Liputan6.com, Arcadia - Hari ini, tepat 88 tahun silam, ular derik mulai dijual secara komersial dalam bentuk kemasan kaleng.
Adalah George Kenneth End, seorang pria asal Arcadia, negara bagian Florida, yang merasa sangat penasaran dengan potensi komersial dari ular derik.
Padahal, sebagaimana kita ketahui, ular derik adalah salah satu reptil melata yang memiliki bisu paling beracun di dunia, di mana bekas gigitannya akan memicu mati rasa kurang dari 10 menit.
Advertisement
Ide mengkalengkan ular derik telah menjai mimpi liar End sejak lama, demikian Today in History dikutip dari Floridamemory.com pada Selasa (21/5/2019).
Baca Juga
Jauh sebelumnya, End diketahui sering berinteraksi dengan ular derik dalam banyak hal, seperti menjadikannya bagian dari pertunjukan reptil, komoditas hewan eksotis, hingga menjadikannya material fesyen.
End berusaha melakukan cara apapun untuk mendapatkan pundi-pundi uang dari berbisnis ular derik. Dia merasa bangga dan sedikit jumawa karena tidak pernah terkena gigitannya
Hingga suatu ketika, ketika tidak sengaja melewati sebuah restoran yang menyajikan olahan daging aligator di pesisir barat Florida, End berpikir untuk mencicipinya.
Tanpa diduga, rasa dan tekstur daging aligator membuat lidah End bergoyang. Dia menyukainya saat itu juga, dan kemudian berpikir tentang kemungkinan mendapat kenikmatan serupa dari beberapa ular derik yang dipeliharanya.
Sesampai di rumahnya, dia benar-benar melakukan apa yang dipikirkannya, yakni menyembelih seekor ular derik untuk mencicipi rasa dagingnya.
Oleh istrinya, daging ular derik dimasak dengan saus kaldu sapi bertekstur kental, dengan tambahan kentang, wortel, dan seledri yang sekilas membuatnya terlihat seperti goulash, sup daging khas Eropa Timur.
End, sang istri, dan dua orang tetangganya diajak mencicipi masakan ekstrem itu, dan semua mengakui bahwa rasanya luar biasa lezat.
Â
Â
Dimulainya Ide Menyajikan Daging Ular Derik dalam Kaleng
Bersamaan dengan meningkatnya tren makanan kaleng di Amerika Serikat, End pun berpikir untuk mengkomersialkan sup daging ular derik yang pernah dimakannya.
Setelah melakukan uji coba selama beberapa bulan, akhirnya pada 22 Mei 1931, End berhasil menemukan formula tepat untuk produk makanan kalengnya.
Mengusung nama "Genuine Diamondback Rattlesnake with Supreme Sauce", End mengisi makanan kaleng itu dengan komposisi potongan dadu daging ular derik, jamur, selederi, dan siraman saus kaldu sapi bercampur krim kental.
Dalam iklan yang dipasang beberapa koran lokal Florida, End merekomendasikan untuk menyajikan menu ekstrem itu di atas kue cracker atau irisan tipis roti panggang.
End juga memposisikan racikan daging ular derik itu sebagai kudapan lezat untuk pesta koktil yang santai.
Dengan penuh semangat, End juga ikut mempromosikan langsung produk makanan kalengnya itu di hadapan konsumen, dan merayu orang-orang untuk menjadi sosok pertama dalam mencicipi makanan yang diklaimnya "luar biasa" itu.
Intuisi bisnis End terbukti, olahan daging ular derik dalam kaleng itu menuai sukses cukup besar. Bahkan, setahun kemudian, dia berhasil mendirikan sebuah pabrik kecil di pinggiran kota Arcadia.
Pabriknya itu berlokasi tidak jauh dari pesisir Teluk Florida, dekat kota pelabuhan Port Charlotte, yang masih banyak diselimuti oleh semak belukar.
Daerah tersebut menjadi tempat ideal untuk berburu ular derik, yang dilakukan oleh penduduk sekitar untuk diganti dengan uang senilai satu kantung besar gandum.
Dalam setiap satu ekor ular derik, End mampu mengolah dagingnya menjadi 6-7 porsi kaleng seberat 100 gram, yang dibanderol seharga US$ 15 (sekitar Rp 217.000), harga yang termasuk mahal kala itu bagi masyarakat AS.
Advertisement
Disejajarkan dengan Makanan Kaleng Mahal
Berkat keunikan serta kelezatannya, lambat laun racikan daging ular derik itu disejajarkan dengan makanan kalen mahal di eranya, seperti abalone dan udang gala.
Namun, semua berubah pada 27 Juli 1944, ketika Ed tidak sadar tengah menjadi incaran ular derik sepanjang enam kaki (setara 1,8 meter), yang dengan cepat menggigit tangan kanannya, tepat di sela-sela ibu jari dan telunjuk.
Meskipun segera mengolesi luka tersebut dengan anti racun, namun Ed tidak kuasa menahan sakit yang disebabkan oleh bisa tersebut. Sekitar empat jam setelahnya, dia menghebuskan napas terakhir karena serangan saraf ekstrem.
Meninggalnya Ed juga menandai awal kebangkruran bisnis daging ular derik dalam kaleng. Tidak sampai akhir tahun 1944, perusahaan pengalengan terkait resmi mengakhiri produksi terkait, dan menggantinya dengan olahan sarden.
Sementara itu, di tanggal serupa pada 1926, Chiang Kai-Sek menempatkan dasar demokrasi di tengah pergerakan komunis China, dengan mendirikan Partai Kuomintang.
Lalu, tanggal yang sama pada 1939, kepala Nazi Adolf Hitler dan pemimpin fasis Italia, Benito Mussolini, menandatangani "Pakta Besi" di Berlin Jerman, yang bertujuan memperkuat sinergi mereka di Eropa.