Liputan6.com, Chennai - Sekitar 100 juta orang di seluruh India berada di garis depan krisis air nasional.
Bahkan, menurut laporan oleh lembaga think tank NITI Aayog --yang dikelola pemerintah-- pada 2018, sebanyak 21 kota besar di India terancam kehabisan air tanah pada tahun depan.
Hujan muson yang sangat dibutuhkan baru saja mengguyur beberapa tempat, di tengah gelombang panas yang telah menewaskan sedikitnya 137 orang di musim panas kali ini, demikian sebagaimana dikutip dari CNN pada Jumat (28/6/2019).
Advertisement
Baca Juga
Air tanah, yang terus menipis selama bertahun-tahun, tersisa sekitar 40 persen dari target pasokan air nasional India saat ini.
Tetapi, sumber-sumber air lainnya juga mengering, di mana hampir dua pertiga waduk India mengalir di bawah permukaan air normal, kata Komisi Air Pusat negara itu pada bulan Juni.
Perdana Menteri India Narendra Modi, baru-baru ini, membentuk Kementerian Jal Shakti (tenaga air) untuk mengawasi pengelolaan sumber daya air, dan menegaskan kembali janji kampanye pemilunya untuk menyediakan air ledeng ke setiap rumah pedesaan pada 2024.
Tetapi banyak yang takut itu tidak akan cukup.
Mendekati Kondisi Apartheid Iklim
Menurut laporan dewan hak asasi manusia PBB, dunia dengan cepat mendekati "apartheid iklim", di mana hanya orang kaya yang mampu membeli sumber daya dasar dalam menghadapi kekeringan fatal, kelaparan, dan gelombang panas.
Di beberapa tempat di India, bencana telah tiba. Keempat waduk yang memasok air bersih ke kota Chennai, kota terbesar keenam di India, hampir kering.
Ratusan ribu penduduk menunggu dalam antrean setiap hari untuk mengisi ember mereka dari tanker air pemerintah.
Bahkan, layanan publik seperti rumah sakit dan sekolah sedang berjuang mati-matia menghadapi krisis air.
Orang-orang dipaksa untuk mencuci peralatan di air kotor yang sama, dan menghemat beberapa botol air bersih untuk memasak makanan.
Sementara itu, tercatat sebanyak 600 juta orang telah menghadapi kekeringan akut di seluruh India, di mana 200.000 di antaranya meninggal setiap tahun karena pasokan air yang tidak memadai atau tidak aman, menurut laporan NITI Aayog.
Ketika air habis, India mungkin harus menghadapi serangkaian masalah terkait: kerawanan pangan, kerentanan selama gelombang panas, penyakit akibat sanitasi yang buruk, dan konflik regional tentang akses air.
Advertisement
Diprediksi Menyalip China dalam Jumlah Penduduk
Sementara itu, India akan menyalip China sebagai negara terpadat di dunia dalam waktu kurang dari satu dekade.
Dan menurut PBB, India akan menambah 416 juta penduduk di perkotaan pada 2050 mendatang.
Urbanisasi yang cepat selama bertahun-tahun, dengan sedikit perencanaan infrastruktur, berarti sebagian besar kota tidak diperlengkapi untuk menangani tekanan populasi tambahan.
Permintaan air akan mencapai dua kali lipat dari pasokan yang tersedia pada tahun 2030, kata laporan PBB, di mana hal itu menempatkan ratusan juta jiwa dalam bahaya.
"Setelah 1990, kota-kota di India berkembang sangat pesat," kata Samrat Basak, direktur Program Sumber Daya Air Perkotaan pada Institut Sumber Daya Dunia.
"Tapi mereka tumbuh tanpa mempertimbangkan dari mana sumber daya itu berasal," lanjutnya prihatin.