29-12-1998: Ombak 'Neraka' Menggulung Perlombaan Kapal Yacht, 6 Orang Tewas

Tepat hari ini, 21 tahun yang lalu, tragedi lomba kapal Yacht digulung ombak.

oleh Rasheed GunawanBenedikta Miranti T.V diperbarui 29 Des 2019, 06:03 WIB
Diterbitkan 29 Des 2019, 06:03 WIB
[Bintang] Laut
Ilustrasi Laut (Sumber Foto: Pexels)

Liputan6.com, Jakarta - Hari itu, 29 Desember 1998, atau tepat 21 tahun yang lalu, terjadi tragedi di perairan Australia. Gelombang memorak-porandakan acara perlombaan kapal Yacht, menggulung para peserta. Akibatnya sebanyak 6 orang tewas.

Salah satu korban adalah atlet asal Inggris Glyn Charles. Dia dan kapalnya tergulung gelombang saat sedang berlomba dalam perjalanan dari perairan Sydney menuju Hobart. Harness atau baju pengamannya terlepas dan Charles terbawa gelombang hingga tewas. Demikian dikutip dari BBC, Sabtu (28/12/2019). 

Dalam perlombaan ini, para atlet dari berbagai negara berpartisipasi untuk balapan menggunakan kapal yacht dengan perjalanan sejauh 630 nautical mile atau sekitar 1.167 km dari Sydney Harbour menuju Hobart di Tasmania.

Dari 115 kapal yacht yang berpartisipasi, total ada 6 korban tewas. Selain Charles, ada 5 pelayar lain yang tewas tergulung ombak di perairan yang kerap disebut "Gelombang Neraka".

"Harness Charles hancur dan kami kehilangan jejaknya. Saat itu, kami tidak bisa melakukan apa-ap lagi. Saya pikir kita semua akan mati saat tergulung ombak," ujar pemilik salah satu kapal boat, Rob Kothe yang juga berpartisipasi.

Pencarian jenazah korban sempat terkendala cuaca dan kondisi yang sudah gelap di malam hari. Sebelumnya Charles si korban hendak menemui ibunya, namun dibatalkan setelah mendapat tawaran ikut kompetisi layar ini.

"Saya selalu katakan padanya, jika sesuatu akan terjadi padamu saat mengikuti lomba berlayar, maka kamu akan kehilangan semua yang dicintai," ujar ibu Charles, mengenang nasihat kepada anaknya, seperti dimuat BBC.

Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:

Lanjutan Pencarian

Mabes Polri Sita Kapal Pesiar Mewah yang Dicari FBI
Polisi setempat mendekati sebuah kapal pesiar mewah (yacht) bernama Equanimity yang tengah berada di Teluk Benoa, Bali, Rabu (28/2). Berdasarkan Pengadilan AS, kapal Equanimity dimiliki oleh seorang miliuner asal Malaysia Jho Low. (Rully Prasetyo/AFP)

Pencarian kemudian dilanjutkan keesokan hari, dan ditemukan empat jenazah korban. Namun salah satunya bukan Charles. Tim SAR setempat terus melakukan pencarian. Pemerintah Autralia juga menerjunkan helikopter angkatan udara untuk membantu pencarian.

Selain korban tewas, ada beberapa korban luka. Salah satu lukanya adalah jari salah satu peserta putus karena benturan saat digulung ombak. Pelayar lainnya mengalami cedera kepala parah.

Sebanyak 67 peserta memilih kembali ke pesisir saat mengetahui peserta di depannya tergulung ombak. Setibanya mereka menangis sedih dan membentangkan bendera setengah tiang untuk para korban.

Kendati demikian, perlombaan ini tetap berlanjut dan dimenangkan oleh tim Sayonara yang melakukan pelayaran selama 2 hari 19 jam.

Sejarah lain mencatat pada 29 Desember pada 1940, pasukan udara Jerman menghujani wilayah permukiman London, Inggris dengan bom.

Serangan udara tersebut membuat Sungai Thames menjadi 'lautan api', sementara sekitar 3.600 warga sipil tewas.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya