Liputan6.com, Jakarta - Jika seseorang menangis dan terlihat hanya berpura-pura untuk memalsukan penyesalan atau menarik empati, biasanya yang demikian disebut mengeluarkan "air mata buaya."
Mengapa ekspresi yang menampilkan ekspresi tidak tulus itu harus melibatkan reptil yang memiliki gigi tajam tersebut?
Asal usulnya ternyata menjadi populer sekitar abad ke-14 ketika sebuah memoar terlaris, The Voyage and Travel of Sir John Mandeville, mereferensikan ada seekor ular yang "terisak-isak" sambil memakan korban manusia. Mandeville adalah sebuah kota di Louisiana, Amerika Serikat.
Advertisement
Baca Juga
Di negara itu ada banyak buaya serta ular berukuran panjang. Pada malam hari mereka biasanya berdiam di dalam air, dan pada siang hari ada di tanah, di bebatuan dan di dalam gua. Mereka tidak makan daging sepanjang musim dingin, tetapi mereka terus berbaring seperti ada di dalam mimpi, seperti halnya ular.
Ular-ular ini membunuh manusia, dan mereka memakannya sambil mengeluarkan air mata, sebab mereka harus membuka rahang dengan lebar dan menelannya secara perlahan.
Sejak berabad-abad sejak itu, buaya yang 'menangis 'telah menjadi metafora untuk penyesalan yang dangkal.
Pada 2007, ahli zoologi Universitas Florida, Kent Vliet, sebenarnya membuktikan bahwa hewan-hewan itu terisak-isak sambil makan. Tetapi karena buaya makan ketika berada di dalam air - membuat studi tentang waktu makan air mata mereka sulit - ia mempelajari kerabat dekat mereka, kaiman dan aligator, yang mungkin makan di tanah kering.
Dari tujuh yang ia rekam tengah makan di taman aligator Florida, lima di antaranya menangis sebelum, selama, dan setelah makan.
Teori Vliet menunjukkan bahwa ketika binatang membuka rahang mereka dengan lebar saat makan, maka akan memaksa udara melalui sinus buaya sehingga keluarlah air mata.
Vliet juga menyelidiki sikap biologis di balik "metafora Crocodilian" oleh Malcolm Shaner, seorang ahli saraf UCLA yang meneliti fenomena di mana beberapa penderita kelumpuhan wajah akan menangis ketika mereka mengunyah (makan). Dokter sering menyebut kondisi mata ini sebagai "air mata buaya".
Ungkapan ini digunakan sebagai dongeng untuk mengajarkan pertobatan yang tulus, oleh Shakespeare untuk menyampaikan kesedihan palsu, dan, baru-baru ini oleh media untuk mengejek politikus yang menangis atau tersangka pembunuhan dengan ungkapan yang sama.
Simak video pilihan berikut:
Tips Selamatkan Diri Jika Dikejar Buaya
Akan sangat sulit sekali menghindar dari serangan buaya, jika Anda berada di tepi sungai.
Namun, saat berada di daratan, cobalah untuk berlari zig-zag -- seperti nasihat orang-orang.
Mengapa? Sebab, cara tercepat untuk melarikan diri dari buaya atau alligator adalah berlari zig-zag. Kecepatan gerak buaya di atas tanah adalah 17 km/jam.
Advertisement