7 Dampak Perubahan Iklim yang Aneh dan Tak Terduga

Perubahan iklim menyebabkan beberapa hal aneh terjadi, seperti berubahnya jenis kelamin bayi binatang.

diperbarui 01 Nov 2019, 21:00 WIB
Diterbitkan 01 Nov 2019, 21:00 WIB
Ilustrasi perubahan iklim (climate change)
Ilustrasi perubahan iklim (climate change)

Jakarta - Perubahan iklim telah menjadi perhatian serius sejumlah aktivis lingkungan dunia. Di beberapa negara, demonstrasi mendesak langkah konkret untuk pencegahan dampak perubahan iklim terus disuarakan.

Perubahan iklim adalah ancaman langsung yang nyata. Tidak satu pun negara yang dapat terhindar dari dampak yang terjadi dan dibutuhkan upaya kolektif untuk menyikapinya.

Dunia telah alami begitu banyak dampak buruk dari perubahan iklim, di mana aksi global untuk menguranginya tidaklah cukup.

Perubahan iklim menyebabkan beberapa hal aneh terjadi, seperti berubahnya jenis kelamin bayi binatang. Berikut ini dampak perubahan iklim yang tidak pernah diduga akan berakibat pada kehidupan di bumi, seperti dikutip dari DW, Jumat (1/11/2019):

Saksikan video pilihan di bawah ini:

1. Ledakan Populasi Ubur-Ubur

Menjelajahi Wahana Jellyfish Sphere di Seaworld Ancol Saat Libur Natal
Pengunjung melihat ubur-ubur di Wahana Jellyfish Sphere di SeaWorld Ancol, Jakarta, Selasa (25/12). Sea World menjadi tempat wisata alternatif warga menghabiskan libur Natal 2018. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Meskipun ada kombinasi faktor di balik banyaknya ubur-ubur yang sampai ke tempat wisata seperti pantai Mediterania, perubahan iklim termasuk salah satunya.

Suhu laut yang lebih hangat membuka daerah baru bagi ubur-ubur bereproduksi dan meningkatkan ketersediaan makanan favorit mereka, yaitu plankton.

2. Lenyapnya Kayu Berkualitas

Biola
Biola langka 1684 buatan Antonio Stradivari saat diperkenalkan di Hong Kong (21/2). Biola terlangka di dunia ini diperkirakan berharga USD 1,550.000 sampai USD 2.450.000 atau sekitar Rp 20,6 miliar sampai Rp 32,5 milar. (AFP Photo / Isaac Lawrence)

Dihargai karena kualitas suara yang superior, alat musik dawai Stradivarius asli dapat dijual jutaan dolar. Namun, perubahan cuaca ekstrem seperti badai yang luar biasa hebatnya berakibat tumbangnya jutaan pohon di hutan Paneveggio, Italia utara.

Menanam kembali pohon tidak akan banyak membantu dalam jangka pendek. Sebuah pohon cemara harus berusia setidaknya 150 tahun sebelum dapat menjadi biola.

3. Kesulitan tidur

Ilustrasi tidur
Ilustrasi tidur. Sumber foto: unsplash.com/Alexandra Gorn.

Orang-orang di kota besar akan kesulitan tidur karena kepanasan. Tahun 2050, suhu di kota-kota besar Eropa akan lebih hangat 3,5 derajat celcius di musim panas.

Ini tidak hanya mempengaruhi tidur, tetapi juga suasana hati, produktivitas, dan kesehatan mental. Cara satu-satunya mengatasi ini adalah pindah ke kota kecil yang banyak tanaman hijau dan sedikit bangunan, membuat malam jadi lebih dingin.

4. Mengancam Penderita Alergi

Alergi Saat Natal
Dekorasi dan makanan selama Natal bisa memicu alergi (Ilustrasi: Mirror)

Musim semi datang lebih awal pada 2019 dikarenakan suhu global yang lebih hangat. Namun fenomena ini jadi berita buruk bagi penderita alergi.

Musim dingin yang sebentar membuat tanaman memiliki waktu lebih untuk tumbuh, berkembang, dan menghasilkan serbuk sari yang akan bebas berkeliaran jauh lebih awal, sehingga membuat penderita alergi menderita lebih lama.

5. Bakteri dan Nyamuk Berkembang Biak

Nyamuk
Ilustrasi Foto Nyamuk (iStockphoto)

Tidak hanya berkeringat, panas juga dapat mempengaruhi kesehatan manusia. Pada akhir abad ini, 3/4 populasi dunia diprediksi terkena gelombang panas yang berbahaya dan mematikan.

Naiknya suhu berdampak pada peningkatan penyakit diare, karena bakteri lebih mudah berkembang biak dalam makanan dan air hangat. Jumlah nyamuk juga kemungkinan akan naik, seiring dengan penyebaran penyakit seperti malaria.

6. Rumah-Rumah Hancur

Tornado menghantam Ohio dan Indiana, Amerika Serikat pada Selasa 28 Mei 2019, menewaskan 1 orang, melukai 130 lainnya, dan menyebabkan rumah-rumah hancur. (AP PHOTO)
Tornado menghantam Ohio dan Indiana, Amerika Serikat pada Selasa 28 Mei 2019, menewaskan 1 orang, melukai 130 lainnya, dan menyebabkan rumah-rumah hancur. (AP PHOTO)

Tanah di sekitar Kutub Utara semakin mencair pada bulan-bulan di musim panas. Suhu yang lebih hangat menyebabkan tanah menjadi tidak stabil dan rumah-rumah serta jalan-jalan retak dan menyebabkan lebih banyak serangga.

Selain itu, jika permafrost (tanah beku) meleleh, ia akan melepaskan gas CO2 dan metana yang selanjutnya dapat memperburuk pemanasan global.

7. Perubahan Jenis Kelamin

Menyaksikan Pelepasliaran Bayi Penyu Langka di Pantai Lebanon
Bayi penyu atau tukik sampak ke laut saat kelompok The Orange House Project melepaskan mereka di pantai El Mansouri, Tyre, Lebanon, Minggu (29/7). (Mahmoud ZAYYAT/AFP)

Suhu mempengaruhi jenis kelamin beberapa spesies. Untuk penyu, panasnya pasir tempat telur diinkubasi menentukan jenis kelamin bayi yang baru lahir.

Temperatur rendah menguntungkan penyu jantan, sementara betina berkembang lebih baik di daerah yang lebih hangat. Peneliti membuktikan bahwa lebih dari 99% penyu di Australia utara sudah betina, sehingga sulit bagi spesies untuk bertahan hidup.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya