Jumlah Korban Meninggal di Dunia Akibat Virus Corona Lampaui 3.000 Orang

Korban meninggal dunia akibat Virus Corona sudah melampaui angka 3.000.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 02 Mar 2020, 14:51 WIB
Diterbitkan 02 Mar 2020, 14:51 WIB
Petugas Medis Tangani Pasien Virus Corona di Ruang ICU RS Wuhan
Li Xue (kanan), petugas medis dari Provinsi Jiangsu, bekerja di bangsal ICU Rumah Sakit Pertama Kota Wuhan di Wuhan, Provinsi Hubei, 22 Februari 2020. Para tenaga medis dari seluruh China telah mengerahkan upaya terbaik mereka untuk mengobati pasien COVID-19 di rumah sakit itu. (Xinhua/Xiao Yijiu)

Liputan6.com, Jakarta - Jumlah orang yang meninggal di seluruh dunia akibat Virus Corona telah melampaui 3.000, setelah China melaporkan adanya 42 kematian lagi.

Dilansir dari BBC, Senin (2/3/2020), lebih dari 90% dari total kematian berada di Hubei, provinsi China tempat virus ini muncul akhir tahun lalu.

Tetapi ada juga kematian di 10 negara lain, termasuk lebih dari 50 di Iran dan lebih dari 30 di Italia.

Di seluruh dunia, ada hampir 90.000 kasus Virus Corona yang dikonfirmasi, dengan jumlah di luar China tumbuh justru lebih cepat daripada di dalam daratan China.

Tetapi, menurut laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kebanyakan pasien hanya memiliki gejala ringan, dan angka kematian tampaknya antara 2% dan 5%.

Sebagai perbandingan, flu musiman memiliki tingkat kematian rata-rata sekitar 0,1% tetapi sangat menular - hingga 400.000 orang meninggal akibatnya setiap tahun.

Jenis Virus Corona lain, seperti Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan Middle East Respiratory Syndrome (MERS), memiliki angka kematian yang jauh lebih tinggi daripada Covid-19.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Situasi Dunia Terkait Virus Corona

Petugas Medis Tangani Pasien Virus Corona di Ruang ICU RS Wuhan
Han Yi, petugas medis dari Provinsi Jiangsu, bekerja di bangsal ICU Rumah Sakit Pertama Kota Wuhan di Wuhan, Provinsi Hubei, 22 Februari 2020. Para tenaga medis dari seluruh China telah mengerahkan upaya terbaik mereka untuk mengobati para pasien COVID-19 di rumah sakit tersebut. (Xinhua/Xiao Yijiu)

Karena laju pertumbuhan di China telah menurun, seluruh dunia telah melihat adanya peningkatan tajam dalam infeksi. Di area sumber penyebara virus di Eropa, yaitu Italia, jumlah infeksi meningkat dua kali lipat dalam 48 jam, kepala badan perlindungan sipil negara itu mengatakan pada hari Minggu.

Setidaknya ada 34 kematian dan 1.694 kasus dikonfirmasi. Amazon mengatakan dua karyawannya di Italia terinfeksi virus dan berada di bawah karantina.

Di Inggris, di mana ada 36 kasus yang dikonfirmasi, Perdana Menteri Boris Johnson telah memanggil komite darurat Cobra untuk hari Senin.

Pada hari Senin, Korea Selatan, negara yang mengalami virus paling parah setelah China, melaporkan 476 kasus baru, sehingga jumlah total kasus menjadi 4.212. Selain itu, terdapat juga ada 26 kematian.

Dari kasus yang dikonfirmasi, 3.081 kasus berasal dari Daegu - dan 73% dari kasus ini telah dikaitkan dengan Gereja Shincheonji. Anggota-anggota kelompok Kristen pinggiran diyakini telah saling menulari satu sama lain dan kemudian menyebar ke seluruh negeri, yang tampaknya tidak terdeteksi.

Kelompok itu dituduh merahasiakan nama anggotanya, membuatnya lebih sulit untuk melacak wabah. Tetapi Kim Shin-chang, dari gereja, mengatakan kepada BBC bahwa mereka telah memberikan daftar anggota, siswa, dan bangunan kepada pihak berwenang.

"Kami khawatir jika memberikan informasi ini karena keamanan anggota kami," kata Kim, seraya menambahkan bahwa kelompoknya "dianiaya" di Korea Selatan.

Di ibukota Seoul, walikota mendesak 10 juta penduduk kota untuk bekerja dari rumah dan menghindari tempat-tempat ramai. Iran, salah satu negara yang paling parah terkena dampak, mengatakan pada hari Minggu bahwa negara itu memiliki 978 infeksi dan 54 kematian.

Negara-negara termasuk Qatar, Ekuador, Luksemburg dan Irlandia semuanya mengkonfirmasi kasus pertama mereka selama akhir pekan, dan Indonesia mengikuti pada hari Senin.

Negara bagian New York di AS juga telah mengkonfirmasi kasus pertamanya. Pasien itu adalah seorang wanita berusia 30-an yang tertular virus tersebut selama perjalanan baru-baru ini ke Iran.

Dua orang tewas di AS, keduanya di negara bagian Washington.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya