Liputan6.com, Wellington - Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern mengumumkan pada Selasa (17/9/2019) bahwa ia berencana untuk bertemu dengan Presiden AS Donald Trump di New York pekan depan. Hal itu akan menjadi diskusi bilateral formal pertama antara kedua pemimpin.
Perdana menteri Selandia Baru berusia 39 tahun ini sering dikontraskan dengan Trump karena pandangannya tentang isu-isu termasuk hak-hak perempuan, perubahan iklim dan keanekaragaman.
Ardern bergabung dengan pawai memperjuangkan hak-hak perempuan setelah pelantikan Trump pada 2017, sebelum ia terpilih sebagai perdana menteri. Dia telah secara terbuka menolak pandangan Trump tentang ancaman nasionalisme kulit putih, dan baru-baru ini mengatakan dia "sepenuhnya dan sama sekali tidak setuju" dengan komentarnya soal empat anggota parlemen perempuan minoritas untuk kembali ke tempat asalnya.
Advertisement
Ditanya oleh wartawan di Wellington tentang hubungan pribadinya dengan Trump, Ardern mengatakan itu "sangat baik-baik saja".
"Pekerjaan saya adalah mewakili Selandia Baru dan minat kami. Memiliki hubungan yang baik adalah penting," katanya seperti dikutip dari Channel News Asia.
"Ini akan berarti dari waktu ke waktu kami mengambil perspektif yang berbeda, tetapi itu tidak boleh menghalangi kami melakukan dialog yang baik tentang hal-hal penting, termasuk masalah perdagangan," tambahnya.
Selandia Baru adalah penganjur yang kuat untuk Kemitraan Trans-Pasifik (TPP) 12 negara, yang mana Trump menarik Amerika Serikat mulai tahun 2017. Pakta perdagangan yang dimodifikasi tanpa AS dibentuk tahun lalu.
Saksikan video pilihan di bawah ini:Â
Pernah Bertemu Informal
Trump dan Ardern sejatinya telah bertemu secara informal. Mereka telah berbicara melalui telepon.
Tetapi pertemuan yang dijadwalkan pada sela-sela Majelis Umum PBB nanti di New York akan menjadi pertemuan bilateral resmi pertama keduanya.
Ardern menjadi sorotan setelah kemenangan tak terduga dalam pemilihan umum Selandia Baru 2017. Ia kemudian masuk dalam daftar pemimpin muda progresif, termasuk Emmanuel Macron dari Prancis dan Justin Trudeau sang perdana menteri ganteng Kanada.
Kehamilan Ardern, cuti hamil dan kelahiran putrinya saat menjabat juga membedakannya. Banyak orang melihatnya sebagai simbol kemajuan bagi perempuan dalam peran kepemimpinan.
Ardern mengatakan dia tidak pernah menyebut kampanye tahun 2017 yang dia hadiri di Auckland sebagai kampanye anti-Trump, dan bergabung dengannya untuk terus memfokuskan pada keuntungan yang dibuat kaum wanita.
Advertisement
Isu yang Akan Dibawa PM Jacinda Ardern
Sering berbicara tentang perubahan iklim, multi-lateralisme dan inklusivitas, PM Ardern kabarnya akan memberikan pidato utama pada KTT Aksi Iklim Sekretaris Jenderal PBB.
Ardern mengatakan dia tidak setuju dengan pandangan Trump bahwa nasionalisme kulit putih bukanlah masalah yang berkembang, setelah seorang supremasi kulit putih yang diduga membunuh 51 jemaah Muslim di Christchurch pada bulan Maret.
Ketika ditanya oleh Trump dukungan apa yang bisa dia tawarkan setelah serangan itu, Ardern mengatakan: "Simpati dan cinta untuk semua komunitas Muslim."