Pasokan Air Bersih di 21 Kota Besar India Terancam Menipis Tahun Depan

Sebanyak 21 kota besar di Indonesia diprediksi akan kekurangan air bersih pada 2020 nanti.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 29 Jun 2019, 07:01 WIB
Diterbitkan 29 Jun 2019, 07:01 WIB
Kekeringan, India Dilanda Krisis Air parah
Warga membawa wadah-wadah saat mengantre untuk mengisi air dari truk tangki di Kota Chennai, India, Rabu (19/6/2019). Orang-orang terpaksa mengantre untuk mendapatkan jatah air dari truk-truk tangki yang dioperasikan pemerintah. (AP Photo/R. Parthibhan)

Liputan6.com, Chennai - Sekitar 100 juta orang di seluruh India berada di garis depan krisis air nasional.

Bahkan, menurut laporan oleh lembaga think tank NITI Aayog --yang dikelola pemerintah-- pada 2018, sebanyak 21 kota besar di India terancam kehabisan air tanah pada tahun depan.

Hujan muson yang sangat dibutuhkan baru saja mengguyur beberapa tempat, di tengah gelombang panas yang telah menewaskan sedikitnya 137 orang di musim panas kali ini, demikian sebagaimana dikutip dari CNN pada Jumat (28/6/2019).

Air tanah, yang terus menipis selama bertahun-tahun, tersisa sekitar 40 persen dari target pasokan air nasional India saat ini.

Tetapi, sumber-sumber air lainnya juga mengering, di mana hampir dua pertiga waduk India mengalir di bawah permukaan air normal, kata Komisi Air Pusat negara itu pada bulan Juni.

Perdana Menteri India Narendra Modi, baru-baru ini, membentuk Kementerian Jal Shakti (tenaga air) untuk mengawasi pengelolaan sumber daya air, dan menegaskan kembali janji kampanye pemilunya untuk menyediakan air ledeng ke setiap rumah pedesaan pada 2024.

Tetapi banyak yang takut itu tidak akan cukup.

Mendekati Kondisi Apartheid Iklim

Kekeringan, India Dilanda Krisis Air parah
Kondisi Waduk Puzhal yang mengering di pinggiran Kota Chennai, India, Rabu (19/6/2019). Kota Chennai yang terletak di selatan India mengalami krisis air setelah empat waduk mengering. (AP Photo/R. Parthibhan)

Menurut laporan dewan hak asasi manusia PBB, dunia dengan cepat mendekati "apartheid iklim", di mana hanya orang kaya yang mampu membeli sumber daya dasar dalam menghadapi kekeringan fatal, kelaparan, dan gelombang panas.

Di beberapa tempat di India, bencana telah tiba. Keempat waduk yang memasok air bersih ke kota Chennai, kota terbesar keenam di India, hampir kering.

Ratusan ribu penduduk menunggu dalam antrean setiap hari untuk mengisi ember mereka dari tanker air pemerintah.

Bahkan, layanan publik seperti rumah sakit dan sekolah sedang berjuang mati-matia menghadapi krisis air.

Orang-orang dipaksa untuk mencuci peralatan di air kotor yang sama, dan menghemat beberapa botol air bersih untuk memasak makanan.

Sementara itu, tercatat sebanyak 600 juta orang telah menghadapi kekeringan akut di seluruh India, di mana 200.000 di antaranya meninggal setiap tahun karena pasokan air yang tidak memadai atau tidak aman, menurut laporan NITI Aayog.

Ketika air habis, India mungkin harus menghadapi serangkaian masalah terkait: kerawanan pangan, kerentanan selama gelombang panas, penyakit akibat sanitasi yang buruk, dan konflik regional tentang akses air.

Diprediksi Menyalip China dalam Jumlah Penduduk

Kekeringan, India Dilanda Krisis Air parah
Warga membawa wadah-wadah saat mengantre untuk mengisi air dari truk tangki di Kota Chennai, India, Rabu (19/6/2019). Masyarakat di banyak wilayah India saat ini berusaha bertahan hidup akibat dilanda kekeringan dan krisis air yang parah. (AP Photo/R. Parthibhan)

Sementara itu, India akan menyalip China sebagai negara terpadat di dunia dalam waktu kurang dari satu dekade.

Dan menurut PBB, India akan menambah 416 juta penduduk di perkotaan pada 2050 mendatang.

Urbanisasi yang cepat selama bertahun-tahun, dengan sedikit perencanaan infrastruktur, berarti sebagian besar kota tidak diperlengkapi untuk menangani tekanan populasi tambahan.

Permintaan air akan mencapai dua kali lipat dari pasokan yang tersedia pada tahun 2030, kata laporan PBB, di mana hal itu menempatkan ratusan juta jiwa dalam bahaya.

"Setelah 1990, kota-kota di India berkembang sangat pesat," kata Samrat Basak, direktur Program Sumber Daya Air Perkotaan pada Institut Sumber Daya Dunia.

"Tapi mereka tumbuh tanpa mempertimbangkan dari mana sumber daya itu berasal," lanjutnya prihatin.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya