Liputan6.com, Kolombia - Sharik Tovar, seorang gadis asal Kolombia berusia 17 tahun, didiagnosis dengan kondisi yang sangat langka, dikenal sebagai sindrom "Putri Tidur'. Sang ibu pun telah meminta bantuan pihak berwenang.
Dalam kasus Sharik, hipersomnia dapat berlangsung hingga dua bulan. Ibunya, Marleny, selalu memberikan makanan yang sudah diblender setiap beberapa jam.
Baca Juga
Dikutip dari Oddity Central, Selasa (29/10/2019), lebih buruknya, setelah hipersomnia menyerang Sharik dalam waktu lama bahkan hingga ia kehilangan ingatan.
Advertisement
"Setelah tidur 48 hari pada Juni tahun lalu, dia kehilangan ingatan sementara waktu. Dia bertanya kepada saya, siapa saya," ujar Marleny Tovar kepada Caracol News.
Tahun ini, selama Januari dan Februari, Sharik tidur nyenyak berlangsung selama 22 hari, dan ibunya harus memberinya makan setiap beberapa jam.
Marleny pun harus berhenti dari pekerjaannya untuk menjaga Sharik penuh waktu, itulah sebabnya dia sangat membutuhkan bantuan otoritas Kolombia dalam menangani anaknya.
Sayangnya, tangisan Marleny untuk bantuan sejauh ini belum pernah tertolong. Ketika kasus aneh Sharik Tovar pertama kali menjadi berita utama nasional pada 2017, Wali Kota AcacÃas berjanji untuk menyediakan perumahan bagi keluarga, sehingga mereka tidak perlu membayar sewa lagi. Itu belum terjadi.
Ternyata, tak hanya Sharik Tovar saja yang mengalami kasus ini. Mengutip dari berbagai sumber, berikut penderita sindrom 'Putri Tidur' di berbagai negara yang Liputan6.com rangkum dari beragam sumber:
1. Louisa Ball, Inggris
Fenomena semacam ini juga pernah terjadi di Inggris pada tahun 2011. Putri tidur yang semula hanya ada dalam cerita dongeng terjadi di dunia nyata.
Dikutip dari laman ABC News, gadis tersebut bernama Louisa Ball asal Worthing. Kala itu, suhu di Inggris begitu dingin dan Louisa mulai tertidur.
Orangtua gadis berusia 17 tahun itu tak mengira jika anak perempuannya tak bangun selama 14 hari. Mereka bahkan mencoba membangunkan putrinya dengan membuat makanan lezat, namun upaya itu gagal.
"Ia bahkan melewatkan sekotak biskuit, lima bungkus keripik yang biasanya jadi makanan favoritnya," ujar Rick Ball, ayah Louisa.
"Ini adalah kasus yang menyerupai hamster yang tengah hibernasi. Saya harus memasukan makanan ke dalam mulutnya sedikit demi sedikit," tambahnya.
Karena terjaga selama hampir dua pekan, gadis itu kehilangan berat badan selama 10 kilogram.
Louisa kemudian dirujuk ke rumah sakit di London. Berkat campur tangan pihak medis, gadis itu didiagnosa terkena Kleine-Levin Syndrome (KLS) atau sindrom putri tidur.
Advertisement
2. Jade Fraizer, Amerika Serikat
Seorang gadis kecil bernama Jade Fraizer didiagnosa mengidap KLS yang akhirnya menyebabkan dirinya tertidur hingga beberapa hari.
Dikutip dari laman Mirror.co.uk, gejala aneh sudah dirasakan oleh Dee, ibu kandung dari bocah itu.
Anak gadisnya yang masih berusia 11 tahun itu kerap tertidur dalam kelas ketika pelajaran berlangsung. Bahkan ketika hari Natal, Jade juga tertidur.
Melihat kondisi semacam ini, Dee langsung merujuk anaknya ke rumah sakit untuk diperiksa. Kemudian dokter langsung menyimpulkan bahwa Jade terkena 'sindrom putri tidur'.
3. Heather Reed, Kanada
Kasus seperti ini juga dapat menimpa seorang wanita dewasa. Salah satunya Heather Reed asal Kanada.
Dikutip dari laman Ekspress.co.uk, Heather Reed bekerja sebagai seorang ilmuwan. Karena terkena sindrom tersebut, ia harus kehilangan pekerjaannya sebagai ahli biologi.
Bayangkan saja, selama kurun waktu satu tahun (jika dihitung ada 8.670 jam), wanita ini menghabiskan waktu hingga 8.030 jam hanya untuk tidur.
Setelah terbebas dari belenggu 'sindrom putri tidur', wanita ini mengaku kondisi tersebut sangat berdampak besar dalam kehidupannya.
"Hal ini tentu berdampak dalam hidup saya. Masalahnya, saya merasa seperti menjadi hantu dalam hidup saya sendiri," ujar Heather.
Advertisement
4. Beth Goodier, Inggris
Selepas Louisa Ball, ada pula gadis Inggris yang menderita 'sindrom putri tidur'. Ia adalah Beth Goodier yang mengalaminya pada tahun 2014.
Kala itu, Beth masih berumur 16 tahun. Dalam sehari, gadis itu hanya bangun dua jam saja. Akibat kondisi ini ia tak dapat menjalankan aktifitasnya. Demikian dilansir dari laman BBC.
Segala sesuatu hal yang dibutuhkan oleh Beth bergantung pada campur tangan Janine, sang ibu.
"Saya ingin melakukan sesuatu hal yang sangat produktif seperti gadis-gadis lainnya," ujar Beth.
Pada Oktober 2014, gadis itu berkesempatan menyampaikan sesuatu kepada khalayak ramai soal sindrom yang ia derita. Tujuannya, agar setiap orang dapat mengerti dan waspada soal penyakit langka tersebut.
Â
Reporter: Aqilah Ananda Purwanti