itu juga tak mendukung Maduro, yang telah memerintah sebagai presiden Venezuela sejak terpilih setelah kematian Hugo Chavez 2013.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya