Canberra Jadi Kawasan Pertama di Australia yang Bersih dari Kasus Corona COVID-19

Pemerintah Canberra menyatakan bahwa di wilayahnya tak ada lagi kasus baru positif Virus Corona COVID-19.

diperbarui 01 Mei 2020, 16:01 WIB
Diterbitkan 01 Mei 2020, 16:01 WIB
Bendera negara Australia - AFP
Bendera negara Australia - AFP

Canberra - Negara bagian Australian Capital Territory (ACT) yang meliputi ibu kota, Canberra menjadi kawasan pertama di Australia yang tidak lagi memiliki kasus positif Virus Corona COVID-19.

Menurut laporan ABC Australia, Jumat (1/5/2020), setelah adanya 106 kasus dan tiga kematian di ACT, warga Canberra yang terakhir mengidap virus corona, Jan Stoop sekarang sudah sembuh.

Hari Kamis kemarin, Pemerintah ACT mengatakan dengan sembuhnya Jan artinya tidak ada lagi virus corona di negara bagian yang berpenduduk sekitar 412 ribu orang tersebut.

Jan tertular virus dari istrinya Irene yang kembali dari Afrika Selatan, beberapa hari sebelum larangan perjalanan internasional diumumkan oleh Australia.

Irene Stoop mengatakan ketika ia pertama kali dinyatakan positif COVID-19, merasa seperti menghadapi 'hukuman mati.'

"Beberapa anggota keluarga menangis ketika mendengar berita ini," kata Irene.Irene merasa letih luar biasa dan makanan yang dimasaknya sendiri terasa tidak enak, karena dia tidak bisa mencium dan merasakan makanan.

Ketika Irene mulai sembuh, suaminya Jan yang kemudian jatuh sakit.

"Saya mengalami demam yang luar biasa. Saya sempat ganti baju tiga kali dalam semalam," kata Jan.

Setelah sembuh, Jan mengatakan semua orang harus tetap waspada dengan virus corona, namun tidak perlu takut.

"Ini bukanlah hukuman mati," katanya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Kasus di Panti Jompo di Victoria

Lansia (iStock)
Ilustrasi lansia (iStockphoto)

Sementara itu di negara bagian Victoria, dengan ibukota Melbourne, pihak berwenang sedang menyelidiki sumber penularan baru COVID-19 di sebuah rumah perawatan lanjut usia di Melbourne.

Kepala Bidang Medis (Chief Medical Officer) Victoria, Profesor Brett Sutton mengatakan mereka sedang menyelidiki beberapa kasus di rumah tersebut.

Kepada Radio ABC Melbourne, Profesor Brett mengatakan ada tiga kasus positif di rumah tersebut, termasuk dua lansia dan seorang karyawan.

Ia mengatakan berbagai langkah pencegahan ketat sekarang sudah dilakukan, karena potensi penyebaran besar sekali.

Menurutnya sulit mengetahui apakah pengunjung atau salah seorang karyawan yang membawa virus ke dalam rumah tersebut.

Dengan adanya kasus di rumah lansia ini, selama 24 jam terakhir ada 7 kasus baru di Victoria, sehingga kasusnya menjadi 1.361.

Profesor Brett mengatakan salah satu positif berasal dari Rumah Sakit Sunshine, dimana sebelumnya 25 staf menjalani karantina, setelah seorang pasien positif terkena COVID-19.

"Kami melakukan banyak tes di sana, mungkin saja ada kasus baru, namun kami akan bisa menguasai keadaan," katanya.

Adanya Pengujian di Pusat Perbelanjaan

Covid-19 Jadi Nama Penganti Virus Corona
Covid-19, Nama Baru Corona: Petugas laboratorium menguji sampel dari orang yang akan diuji untuk virus corona COVID-19 di sebuah laboratorium di Shenyang, provinsi Liaoning, China, Rabu (12/2/2020). WHO kini tidak lagi menyebut virus yang merebak di China sebagai Virus Corona Baru. (STR/AFP)

Pemerintah Victoria sedang berusaha untuk melakukan 100 ribu tes virus corona selama dua minggu.

Sekarang sudah ada 10 tempat tes yang ditempatkan di pusat perbelanjaan di berbagai bagian wilayah di kota Melbourne.

Kesepuluh pusat perbelanjaan adalah di West Footscray, Werribee, Epping, Watergardens, Fountain Gate, Frankston, Chadstone, Doncaster, Highpoint dan Northland.Di pusat pengetesan akan ada dokter, perawat dan staf bagian patologi.

Sementara di kawasan pinggiran juga akan lebih banyak tempat untuk tes corona.

Pemerintah Victoria juga telah mengeluarkan larangan pembatasan penjualan obat hydroxychloroquine, obat anti malaria yang sebelumnya disebut Presiden Donald Trump bisa mengobati virus corona.

Menteri Kesehatan Victoria, Jenny Mikakos mengatakan pernyataan jika obat tersebut bisa menyembuhkan penderita virus corona belum terbukti.

Menurutnya pembelian berlebihan obat anti malaria malah membuat mereka yang betul-betul memerlukan tidak bisa mendapatkannya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya