China Ancam Australia Jika Berani Investigasi Asal Virus Corona COVID-19

China memberi ancaman halus ke Australia yang ingin investigasi asal Virus Corona (COVID-19).

diperbarui 29 Apr 2020, 17:06 WIB
Diterbitkan 29 Apr 2020, 17:06 WIB
Ilustrasi bendera Republik Rakyat China (AP/Mark Schiefelbein)
Ilustrasi bendera Republik Rakyat China (AP/Mark Schiefelbein)

Canberra - China memberikan ancaman halus ke pemerintah Australia yang meminta adanya investigasi internasional terkait asal Virus Corona COVID-19. Ancaman diberikan terhadap ekspor Australia ke China.

Dilaporkan ABC Australia, Rabu (29/4/2020), kasus ini bermula dari Menteri Luar Negeri Australia, Marise Payne sebelumnya mendorong digelarnya penyelidikan menyeluruh atas asal-usul pandemi COVID-19, termasuk upaya awal penanganan yang dilakukan China di kota Wuhan.

Usulan ini mendapat dukungan bukan hanya dari kalangan pemerintah, seperti PM Scott Morrison dan Menteri Dalam Negeri Peter Dutton, tapi juga dari pihak oposisi.

Menanggapi permintaan Australia, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Geng Shuang menyebut usulan Australia terkait Virus Corona sama sekali tidak berdasar.

"Keraguan mengenai transparansi China bukan hanya tak sesuai fakta, tapi juga tidak menghargai upaya dan pengorbanan luar biasa dari rakyat China," katanya.

Tak berhenti sampai di situ, Dubes China untuk Australia Cheng Jingye pekan lalu mengisyaratkan jika Australia terus mendorong penyelidikan ini, maka akan ada dampak terhadap produk Australia di China.

"Mungkin saja orang awam (di China) akan bilang, mengapa kita harus minum anggur Australia atau makan daging sapi Australia?" katanya dalam wawancara dengan Australian Financial Review.

Pihak Australia yang menafsirkan pernyataan Dubes Cheng Jingye sebagai ancaman "tekanan ekonomi" menyatakan tidak akan mengubah kebijakannya.

"Australia tidak akan mengubah posisi kebijakan kami pada masalah kesehatan masyarakat karena adanya tekanan atau ancaman tekanan ekonomi," kata Menteri Birmingham.

"Jelas rakyat Australia berharap pemerintahnya memastikan perlunya transparansi dan penyelidikan atas kematian ratusan ribu orang di seluruh dunia, untuk mencegah hal ini terjadi lagi," jelasnya.

Ia menyatakan setiap perbedaan kebijakan Australia dan China, seharusnya tidak mengganggu hubungan perdagangan kedua negara.

"Ekonomi kita adalah pemasok penting bagi ekonomi China, begitu pula ekonomi China memasok barang, sumber daya alam, dan jasa bagi perekonomian Australia," ucap Menteri Birmingham.

Saat ini, kasus Virus Corona di Australia terpantau terkendali, yakni 6.738 kasus.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Manuver Politik

Dalam lawatannya ke Indonesia pada 2-3 Oktober 2013, Presiden Xi Jinping mengusulkan konsep Jalur Sutra Maritim Abad ke-21 atau 21st Century Maritime Silk Road
Dalam lawatannya ke Indonesia pada 2-3 Oktober 2013, Presiden Xi Jinping mengusulkan konsep Jalur Sutra Maritim Abad ke-21 atau 21st Century Maritime Silk Road

Kedutaan Besar China di Canberra kemudian merilis penyataan setelah adanya panggilan telepon dari Sekretaris Deplu Frances Adamson ke Dubes Cheng Jingye.

Kedubes China menuduh Australia tengah melakukan permainan politik, dan menyinggung bahwa Adamson telah "berusaha keras" menjelaskan usulan penyelidikan COVID-19.

"Sekretaris Adamson mencoba yang terbaik untuk membela proposal Australia tentang penyelidikan independen, dengan mengatakan proposal tersebut tidak memiliki motif politik atau menargetkan China," kata jubir Kedubes China.

"Dia juga mengakui kini bukan saatnya untuk melakukan penyelidikan dan Australia tidak memiliki rincian proposal. Lebih lanjut dia menyampaikan Australia tak ingin masalah ini berdampak pada hubungan Australia-Cina," tambahnya.

"Dubes Cheng menjabarkan dengan jelas posisi China, menekankan apa pun alasan yang dibuat pihak Australia, faktanya tidak dapat disembunyikan bahwa proposal tersebut adalah manuver politik," katanya.

Pada briefing hari Senin, juru bicara kementerian luar negeri China, Geng Shuang, menggambarkan desakan internasional untuk penyelidikan asal-usul COVID-19 dipastikan gagal.

"Sejumlah politisi berusaha melakukan manuver politik atas asal-usul (COVID-19) untuk menjelek-jelekkan negara lain, tapi upaya mereka yang tidak populer ini tak akan pernah berhasil," ujarnya.

Sikap Australia yang terus mendorong penyelidikan COVID-19 memicu reaksi di kalangan media d China.

Seperti dilaporkan The Guardian, seorang editor media pemerintah China, Hu Xijin, telah melontarkan pernyataan bahwa hubungan antara Australia dan mitra dagang terbesarnya China, kemungkinan akan memburuk seperti halnya hubungan antara Beijing dan Washington.

Dalam salah satu postingan di media sosial, Hu menyebut bahwa China perlu mempunyai kesadaran mengenai risiko melakukan bisnis dengan Australia "dan juga ketika kita mengirimkan anak-anak kita untuk sekolah di sana."


Dorongan Penyelidikan Berlanjut

FOTO: Kasus Corona COVID-19 Global Tembus 3 Juta Pasien
Penumpang menjaga jarak fisik saat naik kereta bawah tanah di Milan, Italia, Senin (27/4/2020). Kasus infeksi virus corona COVID-19 terbesar ketiga tercatat di Italia yang mencapai 199.414 kasus dengan 66.624 orang sembuh. (Claudio Furlan/LaPresse via AP)

Menlu Marise Payne pada hari Senin lalu menyatakan adanya ancaman tekanan ekonomi justru semakin menguatkan dorongan untuk melakukan penyelidikan asal-usul COVID-19.

Perdana Menteri Scott Morrison sebelumnya telah meminta negara-negara anggota Organisasi Kesehatan Dunia WHO untuk mendukung penyelidikan independen ini.

Ia bahkan menyebutkan Australia akan mendorong penyelidikan internasional dalam sidang WHO pada 17 Mei mendatang.

Menteri Perbendaharaan Negara (Treasurer) Josh Frydenberg secara terpisah mengatakan pihaknya tetap mendorong penyelidikan ini. 

Sementara Mendagri Peter Dutton menyatakan tidak mengerti mengapa China menolak upaya penyelidikan menyeluruh terhadap wabah ini.

Pemimpin Oposisi, Anthony Albanese mengatakan Australia menginginkan adanya hubungan positif dengan China tetapi harus dibangun atas kepercayaan dan transparansi.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya