Liputan6.com, Den Haag - Sebagian besar warga negara Indonesia mengetahui suku Sunda, yang berasal dari Jawa Barat, dari budayanya yang menjunjung tinggi sopan santun dan sangat menghormati orang tua. Juga bahasa daerah yang diucapkan mereka.
Nilai tersebut dicerminkan dengan karakter masyarakatnya yang ramah, murah senyum dan lembut. Tidak hanya itu, Sunda juga kaya akan kuliner dan kesenian yang khas.
Baca Juga
Dalam rangka melestarikan kebudayaan Indonesia, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Den Haag, Belanda, menyelenggarakan sebuah pameran kebudayan Sunda melalui prosesi adat pernikahan.
Advertisement
KBRI menjadikan pasangan suami istri, seorang pengusaha wanita Indonesia dan suaminya yang WN Belanda, sebagai model dalam kegiatan tersebut.
Promosi kebudayaan yang dibalut dalam pernikahan adat tersebut merupakan kegiatan promosi kebudayaan pertama yang dilaksanakan selama KBRI Den Haag berdiri.
Acara ini pun disebut mampu menarik antusiasme tinggi masyarakat Belanda dan perwakilan banyak negara yang berada di Negeri Kincir Angin. Demikian seperti keterangan tertulis KBRI Den Haag yang diterima Liputan6.com pada Senin (1/7/2019).
Meskipun terik matahari kegiatan yang diselenggarakan pada Sabtu, 29 Juni 2019 itu, namun hal tersebut tidak mengurangi keseruan para tamu untuk saling bersosialisasi satu sama lain dan menyaksikan seluruh prosesi pernikahan adat Sunda yang disajikan.
Para hadirin bahkan sangat antusias dalam menjawab pertanyaan seputar Indonesia dalam sesi kuis. Pernikahan dan pameran kebudayaan ini digelar di Wisma Duta Besar Indonesia, di Kerkeboslaan 2, Wassenaar pada pukul 17.00 waktu setempat.
Hajatan tersebut juga dihadiri oleh ratusan tamu undangan, termasuk perwakilan dari 25 Kedutaan Besar yang berada di Belanda. Melalui 'ngariung' (berkumpul) ini, ragam kebudayaan Sunda --mulai dari tari tradisional hingga kuliner khas-- dipamerkan dan dikemas dalam bentuk adat pernikahan.
Konsep Dekorasi
Rangkaian acara adat pernikahan tradisional Sunda dipamerkan secara runtut. Sederet prosesi pernikahan adat Sunda yang unik terpancar pada siratan makna dan doa di setiap prosesinya. Doa dan harapan untuk pengantin dipanjatkan melalui prosesi saweran.
Pada prosesi ini, kedua pengantin 'disawer' dengan 7 bahan yang masing-masing mewakili simbol dan doa. Ketujuh bahan tersebut adalah nasi yang melambangkan kesejahteraan, kunyit yang melambangkan kehidupan berkecukupan, bunga yang melambangkan harapan nama kedua mempelai yang selalu harum, uang logam yang melambangkan kekayaan, sirih yang melambangkan kerukunan dan rasa saling mengerti satu sama lain, permen manis yang melambangkan kehiduan berumah tangga yang selalu harmonis, serta beras yang telah direndam dalam air kunyit yang melambangkan kehidupan bahagia bersama selamanya.
"Dengan segala makna yang tersirat di setiap prosesi, pernikahan adat Sunda mengajarkan kita makna sebenarnya dalam berbagi, kasih sayang, kesabaran dan saling menghormati satu sama lain," demikian bunyi keterangan dari KBRI Den Haag itu.
Pernikahan ini juga menampilkan pameran kesenian tradisional khas Sunda, yakni Tari Merak, Tari Hanoman dan Arak-arakan.
Para tamu juga dimanjakan dengan berbagai hidangan ala Sunda, antara lain empal gentong, sambal, nasi liwet teri, ikan pesmol, ayam goreng, lalapan, karedok dan bakwan jagung dilengkapi dengan renyahnya kerupuk. KBRI Den Haag juga bekerja sama dengan Bankitwangi untuk mempromosikan teh Indonesia.
Duta Besar RI untuk Kerajaan Belanda, Bapak I Gusti Agung Wesaka Puja, berharap acara ini dapat mempromosikan kekayaan kebudayaan Indonesia kepada masyarakat Belanda dan dunia, dalam rangka meningkatkan people to people contact dan hubungan kerja sama kedua negara.
Kegiatan semacam ini pun diharapkan dapat meningkatkan kunjungan wisatawan asing ke Tanah Air, khususnya Belanda, yang sejauh ini mencapai 200 ribu orang lebih setiap tahunnya, dengan total perdagangan lebih dari US$ 5 miliar.
"Kami optimis, melalui promisi kebudayaan seperti ini, akan meningkatkan kunjungan wisatawan asing ke Indonesia. Indonesia akan semakin populer dan dikagumi di dunia dengan kekayaan nusantara dan keragaman tradisinya," tutur Dubes Puja.
Advertisement