Diplomat Wajib Baca, Kisah Diplomasi Dubes Soemadi Dalam Buku 'Retrospeksi'

Buku Retrospeksi tulisan Soemadi Brotodiningrat menjadi karya yang wajib dibaca para diplomat atau mereka yang tertarik Hubungan Internasional.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 13 Feb 2020, 09:30 WIB
Diterbitkan 13 Feb 2020, 09:30 WIB
Dubes Soemadi D.M Brotodiningrat dalam peluncuran buku Retrospeksi.
Dubes Soemadi D.M Brotodiningrat dalam peluncuran buku Retrospeksi. Dok: Kemlu

Liputan6.com, Jakarta - Mantan Duta Besar Soemadi D.M. Brotodiningrat meluncurkan buku yang mengisahkan pengalamannya saat lebih dari 40 tahun menjadi diplomat Indonesia. Buku berjudul Retrospeksi ini mendapat sambutan hangat dari pihak Kementerian Luar Negeri dan para diplomat lintas generasi.

Retrospeksi terbagi menjadi empat bagian, mulai dari masa pendidikan Soemadi, cerita ketika ia melangkah masuk ke Pejambon (lokasi Kementerian Luar Negeri), menjadi dubes di Brussels yang merupakan jantungnya Eropa, sampai bertugas di PBB.

Retrospeksi pun secara otomatis memiliki kandungan sejarah yang panjang mengingat sang penulis adalah diplomat yang menyaksikan diri perubahan dunia: Sejak Orde Baru sampai Era Reformasi, dari Perang Dingin hingga peristiwa 911.

Segala fakta sejarah itu menurut Dubes Soemadi penting diingat meski dunia dan pola pikir generasi milenial saat ini bergerak secara cepat.

"Sekarang ini kita berada dalam suatu era dengan perubahan yang sangat cepat bahkan dinilai sebagai disruptif," ucap Soemadi di acara peluncuran Retrospeksi di Jakarta, Selasa (12/2/2020).

"Saya hanya ingin mengingatkan juga bahwa di samping saying yang mengatakan bahwa tidak ada suatu yang abadi kecuali perubahan itu sendiri, itu ada saying lain yang mengatakan bahwa sejarah itu selalu berubah. Bagaimana rekonsiliasi dari kedua hal yang bertentangan ini? Saya kira itu merupakan suatu challenge bagi para milenial sekarang, termasuk para diplomat," ujarnya.

Dalam pembuka buku, Soemadi menjelaskan bahwa Retrospeksi bukan autobiografi maupun memoar. Bukan autobiografi karena buku ini tidak mendetail perkara relasi interpersonal sebagaimana menjadi ciri autobiografi, bukan pula memoar karena tidak membahas pemikiran penulis ketika kejadian yang dibahas terjadi.

"Mengingat semua itu, saya lebih sreg menyebut tulisan ini sebagai retrospeksi, di mana saya sebagai penulis memandang kembali bagian-bagian dari masa lalu saya dari tempat di mana saya sekarang berada," tulis Soemadi di bukunya.

Retrospeksi sejatinya dipersembahkan untuk istri sang penulis, Suharti Soehoed. Namun, saat peluncuran buku ini Soemadi turut memberi persembahan kepada rekannya sesama dubes, yakni August Parengkuan, yang tutup usia tahun lalu.

"Beliau adalah teman yang pada waktu saya menulis naskah ini telah memfasilitasi saya dalam hubungan dengan penerbit Kompas Gramedia," ucapnya.

August sempat menjabat sebagai Dubes RI di Italia. Ia juga pernah berkarier sebagai wartawan di Kompas.

Buku setebal 328 ini bukanlah untuk kalangan tertentu, melainkan terbuka bagi anak muda ataupun bagi diplomat yang jam terbangnya sudah banyak. "All of you are most welcome," tulis Soemadi.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Sejarah dan Kompleksitas Diplomasi

Ina Hagniningtyas Krisnamurthi. ​Staf Ahli Bidang Diplomasi Ekonomi Kemlu di peluncuran buku Retrospeksi.
Ina Hagniningtyas Krisnamurthi. ​Staf Ahli Bidang Diplomasi Ekonomi Kemlu di peluncuran buku Retrospeksi. Dok: Kemlu

Sejumlah tokoh ikut melaksanakan diskusi tentang buku ini. Salah satunya yang ikut berbicara adalah Ina Hagniningtyas Krisnamurthi, Staf Ahli Bidang Diplomasi Ekonomi Kemlu. 

Sebagai diplomat, Ina pernah mengikuti langkah Dubes Soemadi yakni bertugas di Brussel dan New York. Ina paham betul kepiawaan Dubes Soemadi dalam menangani berbagai isu, termasuk isu keuangan yang notabene "membosankan" namun bisa dibuat menjadi bahasan dan pelajaran seru oleh sang dubes.

"Saya dengan tegas mengatakan beliau adalah mutiara diplomasi indonesia," ujar Ina.

Buku Retrospeksi menurut Ina memiliki struktur penulisan yang kompleks dan bercabang. Dua unsur itu tidak membuat buku ini memusingkan, karena Dubes Soemadi mampu merajut kisah-kisah itu menjadi sebuah kesatuan bab. 

Dari kompleksitas itu, pembaca dapat paham pentingnya mempelajari sejarah diplomasi serta koneksi antara kondisi suatu negara dan gaya diplomasinya.

"Kita memahami kalau diplomasinya begini, karena domestiknya begini. Domestiknya begini, jadi diplomasinya begini. Jadi ada suatu kompleksitas di dalam penulisan pak dubes tapi dengan tulisan yang sangat amat menarik," jelas Ina.

Jejak Karier Soemadi

Dubes Soemadi D.M Brotodiningrat dalam peluncuran buku Retrospeksi.
Dubes Soemadi D.M Brotodiningrat dalam peluncuran buku Retrospeksi. Dok: Kemlu

Soemadi lahir di Surakarta dan lulus jurusan Hubungan Internasional di Universitas Gadjah Mada. Ia melanjutkan studinya di l' Institut International d' Administration Publique di Paris.

Ia mulai berkarier di Kementerian Luar Negeri (dulu Departemen Luar Negeri) pada awal 1965. Selama berkarier di Pejambon, Soemadi pernah memimpin Sub. Direktorat Eropa pada Direktorat Hubungan Sosial-Budaya. Ia juga pernah menjabat sebagai Direktur Jenderal Hubungan Ekononomi Luar Negeri pada 1995-1998.

Sebagai Duta Besar, ia bertugas di Jenewa (1991-1995), Jepang dan Federasi Mikronesia (1998-2002), serta Amerika Serikat (2002-2005).

Selama berkarier, Soemadi berpengalaman menjadi ketua atau menjadi anggota delegasi RI di berbagai forum di tingkat global seperti PBB,IMF, Bank Dunia, GATT/WTO, GNB, dan Kelompok 77.

Setelah pensiun, ia berkarier menjadi Komisaris Independen PT Astra Internasional Tbk, Komisaris Independen PT Bank DBS Indonesia, anggota Dewan Pertimbangan Kerukunan Purnakaryawan Kemlu, anggota Dewan Penyantun Universitas Katolik Atma Jaya, serta Anggota Dewan Pembina Kelompok Kesenian Saddya Budaya Bangsa.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya