Pria Bersenjata Sergap Wali Kota Filipina di Van Polisi, Lalu Menembaknya Hingga Mati

Wali Kota di Filipina yang masuk daftar narco-politician ini disergap ketika berada dalam tahanan polisi. Ia lalu ditembak hingga mati.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 26 Okt 2019, 15:40 WIB
Diterbitkan 26 Okt 2019, 15:40 WIB
Wali Kota Clarin, David Navarro (berborgol) memasuki kantor polisi setelah penangkapannya di Cebu. Orang-orang bersenjata menghentikan van polisi yang membawa Navarro ke kantor kejaksaan negara bagian di Cebu tengah dan menembaknya. (AFP)
Wali Kota Clarin, David Navarro (berborgol) memasuki kantor polisi setelah penangkapannya di Cebu. Orang-orang bersenjata menghentikan van polisi yang membawa Navarro ke kantor kejaksaan negara bagian di Cebu tengah dan menembaknya. (AFP)

Liputan6.com, Manila - Seorang wali kota Filipina yang masuk dalam daftar target pemberantasan narkoba Presiden Rodrigo Duterte atau narco-politician disergap ketika berada dalam tahanan polisi. Ia lalu dibunuh pada Jumat 25 Oktober 2019, kata polisi.

Ia merupakan pejabat terbaru dalam daftar hitam pemimpin yang menjadi sasaran orang-orang bersenjata tak dikenal.

"Sejumlah pria bersenjata menghentikan sebuah van polisi yang membawa David Navarro, wali kota Clarin, ke kantor kejaksaan negara bagian di pusat kota Cebu dan menembaknya hingga mati," kata pihak berwenang seperti dikutip dari Straits Times, Sabtu (26/10/2019).

Polisi kota telah menangkap Navarro, yang tengah dalam kunjungan kerja resmi, Kamis malam setelah ia diduga menyerang seorang tukang pijat, seorang perwira polisi Cebu yang meminta tidak disebutkan namanya mengatakan kepada AFP.

"Setelah serangan itu, di mana salah satu pengawal polisi Navarro juga terluka, orang-orang bersenjata itu melarikan diri," kata polisi.

Tayangan televisi lokal yang beredar menunjukkan dua wanita yang disebutkan sebagai saudari politikus itu menangis dan memeluk tubuh berdarah tergeletak di jalan di samping sebuah mobil polisi.

Filipina dikenal memiliki budaya politik yang keras dan seringkali mematikan, tetapi para pemantau hak asasi manusia menyatakan keprihatinannya bahwa perang obat bius yang digagas Rodrigo Duterte - yang telah menyebabkan terbunuhnya ribuan tersangka narkotika oleh polisi - mungkin membuat para penyerang semakin berani.

 

 

* Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS

Masuk Daftar Target Pemberantasan Narkoba

Ilustrasi narkoba
Ilustrasi narkoba. (Sumber Pixabay)

Pada 14 Maret 2019, menjelang pemilihan umum yang digelar bulan Mei, nama Navarro muncul dalam daftar yang sebagian besar adalah pejabat lokal yang dituding terlibat dalam jaringan perdagangan narkoba.

Duterte juga telah merilis daftar yang lebih panjang pada tahun 2016. Isinya lebih dari 150 hakim, wali kota dan pejabat lokal lainnya yang diduga terkait dengan narkoba.

Dalam daftar itu, Wali Kota Vicente Loot dari pusat Kota Daanbantayan selamat dari penyergapan tahun 2018, sementara Wali Kota Jed Mabilog dari pusat Kota Iloilo bersembunyi pada tahun 2017.

Dua wali kota lain dalam daftar yang lebih panjang, Rolando Espinosa dan Reynaldo Parojinog, masing-masing dibunuh oleh polisi pada tahun 2016 dan 2017. Espinosa ditembak mati di dalam penjara polisi.

Wali Kota Antonio Halili, yang dibunuh oleh penembak jitu ketika ia menghadiri upacara pengibaran bendera di luar kantornya di Kota Tanauan dekat Manila tahun lalu, dikaitkan oleh Duterte dengan obat-obatan terlarang beberapa jam setelah serangan itu.

Badan Penegakan Narkoba Filipina juga mengatakan Mariano Blanco, yang dibunuh oleh pria bersenjata tak dikenal di kantornya di Kota Ronda tahun lalu, juga masuk dalam daftar pantauan narkotika pemerintah.

 

Lebih dari 5.500 Tersangka Narkoba Tewas

Penembakan Senjata Api
Ilustrasi Foto Penembakan (iStockphoto)

Polisi Filipina mengatakan mereka telah membunuh lebih dari 5.500 tersangka narkoba yang melawan balik terhadap penangkapan, tetapi kelompok-kelompok HAM mengatakan jumlah korban sebenarnya empat kali lebih tinggi dan mungkin merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Sejauh ini Penuntut Pengadilan Kriminal Internasional telah meluncurkan penyelidikan awal atas pembunuhan perang narkoba, dan badan hak asasi manusia utama PBB telah menyetujui peninjauan. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya