Liputan6.com, West Bengal - Ular kobra berkepala dua ditemukan di Desa Ekarukhi dekat Hutan Belda, di timur laut India. Reptil itu memiliki racun yang cukup untuk membunuh seekor gajah dewasa atau 20 orang dengan satu gigitan saja. Demikian mengutip dari ladbible, Jumat, 13 Desember 2019.
Ular kobra berkepala dua itu diketahui sebagai monocled cobra atau Naja Kaouthia.
Reptil berbisa berkepala dua ini merupakan spesies kobra yang tersebar luas di Asia Selatan dan Tenggara serta terdaftar sebagai Least Concern atau spesies dengan tingkat risiko rendah oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN).
Advertisement
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Kepercayaan Mistis Binatang Berkepala Dua?
Kaustav Chakraborty, seorang herpetologis di Departemen Kehutanan setempat mengatakan kepada wartawan bahwa sebuah tim penyelamat tidak dapat menyelamatkan ular berkepala dua itu.
Diduga, penduduk desa setempat memegang "kepercayaan mistis" tentang binatang berkepala dua dan menolak memberikan reptil itu kepada petugas.
Chakraborty menambahkan bahwa ular berkepala dua itu mengalami masalah biologis, yang mirip dengan manusia pemilik dua kepala atau ibu jari.
Dilaporkan ladbible, Chakraborty mengatakan bahwa menjaga ular di penangkaran dengan para ahli dapat membantu memperpanjang masa hidupnya. Ia juga menambahkan, kedua kepala itu mungkin terbentuk ketika embrio terbelah atau karena faktor lingkungan sekitar.
Advertisement
Kobra Mematikan
Kobra mematikan itu berasal dari India bagian barat dan menyebar ke China, Vietnam, Kamboja, Bangladesh, Bhutan, Myanmar, Laos, Nepal, hingga Thailand.
Di Thailand, reptil itu menyebabkan sekitar delapan kematian dalam setahun.
Pada dasarnya semua kobra berbisa dan beberapa di antaranya dapat bergerak ke atas, serta membentuk tudung saat terancam. Kobra memiliki indera penciuman dan penglihatan malam yang mengesankan.
Warna mereka sering bervariasi dari satu spesies ke spesies lain, tetapi umumnya berwarna merah, kuning, hitam, berbintik-bintik, dan masih banyak lagi pola lainnya.
Â
Reporter: Jihan Fairuzzia
Â