IAID 2019: RI dan Afrika Teken Kesepakatan Bisnis Senilai Rp 12,3 Triliun

Penyelenggaraan IAID 2019 telah menghasilkan kesepakatan bisnis senilai US$ 822 juta atau sekitar Rp 12,3 triliun antara Indonesia dengan negara-negara Afrika.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 22 Agu 2019, 12:41 WIB
Diterbitkan 22 Agu 2019, 12:41 WIB
(sumber: Kemlu RI)
(sumber: Kemlu RI)

Liputan6.com, Bali - Penyelenggaraan Indonesia-Africa Infrastructure Dialogue (IAID) di Nusa Dua, Bali pada 21-22 Agustus 2019 telah menghasilkan kesepakatan bisnis senilai US$ 822 juta atau sekitar Rp 12,3 triliun antara Indonesia dengan negara-negara Afrika.

Angka itu meningkat dari hasil yang dicapai pada Indonesia Africa Forum (IAF) 2018, dan diperkirakan akan terus bertambah. Kesepakatan bisnis yang tercapai merupakan hasil dari kepercayaan yang terbangun dengan negara-negara di Afrika, demikian seperti dikutip dari rilis resmi Kementerian Luar Negeri RI yang dimuat Liputan6.com, Kamis (22/8/2019).

Indonesia dan negara-negara Afrika tidak lagi terjebak dalam romantisme Konferensi Asia Afrika pada tahun 1955, Indonesia dan Afrika telah melangkah maju dengan kerja sama yang lebih konkret.

IAID yang telah dibuka Presiden RI pada 20 Agustus 2019 berhasil melakukan terobosan bagi penguatan kerja sama dengan Afrika.

Simak video pilihan berikut:

Perjanjian Dagang Preferensi

(sumber: Kemlu RI)
(sumber: Kemlu RI)

Selama berlangsungnya IAID ini, Menteri Luar Negeri RI dan Wakil Menteri Luar Negeri RI secara simultan melakukan serangkaian pertemuan bilateral dengan beberapa negara Afrika seperti Uganda, Madagaskar, Maroko, Senegal, Guinea Equatorial, Namibia, Tanzania, Botswana, Somalia, dan Niger.

Menlu RI juga berkesempatan bertemu dengan H.E. Raila Odinga,High Representative of African Union for Infrastructure Development. IAID berhasil melakukan terobosan strategi bagi penguatan kerja sama dengan Afrika.

Selain menghasilkan kesepakatan bisnis, melalui IAID Indonesia telah menandatangani Joint Statement dengan Djibouti mengenai rencana pembentukan perjanjian dagang preferensi atau Preferential Trade Agreement (PTA). Sementara, PTA dengan Mozambik akan ditandatangani dalam waktu dekat.

Selain itu, Indonesia telah melaksanakan putaran pertama perundingan pembentukan PTA antara Indonesia dan Mauritius dalam dua hari terakhir.

Kemlu sebagai ujung tombak diplomasi, terutama diplomasi ekonomi, bekerja sama dengan Kementerian Perdagangan terus mendorong PTA dengan pasar non-tradisional guna peningkatan ekspor produk-produk Indonesia.

Dari sisi kiprah bisnis baik BUMN dan swasta, IAID berhasil memfasilitasi perluasan ekspansi ke Afrika, di antaranya investasi Energi Mega Persada di sektor migas di Mozambik, dan Sinar Antjol yang terus melakukan ekspansi ke Ethiopia, Ghana dan yang terbaru ke Tanzania.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya