Liputan6.com, Kolombia: Abu selimuti bagian barat Kolombia usai Gunung Nevado del Ruiz memuntahkan hujan abu setinggi 1.000 meter ke udara pada Selasa (29/5). Akibatnya, wilayah sekitar gunung berapi tertutup abu vulkanik dari dalam perut gunung.
Laman Reuters Rabu (30/5) melansir bahwa warga di barat Kolombia itu terbangun di pagi hari dengan keadaan rumah yang telah diselimuti abu vulkani tebal. Melihat kondisi tersebut, pemerintah setempat pun menaikkan status Siaga untuk Gunung Nevado del Ruiz dari kuning ke oranye. Mereka memperkirakan akan terjadi letusan dalam beberapa hari atau pekan mendatang.
Gunung berapi tersebut sempat bergemuruh dan menunjukkan aktivitas tinggi selama beberapa bulan terakhir. Baru saja kembali ke status kuning pada Mei hingga akhirnya kembali ke status Siaga akibat bergemuruh pada Selasa.
Direktur Observatorium gunung berapi dan Seismologi di Manizales, Gloria Patricia Cortez, mengatakan daerah tersebut diperkirakan akan kembali dihujani dengan abu. Namun para ahli berharap agar hujan abu tak disertai dengan muntahan lava.
"Hal ini tidak sepenuhnya dikategorikan sebagai letusan besar, tetapi proses tersebut merupakan proses dari letusan gunung berapi yang mengeluarkan abu. Dan mengingat arah angin dan melihat laporan pertama, kami telah melihat abu yang menghujani daerah perkotaan, daerah pedesaan di Manizales dan Kotamadya Maria Villa serta di daerah sekitar gunung berapi pada beberapa jam pertama merupakan abu halus yang tak berbahaya," kata Cortez.
Sementara itu, bandara di Manizales, Pereira, Armenia dan Cartago terkena imbasnya. Bandara tersebut terpaksa ditutup untuk sementara waktu, karena abu di landasan pacu yang mengandung material vulkanik dinilai membahayakan mesin pesawat.
Di samping itu meski otoritas kesehatan telah merekomendasikan penggunaan masker ketika berada di luar rumah, namun hingga kini proses belajar masih terus berlangsung.
Gunung berapi Nevado del Ruiz terakhir meletus pada November 1985. Itu merupakan salah satu bencana alam terburuk bagi Kolombia. Letusan tersebut menyebabkan longsor besar, di mana puing-puing vulkanik bercampur dengan salju yang mencair dari puncak gunung dan mengubur Kota Armero beserta lebih dari 25 ribu orang di dalamnya.(TNT/ULF)
Laman Reuters Rabu (30/5) melansir bahwa warga di barat Kolombia itu terbangun di pagi hari dengan keadaan rumah yang telah diselimuti abu vulkani tebal. Melihat kondisi tersebut, pemerintah setempat pun menaikkan status Siaga untuk Gunung Nevado del Ruiz dari kuning ke oranye. Mereka memperkirakan akan terjadi letusan dalam beberapa hari atau pekan mendatang.
Gunung berapi tersebut sempat bergemuruh dan menunjukkan aktivitas tinggi selama beberapa bulan terakhir. Baru saja kembali ke status kuning pada Mei hingga akhirnya kembali ke status Siaga akibat bergemuruh pada Selasa.
Direktur Observatorium gunung berapi dan Seismologi di Manizales, Gloria Patricia Cortez, mengatakan daerah tersebut diperkirakan akan kembali dihujani dengan abu. Namun para ahli berharap agar hujan abu tak disertai dengan muntahan lava.
"Hal ini tidak sepenuhnya dikategorikan sebagai letusan besar, tetapi proses tersebut merupakan proses dari letusan gunung berapi yang mengeluarkan abu. Dan mengingat arah angin dan melihat laporan pertama, kami telah melihat abu yang menghujani daerah perkotaan, daerah pedesaan di Manizales dan Kotamadya Maria Villa serta di daerah sekitar gunung berapi pada beberapa jam pertama merupakan abu halus yang tak berbahaya," kata Cortez.
Sementara itu, bandara di Manizales, Pereira, Armenia dan Cartago terkena imbasnya. Bandara tersebut terpaksa ditutup untuk sementara waktu, karena abu di landasan pacu yang mengandung material vulkanik dinilai membahayakan mesin pesawat.
Di samping itu meski otoritas kesehatan telah merekomendasikan penggunaan masker ketika berada di luar rumah, namun hingga kini proses belajar masih terus berlangsung.
Gunung berapi Nevado del Ruiz terakhir meletus pada November 1985. Itu merupakan salah satu bencana alam terburuk bagi Kolombia. Letusan tersebut menyebabkan longsor besar, di mana puing-puing vulkanik bercampur dengan salju yang mencair dari puncak gunung dan mengubur Kota Armero beserta lebih dari 25 ribu orang di dalamnya.(TNT/ULF)