Liputan6.com, Kiev - Calon presiden petahana Ukraina Petro Poroshenko berdebat dengan podium kosong, gara-gara saingannya Volodymyr Zelensky - bintang TV dan komedian - gagal tampil.
Menurut laporan BBC, Senin (15/4/2019), Poroshenko yang merupakan presiden Ukraina saat ini, debat pilpres dengan podium kosong seorang diri di depan ribuan orang di ibu kota Olympic Stadium, Kiev.
Sejatinya kedua pria itu telah menyetujui debat pilpres yang disiarkan televisi ini pekan lalu, tetapi mereka gagal menyepakati tanggal yang akan dilangsungkan. Meski Zelensky sempat menyatakan lebih menyukai hari Jumat yang akan datang ini, dua hari sebelum mereka saling berhadapan dalam pemilihan putaran kedua.
Advertisement
Poroshenko, yang berada di bawah saingannya setelah memenangkan selisih 16% suara putaran pertama, tampaknya sekarang berharap bisa memanfaatkan kegagalan Zelensky muncul di Stadion Olympiyskiy Kiev dengan tampil di televisi.
Menurut koresponden BBC di Kiev Jonah Fisher, mantan pengusaha itu menginginkan debat untuk mengungkap fakta lawannya - yang tidak memiliki pengalaman politik - tidak pernah benar-benar mengartikulasikan visi politik atau ide-idenya tunduk pada pengawasan.
Dalam debat pilpres tersebut, sang petahana akhirnya menggunakan waktu tunggu selama 45 menit di podium untuk menjawab pertanyaan wartawan, dan menyerang lawannya yang absen.
Poroshenko, yang menurut para kritikus tidak cukup berbuat untuk memerangi isu-isu seperti korupsi di negara Eropa Timur, menjuluki kampanye pemilu sebagai "film bisu", dan menuduh Zelensky takut.
"Jika dia bersembunyi dari orang-orang lagi, jika dia takut, kita akan mengundangnya lagi. Kami akan mengundangnya setiap hari ke setiap pertunjukan langsung untuk seluruh negara untuk melihat siapa yang akan dipilih untuk lima tahun ke depan," katanya kepada kerumunan dan kamera televisi pada saat kedatangannya.
Zelenksy sejauh ini mengabaikan aturan umum seputar kampanye, tidak melakukan aksi unjuk rasa dan memberikan beberapa wawancara - ia lebih suka berkomunikasi melalui media sosial.
Sejauh ini juga tidak jelas apa pandangan politiknya, terlepas dari keinginan untuk menjadi pemimpin Ukraina baru dan berbeda.
Meskipun demikian, pelawak ini menyelesaikan putaran pertama dengan pasti dan memimpin, meraih lebih dari 30% suara, dan masih menjadi favorit sehingga memiliki peluang memenangkan pemungutan suara akhir pekan depan.
Pelawak Ukraina Menang Pilpres Putaran Pertama
Volodymyr Zelensky, seorang pelawak yang menjadi salah satu dari tiga kandidat Presiden Ukraina mendapatkan perolehan terbesar dalam pemilu.
Menurut hasil sementara yang diterbitkan oleh Komisi Pemilihan Umum setempat, ia mendapatkan 30,3 persen suara. Adapun petahana, Presiden Petro Poroshenko, hanya mendapatkan 16 persen; dengan mantan Perdana Menteri Yulia Tymoshenko hanya menyabet 13,4 persen.
Persentase tersebut dikeluarkan pasca-penghitungan 90 persen suara yang masuk, mengutip CNN pada Selasa 2 April 2019.
Adapun pemilihan putaran kedua berpotensi dilakukan pada 21 April mendatang, apabila tidak ada kandidat yang mencapai ambang batas 50 persen. Diprediksi Zelensky akan bertarung melawan Presiden Poroshenko jika putaran kedua dilangsungkan.
Dalam suatu kesempatan, Zelensky, mengucapkan terima kasih kepada warga negara yang telah memilihnya.
"Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua warga Ukraina yang memilih bukan hanya untuk bersenang-senang," katanya.
Untuk diketahui, Zelensky adalah seorang pelawak yang pernah membintangi "Servant of the People." Dalam serial televisi tersebut, yang saat ini telah ditayangkan di Netflix, ia berperan sebagai guru sekolah yang beralih profesi menjadi presiden Ukraina.
Dalam kontestasi politik Ukraina, Zelensky digambarkan sebagai orang populis yang tidak memiliki banyak pengalaman politik. Ia sering berkutat pada bisnis, terutama dalam bidang hiburan yang diperkirakan bernilai puluhan juta dollar.
Meski demikian, Zelensky memiliki langkah taktis dalam menanggapi komentar negatif terkait kebijakannya yang dianggap kurang mendalam oleh sebagian pihak. Ia telah memilih beberapa teknokrat sebagai tim penasihatnya.
Di antara teknokrat yang dimaksud adalah mantan menteri keuangan Oleksandr Danylyuk; mantan menteri pengembangan ekonomi dan perdagangan Aivaras Abromavicius; anggota parlemen dan juru kampanye antikorupsi Sergii Leshchenko.
Advertisement
Jika Sang Pelawak Jadi Presiden Ukraina, Apa Kata Rusia?
Perlu diketahui, siapapun yang akan menjadi presiden Ukraina akan berhadapan dengan Rusia di sejumlah kasus sensitif, khususnya Krimea. Rival utama Zelensky, Poroshenko, bahkan terang-terangan akan bermain keras dengan Rusia jika ia terpilih dalam pemilu putaran kedua. Sebuah sikap asertif yang menjadi sorotan sebagian pihak di Ukraina yang menginginkan penyelesaian masalah dengan damai di Krimea.
Sementara itu, saat ditanya terkait permasalahan Krimea, Dubes Rusia mengatakan bahwa negaranya tidak melakukan okupasi militer di wilayah tersebut.
"Krimea tengah mengalami perkembangan yang baik. Pasti ada masalah, namun saat ini sedang berusaha untuk ditangani," kata dubes.
Ia kemudian menjelaskan bahwa terdapat kesamaan sejarah antara negaranya dengan Ukraina, khususnya wilayah Krimea. Bahkan, ia menceritakan kakeknya dulu berjuang sebagai tentara di wilayah itu.
"Secara sejarah kita satu. Begitu pula di masa depan," lanjutnya.
"Kami memiliki keluarga di Ukraina, Ukraina memiliki keluarga di Rusia. Kami siap untuk berdialog dan meningkatkan kerja sama," kata dubes.
Zelensky adalah seorang pelawak yang pernah membintangi "Servant of the People." Dalam serial televisi tersebut, yang saat ini juga telah ditayangkan di Netflix, ia berperan sebagai guru sekolah yang beralih profesi menjadi presiden Ukraina.
Dalam kontestasi politik Ukraina, Zelensky digambarkan sebagai orang populis yang tidak memiliki banyak pengalaman politik. Ia sering berkutat pada bisnis, terutama dalam bidang hiburan yang diperkirakan bernilai puluhan juta dollar.
Meski demikian, Zelensky memiliki langkah taktis dalam menanggapi komentar negatif terkait kebijakannya yang dianggap kurang mendalam oleh sebagian pihak. Ia telah memilih beberapa teknokrat sebagai tim penasihatnya.
Di antara teknokrat yang dimaksud adalah mantan menteri keuangan Oleksandr Danylyuk; mantan menteri pengembangan ekonomi dan perdagangan Aivaras Abromavicius; anggota parlemen dan juru kampanye antikorupsi Sergii Leshchenko.