Usaha Amerika Serikat Mediasi Konflik di Libya Disambut Baik Rusia

Lavrov dan Menteri Pertahanan Rusia tiba-tiba membatalkan rencana kunjungan hari Minggu ke Turki untuk mengupayakan perundingan gencatan senjata.

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Jun 2020, 08:03 WIB
Diterbitkan 19 Jun 2020, 08:03 WIB
Donald Trump, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov, dan Duta Besar Rusia untuk AS Sergei Kislyak
Donald Trump bersama dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov (kiri) dan Duta Besar Rusia untuk AS Sergei Kislyak (AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov pada Rabu 17 Juni 2020 mengatakan akan menyambut segala upaya Amerika, untuk menggunakan pengaruhnya terhadap Turki dalam menyusun gencatan senjata di Libya. Di mana Turki dan Rusia mendukung pihak-pihak yang bersengketa dalam perselisihan yang semakin keras.

Minggu lalu Turki menolak rencana gencatan senjata yang diajukan Jenderal Khalifa Haftar dan didukung Mesir, demikian dikutip dari laman VOA Indonesia, Jumat (19/6/2020).

Menteri Luar Negeri Turki Mevlüt Çavuşoğlu mencela bahwa jenderal itu hanya menginginkan gencatan senjata karena kalah di medan perang, dan mengatakan prakarsa gencatan senjata yang disuarakan Presiden Mesir Abdel-Fattah el-Sissi, "sudah mati sebelum dijalankan."

Pasukan komando wilayah timur dukungan Rusia bulan lalu terpaksa menghentikan pengepungan 14 bulan atas ibu kota Libya Tripoli, menyusul peningkatan besar-besaran dukungan militer Turki terhadap pemerintahan di Tripoli yang diakui secara internasional.

Lavrov dan Menteri Pertahanan Rusia tiba-tiba membatalkan rencana kunjungan hari Minggu ke Turki untuk mengupayakan perundingan gencatan senjata.

Sebagian diplomat Barat menafsirkan permintaan Lavrov pada Amerika sebagai suatu perubahan besar bagi Rusia, yang di masa lalu mengkritik keterlibatan Barat di Libya, sebagai tanda meningkatnya kekesalan di Moskow atas merosotnya kekuatan Haftar di medan perang.

Saat ini pemerintah resmi Libya mengancam untuk bergerak ke wilayah timur yang dikuasai Haftar, dan itu memicu serangan atas kota pesisir Sirte, yang terletak di antara Tripoli dan Benghazi, markas Jenderal Haftar.

 

Simak video pilihan berikut:

Turki Terlibat dalam Konflik Libya?

Dukungan Warga Turki untuk Tentaranya yang Perangi Kurdi di Suriah
Isikli Tosun Baba (60) melambaikan bendera saat pasukan Turki bergerak melewatinya di Oncupinar, Kilis, Turki, Minggu (28/1). Aksi itu dilakukan untuk mendukung serangan pasukan Turki ke kantung Kurdi di Afrin, Suriah. (AP Photo/Lefteris Pitarakis)

Sementara itu, Turki dan Libya, pada 4 Juni 2020 lalu semakin memperkuat hubungan bilateral dalam pertemuan antara Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Perdana Menteri yang berbasis di Tripoli, Fayez al-Sarraj.

Dalam konferensi pers dengan al-Sarraj di Ankara, Erdogan mengatakan, Turki dan Libya sepakat memperluas hubungan mereka, termasuk di wilayah timur Laut Tengah.

Pada akhir Mei, pasukan Government of National Accord (GNA) yang berbasis di Tripoli dan didukung Turki, membuat beberapa kemajuan di Libya melawan pasukan saingannya yang dipimpin Khalifa Haftar sebelum kedua pihak sepakat pekan ini untuk kembali ke perundingan gencatan senjata.

"Sejarah akan menghakimi mereka yang menyebabkan pertumpahan darah dan air mata di Libya dengan mendukung Haftar," ujar Erdogan kepada wartawan dalam konferensi pers.

Sementara itu, al-Sarraj menyatakan kemenangan atas pasukan Haftar dan mengatakan “Kalian telah kalah di Tripoli. Terima lah."

Beberapa pakar menyebut rangkaian kemenangan GNA sebagai titik balik dalam perang saudara Libya yang telah berlangsung enam tahun, dan Turki tampil sebagai pemain luar yang kemungkinan mendominasi negara di Afrika utara itu

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya