400 Militan ISIS Tertangkap Saat Kabur dari Kantong Terakhirnya di Suriah

Sejumlah gerilyawan ISIS dilaporkan telah ditangkap saat mencoba kabur pada malam hari dari kantong terakhirnya di Suriah,

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 07 Mar 2019, 06:28 WIB
Diterbitkan 07 Mar 2019, 06:28 WIB
Ratusan warga sipil dan terduga militan dievakuasi dari Baghuz, Suriah. (AFP)
Ratusan warga sipil dan terduga militan dievakuasi dari Baghuz, Suriah. (AFP)

Liputan6.com, Baghuz - Sekitar 400 gerilyawan ISIS ditangkap saat berusaha melarikan diri dari kantong terakhir yang dimiliki kelompok itu di Suriah, kata seorang milisi yang didukung AS.

Menurut laporan BBC, Rabu (7/3/2019), seorang komandan Syrian Democratic Forces (SDF) atau Pasukan Demokratik Suriah mengatakan para militan ISIS itu ditangkap malam hari, ketika mereka berusaha menyelinap keluar dari Baghuz dengan bantuan penyelundup.

Ratusan militan ISIS lainnya telah menyerah dan dievakuasi dari desa bersama ribuan warga sipil dalam beberapa hari terakhir. Langkah itu terjadi setelah pasukan AS dan SDF meningkatkan upaya pengeboman mereka di Baghuz.

Setelah desa di Baghuz dikuasai, AS dan sekutunya diperkirakan akan secara resmi mendeklarasikan akhir dari penjajahan yang diproklamirkan oleh ISIS di Suriah pada tahun 2014.

Kelompok itu pernah menguasai tanah seluas 88.000 km persegi (34.000 mil), wilayah yang membentang di Suriah dan Irak. Mereka memberlakukan aturan brutal pada hampir delapan juta orang, dan menghasilkan miliaran dolar dari minyak, pemerasan, perampokan, dan penculikan.

Setelah lima tahun menghadapi pertempuran sengit, pasukan lokal yang didukung oleh kekuatan dunia akhirnya dikabarkan telah mengusir ISIS dari semua wilayah, kecuali beberapa ratus meter persegi di dekat perbatasan Suriah dengan Irak.

Jumat 1 Maret lalu, SDF mengatakan telah meluncurkan serangan terakhir pada Baghuz. Mereka menyatakan bahwa tidak ada yang tersisa di desa.

Kendati demikian, setelah serangan udara dan artileri yang intens selama sepekan, pasukan aliansi mengatakan mereka harus memperlambat serangan ke kantong terakhir ISIS di Suriah, alasannya karena sejumlah kecil warga sipil ditahan sebagai perisai manusia.

 

 

Saksikan juga video berikut ini:

Evakuasi Besar-Besaran

Ribuan perempuan dan anak-anak telah dievakuasi sejak Senin 4 Maret 2019 dari Baghuz, Suriah. (AFP)
Ribuan perempuan dan anak-anak telah dievakuasi sejak Senin 4 Maret 2019 dari Baghuz, Suriah. (AFP)

Juru bicara SDF Mustafa Bali mengatakan sekitar 3.000 orang dievakuasi pada hari Senin 4 Maret bersama 3.500 orang lainnya. Sebanyak 500 gerilyawan menyerah sehari setelahnya pada Selasa 5 Maret.

Lima pejuang SDF yang disandera ISIS juga dibebaskan. Kendati demikian Bali mengatakan nasib sandera lainnya - termasuk pastor Italia Paolo Dall'Oglio dan jurnalis Libanon Samir Kassab masih misterius.

Pada Rabu 6 Maret, 2.000 orang lagi dikabarkan meninggalkan Baghuz. Mereka dibawa ke pos pemeriksaan SDF, di mana mereka digeledah, ditanyai dan diberi makanan serta air.

Beberapa wanita yang dievakuasi menyangkal kondisi ISIS yang kian tersudut, meneriakkan "ISIS masih ada" ketika mereka melewati wartawan di garis depan.

Para wanita dan anak-anak dari Baghuz, termasuk banyak orang asing yang melakukan perjalanan ke Suriah dan Irak untuk hidup di bawah pemerintahan ISIS secara bertahap diangkut dengan truk ke kamp yang dikontrol SDF yang diberinama al-Hol.

Sebuah organisasi kemanusiaan memperingatkan pada Rabu 6 Maret bahwa situasi di kamp, ​​tempat lebih dari 50.000 orang telah tiba sejak Desember 2018, "benar-benar luar biasa".

"Banyak yang dalam kondisi sangat lemah atau mengalami cedera yang mengubah hidup. Yang paling rentan adalah banyak wanita hamil dan juga ibu dengan bayi baru lahir," kata Misty Buswell dari Komite Penyelamatan Internasional.

Hingga Senin 4 Maret, setidaknya 90 orang tewas dalam perjalanan ke al-Hol atau tak lama setelah mencapai kamp. D​dua pertiganya adalah bayi dan anak-anak.

Banyak anak-anak tidak memiliki sepatu atau mantel, sementara beberapa keluarga harus tidur di luar karena kurangnya tenda. Hal itu membuat mereka terpapar udara dingin dan diguyur hujan yang membuat kondisi semakin lemah.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya