Komunitas LGBT Korea Selatan Temukan Tempat Aman Berekspresi

Komunitas LGBT Korea Selatan menemukan tempat perlindungan yang dapat mengekspresikan diri tanpa takut dinilai buruk oleh orang lain.

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Des 2019, 20:10 WIB
Diterbitkan 05 Des 2019, 20:10 WIB
Ilustrasi Foto LGBT atau GLBT (Lesbian Gay Biseksual dan Transgender).
Ilustrasi Foto LGBT atau GLBT (Lesbian Gay Biseksual dan Transgender). (Liputan6.com/iStockphoto)

Liputan6.com, Korea - Adanya diskriminasi dan kurangnya dukungan dari para pemimpin negara, beberapa komunitas LGBT Korea Selatan telah menemukan perlindungan di salah satu tempat yang dapat mengekspresikan diri tanpa takut dinilai buruk oleh orang lain.

Di Luddan, mereka dapat belajar menari seperti idola K-pop. Kim Yu-jin, yang membuka sekolah tari Luddan empat tahun lalu, mengatakan Luddan adalah "tempat yang aman" di negara yang sebagian besar tidak simpatik dan terkadang memusuhi komunitas LGBT Korea Selatan.

Kelas tersebut terletak di bawah lapangan golf di dalam ruangan. Kelas terdiri dari 11 siswa. Kim membuka sekolah tersebut dan mengajar satu siswa ke siswa lainnya dengan mengoreksi gerakan mereka sambil mengikuti irama.

"Instruktur di sekolah tari lain menghina perempuan tentang bentuk tubuh mereka. Mereka menyuruh siswa untuk memindahkan pinggul mereka dengan cara yang lebih feminin," kata Kim.

"Menari seharusnya bukan tentang gender dan itu bukan tempat bagi guru untuk mengatakan mana yang feminin mana yang bukan," tambahnya.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Sempat Buat UU Anti-diskriminasi

Kim Yu-jin pendiri Studio Tari Luddan di Seoul, Korea Selatan.
Kim Yu-jin pendiri Studio Tari Luddan di Seoul, Korea Selatan. (Liputan6.com/VOA/Luddan Dance Studio)

Para pembuat undang-undang Korea Selatan telah berusaha untuk meloloskan undang-undang anti-diskriminasi yang akan melindungi berbagai kelompok kurang beruntung, seperti para penyandang cacat, etnis minoritas, dan juga komunitas LGBTQI.

Namun pengesahan undang-undang semacam itu dianggap gagal karena keberatan dari beberapa politisi Majelis Nasional yang menentang dimasukkannya gender dan minoritas seksual dalam RUU tersebut.

Pada bulan November, seorang anggota parlemen konservatif menyerukan agar Komisi Hak Asasi Manusia Nasional tidak menyelidiki laporan diskriminasi berbasis orientasi seksual. Mereka juga mengklaim bahwa memaafkan homoseksualitas mempengaruhi kaum muda secara negatif sekaligus berkontribusi pada penyebaran AIDS.

Dilansir VOA News, Selasa (3/12/2019), Presiden Progresif Korea Selatan, Moon Jae-In, menegaskan kembali penentangannya untuk melegalkan serikat sesama jenis selama forum televisi bulan lalu. “Saya setuju bahwa tidak boleh ada diskriminasi terhadap minoritas seksual, tetapi masyarakat kita tidak melihat hubungan antara ini akan memungkinkan pernikahan gay,” kata Moon dalam menanggapi pertanyaan dari penonton.

Kim Yu-jin dari Luddan mengatakan dia merasa dikecewakan oleh presiden dan percaya pernyataannya akan menguatkan kelompok-kelompok anti-LGBTQI untuk terus “menyuarakan kebencian dan diskriminasi mereka.”

Kim kadang-kadang khawatir bahwa mereka yang ingin mencegah dan memiliki hak, akan menemukan jalan menuruni tangga ruang bawah tanah. “Saya berpikir tentang apa yang akan saya lakukan jika sesuatu yang buruk terjadi di sini,” kata Kim. “Tapi saya tidak merasa tak berdaya, saya akan melakukan apa pun yang saya bisa untuk menjaga komunitas ini.” tambahnya.

Korea Tertinggal dari Negara Lain

Survei pemerintah Korea Selatan menunjukkan persepsi publik tentang komunitas LGBTQI membaik.
Survei pemerintah Korea Selatan menunjukkan persepsi publik tentang komunitas LGBTQI membaik. (Liputan6.com/VOA/Luddan Dance Studio)

Dikutip dari VOA News, Kamis (5/12/2019), dalam laporan “Society at a Glance” 2019, Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan mengatakan, Korea Selatan “tertinggal” dari negara-negara lainnya terkait penerimaan homoseksualitas.

Sementara survei pemerintah Korea Selatan menunjukkan persepsi publik tentang komunitas LGBTQI membaik. Namun 49% dari 8.000 responden di jajak pendapat 2018 masih memiliki pandangan negatif.

Meski tidak dianggap illegal, tentara di wajib militer Korea Selatan dapat dihukum atau dipenjara karena melakukan hubungan seks sesama jenis. Kelompok-kelompok advokasi mengatakan pemuda LGBTQI mengalami tingkat kematian yang tinggi dengan bunuh diri. Sebagian dari mereka juga melukai diri sendiri karena intimidasi dan pelecehan.

Beberapa pengamat mengatakan, karena alasan ini banyak minoritas seksual atau gender Korea yang menjaga kerahasiaan identitas mereka dan berpartisipasi dalam asosiasi atau klub yang di luar jangkauan.

“Keluar jalan di Korea sebagai gay atau lesbian dapat menyebabkan Anda kehilangan pekerjaan, atau kehilangan dukungan keluarga,” kata Todd Henry, pengajar sejarah Korea modern di University of California, San Diego.

 

 

Reporter: Deslita Krissanta Sibuea

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya