Kelompok Bersenjata Serbu Masjid di Burkina Faso, 16 Orang Tewas

Sekelompok orang bersenjata menyerbu sebuah masjid di Burkina Faso, pada Jumat 11 Oktober 2019 malam waktu setempat.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 13 Okt 2019, 13:00 WIB
Diterbitkan 13 Okt 2019, 13:00 WIB
Bendera Burkina Faso (Freepik)
Bendera Burkina Faso (Freepik)

Liputan6.com, Ouagadougou - Sekelompok orang bersenjata menyerbu sebuah masjid di Burkina Faso, pada Jumat 11 Oktober 2019 malam waktu setempat.

Penyerangan terjadi ketika para jamaah sedang salat, menewaskan sedikitnya belasan orang dan memicu penduduk melarikan diri, menurut laporan media lokal, seperti dikutip dari Al Jazeera, Minggu (13/10/2019).

Identitas orang-orang bersenjata itu belum jelas.

Serangan itu terjadi di Masjidil Haram di desa utara Salmossi pada Jumat malam, menurut AFP dan Reuters. Desa ini terletak di wilayah Oudalan yang berbatasan dengan Mali.

Satu sumber mengatakan kepada AFP bahwa 13 orang tewas di tempat itu dan tiga orang meninggal karena luka-luka mereka kemudian. Dua dari total korban luka berada dalam kondisi kritis.

Namun, seorang narasumber keamanan dan seorang pejabat Burkina Faso mengatakan kepada Reuters sekitar 15 orang tewas dalam serangan itu.

"Orang-orang sudah mulai meninggalkan daerah itu," kata seorang warga dari kota terdekat Gorom-Gorom kepada AFP.

Warga Burkina Faso itu mengatakan bahwa "kepanikan menyelimuti, meskipun ada bala bantuan militer" yang dikerahkan setelah serangan mematikan.

 

Wilayah Sarang Kelompok Ekstremis

Ilustrasi Anggota ISIS (AFP Photo)
Ilustrasi Anggota ISIS (AFP Photo)

Dalam beberapa tahun terakhir, Burkina Faso telah melihat gelombang kekerasan terkait dengan kelompok-kelompok bersenjata, termasuk al Qaeda dan ISIS.

Kelompok-kelompok itu, yang menyeberang menyeberang ke Burkina Faso dari Mali yang berdekatan, memicu ketegangan etnis dan agama, terutama di wilayah utara.

Menggabungkan taktik gerilya, tabrak lari dengan ranjau darat, serta pemboman bunuh diri, para militan teroris itu telah menewaskan hampir 600 orang, menurut jumlah korban yang dikumpulkan oleh AFP. DI sisi lain, kelompok-kelompok masyarakat sipil melaporkan bahwa serangan itu telah menewaskan lebih dari 1.000 orang, dengan serangan yang terjadi hampir setiap hari.

Hampir 500.000 orang telah meninggalkan rumah mereka karena kekerasan, menurut badan pengungsi PBB, yang telah memperingatkan krisis kemanusiaan yang mempengaruhi 1,5 juta orang.

Hampir 3.000 sekolah telah ditutup, dan dampaknya terhadap ekonomi pedesaan yang sangat besar meningkat, mengganggu perdagangan dan pasar. Pekan lalu, 20 orang tewas dalam serangan oleh orang-orang bersenjata di situs penambangan emas di utara.

Intervensi Asing Dikecam

Tentara Prancis melakukan patroli di wilayah utara Mali yang bergejolak (AP/Jerome Delay)
Tentara Prancis melakukan patroli di wilayah utara Mali yang bergejolak (AP/Jerome Delay)

Sementara itu, pasukan pertahanan dan keamanan Burkina Faso tidak memiliki perlengkapan yang baik, kurang terlatih dan telah menunjukkan diri mereka tidak dapat menghentikan peningkatan kekerasan. Prancis memiliki sekitar 200 personel militer di negara itu, dan sering melakukan intervensi sebagai bagian dari operasi Barkhane regionalnya.

Meski dilanda kekerasan, banyak rakyat Burkina Faso menentang kehadiran pasukan asing di wilayah mereka.

Pada hari Sabtu, kerumunan sekitar 1.000 orang berbaris di ibukota Ouagadougou "untuk mengecam terorisme dan keberadaan pangkalan militer asing di Afrika."

"Terorisme sekarang telah menjadi dalih yang ideal untuk memasang pangkalan militer asing di negara kami," kata Gabin Korbeogo, salah satu koordinator demonstrasi kepada AFP.

"Pasukan Prancis, Amerika, Kanada, Jerman, dan lainnya telah menginjakkan kaki di sub-wilayah kami, dengan mengatakan mereka ingin memerangi terorisme. Tetapi meskipun kehadiran besar-besaran ini ... kelompok-kelompok teroris ... semakin kuat."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya