Kasus Baru Corona COVID-19 Melonjak, Pakistan Didesak WHO Lockdown Lagi

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendesak Pakistan agar memberlakukan putaran baru lockdown, dengan adanya kelonjakan kasus baru Virus Corona COVID-19 di negara tersebut.

oleh Liputan6.comNatasha Khairunisa Amani diperbarui 11 Jun 2020, 14:32 WIB
Diterbitkan 11 Jun 2020, 14:32 WIB
FOTO: Jelang Idul Fitri, Warga Pakistan Ramaikan Pasar
Kemacetan kendaraan di Raja Bazar jelang Hari Raya Idul Fitri, Rawalpindi, Pakistan, Selasa (19/5/2020). Raja Bazar terpantau ramai setelah pemerintah Pakistan melonggarkan lockdown karena pandemi virus corona COVID-19. (Farooq NAEEM/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Selama sepekan terakhir, sejumlah anggota parlemen dan pejabat pemerintah di Pakistan telah dites positif untuk Corona COVID-19, ketika jumlah infeksi nasional mengalami kelonjakan menjadi sekitar 114.000 pada Rabu 10 Juni 2020. 

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) seperti dikutip dari VOA Indonesia, Kamis (11/6/2020), kemudian mendesak Pakistan agar memberlakukan putaran baru lockdown. Melihat adanya lonjakan kasus baru dalam beberapa hari terakhir di negara itu.

Beberapa anggota legislatif nasional dan provinsi juga termasuk di antara hampir 2.300 warga Pakistan yang meninggal setelah tertular Virus Corona COVID-19. Pada Selasa 9 Juni, negara tersebut melaporkan 113.702 kasus Corona COVID-19 terkonfirmasi dengan 2.255 kematian, termasuk rekor 105 kematian.

Larangan untuk menghadiri sidang parlemen diberikan oleh Ketua Majelis Nasional untuk anggotanya, kecuali mereka sudah dites dan hasilnya positif Virus Corona COVID-19.

Perwakilan WHO Palitha Mahipala, dalam surat kepada otoritas kesehatan di Punjab, negara bagian terbesar di Pakistan, merekomendasikan lockdown berkala, yaitu pemberlakuan berselang-seling setiap dua pekan, dan untuk melipatgandakan kapasitas pengujian pada Corona COVID-19 menjadi 50.000 tes per hari.

"Jumlah kasus terkonfirmasi telah membubung sejak beberapa provinsi melonggarkan karantina pada awal Mei," kata Palitha Mahipala. 

Sejak akhir bukan lalu, infeksi Corona COVID-19 di Pakistan telah meningkat ketika pemerintah melonggarkan pembatasan nasional untuk kegiatan komersial dan publik. Selain itu, selama beberapa hari terakhir, rumah sakit, terutama yang berada di kota-kota besar Pakistan telah memperingatkan ruangan perawatan yang sudah tidak tersedia, dan beberapa di antaranya bahkan menolak pasien baru.

Pada Rabu 10 Juni, Pakistan, dengan penduduknya yang berjumlah 220 juta orang mencatat jumlah kasus Corona COVID-19 tertinggi, sejak wabah melanda negara tersebut pada akhir Februari.

 

Saksikan Video Berikut Ini:

Menolak Karantina Ketat

Jelang Ramadan, Masjid di Pakistan Dibersihkan Cegah Covid-19
Seorang pekerja menyemprotkan disinfektan di masjid menjelang Ramadan selama penguncian nasional yang diberlakukan pemerintah sebagai tindakan pencegahan terhadap coronavirus COVID-19, di Karachi, Pakistan (21/4/2020). (AFP/Asif Hassan)

Seperti yang dilakukan di negara-negara lain, Perdana Menteri Pakistan Imran Khan telah menolak memberlakukan karantina wilayah yang ketat di seantero negara tersebut. Alasannya, hal itu dapat memberikan dampak yang menghancurkan bagi perekonomian, terutama bagi kaum miskin.

Sedangkan untuk kasus di negara tetangga, India, Deputi Menteri Utama New Delhi, Manish Sisodia, mengatakan bahwa pada akhir Juli kota tersebut mungkin akan mencatat hingga 550.000 kasus Corona COVID-19.

Sedikitnya tercatat ada 29.000 kasus Virus Corona COVID-19 yang terkonfirmasi di New Delhi. 

Pada Selasa 9 Juni, Manish Sisodia mengatakan kepada para wartawan bahwa 80.000 ekstra tempat tidur di rumah sakit akan diperlukan, jika kecenderungan pertambahan kasusnya bertahan seperti sekarang.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya