Ini Cara yang Bisa Anda Lakukan untuk Setop Berita Palsu, Menurut Sains

Beginilah cara Anda dapat menghentikan berita palsu agar tak merasuk pikiran Anda, menurut sains.

oleh Afra Augesti diperbarui 19 Apr 2019, 14:41 WIB
Diterbitkan 19 Apr 2019, 14:41 WIB
HOAX
Ilustrasi hoax (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Kehadiran berita palsu (fake news) di tengah masyarakat modern saat ini menimbulkan ancaman yang semakin besar bagi orang-orang di seluruh dunia.

Hanya secuil berita palsu saja, bahkan mampu mengacaukan ikatan persaudaraan dalam skala besar dan secara ekstrem dapat berdampak pada proses demokrasi, termasuk pemilihan umum (pemilu).

Lantas, apa yang bisa kita lakukan untuk menghindari berita palsu, ketika sebenarnya kita bisa mengecek langsung dari media-media arus utama (mainstream)?

Dari perspektif psikologi, langkah penting untuk menangkal berita palsu adalah memahami mengapa kabar tak benar tersebut bisa merasuk ke dalam pikiran kita.

Kita dapat menjalankan metode itu dengan memeriksa cara kerja memori otak kita dan bagaimana ingatan di otak menjadi terdistorsi. Demikian seperti dikutip dari Science Alert, Jumat (19/4/2019).

Dengan mengpalikasikan sudut pandang ini, maka akan menghasilkan beberapa tips yang dapat Anda gunakan untuk mencari tahu apakah Anda sedang membaca atau membagikan berita palsu --yang mungkin berguna dalam periode pemilu mendatang.

Bagaimana Memori Terdistorsi?

Ilustrasi Otak
Ilustrasi Otak (iStockPhoto)

Berita palsu kerap berkaitan dengan misattribution. Contohnya, kita dapat mengingat sesuatu, tetapi tidak dapat mengingat sumbernya.

Misattribution adalah salah satu alasan mengapa periklanan dikatakan sangat efektif untuk memengaruhi pikiran manusia.

Kita melihat sebuah produk dan merasakan adanya keterikatan yang menyenangkan karena kita mungkin pernah menjumpainya sebelumnya, tetapi gagal mengingat bahwa sumber memori itu berasal dari sebuah iklan yang pernah kita lihat pada jauh-jauh hari.

Satu studi memeriksa berita utama (headline) dari berita palsu yang diterbitkan selama pemilihan presiden Amerika Serikat pada tahun 2016.

Para peneliti bahkan menemukan satu judul yang berbunyi "Donald Trump Sent His Own Plane to Transport 200 Stranded Marines" (berdasarkan klaim yang terbukti salah), isinya sudah cukup untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat Negeri Paman Sam.

Efek ini bertahan setidaknya selama seminggu dan masih ditemukan di dalam memori otak ketika berita utama tersebut disertai dengan peringatan fakta, bahkan saat peserta studi mencurigai ada sesuatu yang salah dalam ingatan mereka.

Menurut ilmuwan, paparan berulang dapat meningkatkan perasaan bahwa informasi yang salah adalah sebuah kebenaran.

Pengulangan yang kita lihat (entah itu kata-kata, pariwara, tayangan televisi, dan lain-lain) bisa menciptakan persepsi konsensus (kesepakatan kata) yang mampu menghasilkan kelupaan (misremembering) kolektif. Fenomena inilah yang dikenal sebagai Efek Mandela.

Orang kreatif yang memiliki kemampuan kuat untuk mengaitkan kata-kata berbeda, sangat rentan mengalami ingatan yang salah (false memory).

Beberapa orang mungkin lebih berisiko daripada orang lain untuk memercayai berita palsu, tetapi faktanya semua manusia berisiko terpengaruh oleh berita palsu.

Kiat untuk Menangkal Berita Palsu

HOAX
Ilustrasi hoax (iStockPhoto)

Cara kerja ingatan kita menunjukkan bahwa ada kemustahilan untuk menolak berita palsu sepenuhnya. Tetapi satu pendekatan yang pas adalah mulailah berpikir seperti seorang ilmuwan.

Misalnya saja mengajukan beberapa pertanyaan terkait berita yang kita terima dengan dimotivasi oleh rasa ingin tahu dan menyadari bias pribadi.

Berikut contoh pertanyaaan-pertanyaan yang dapat diajukan untuk mengetahui apakah berita tersebut kebenarannya valid atau sebaliknya:

1. Apa jenis konten ini?

Banyak orang mengandalkan media sosial dan aggregator (situs web atau program yang mengumpulkan item terkait konten dan menampilkannya atau menautkannya) sebagai sumber utama berita mereka. Dengan merefleksikan apakah informasi yang kita dapatkan adalah berita, opini, atau bahkan humor, ini dapat membantu menggabungkan berita lebih lengkap ke dalam ingatan.

2. Di mana berita itu diterbitkan?

Memperhatikan tentang informasi yang dipublikasikan, sangat penting untuk menyandikan sumber berita ke dalam memori. Jika itu menjadi masalah besar, maka berbagai sumber akan membahasnya.

3. Siapa yang diuntungkan?

Merefleksikan pada 'pihak yang mendapatkan laba' pada konten yang Anda dapatkan, membantu mengkonsolidasikan sumber informasi tersebut ke dalam memori. Cara ini juga dapat menolong kita untuk mencari tahu kepentingan kita sendiri dan apakah bias pribadi kita sedang berperan di dalamnya.

Beberapa orang cenderung terdampak akan isi berita palsu, sebab mereka lebih menerima klaim yang lemah. Tetapi kita dapat lebih mereflektifkan pikiran kita dengan memperhatikan sumber informasi yang kita dapatkan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya