Kisah Inspiratif Pengusaha Arung Jeram Selamatkan Korban Banjir Kyushu Jepang

Berikut adalah kisah inspiratif dari pengusaha arung jeram yang ikut berpartisipasi menyelamatkan korban banjir di wilayah Kyushu, Jepang.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 08 Jul 2020, 11:03 WIB
Diterbitkan 08 Jul 2020, 11:03 WIB
FOTO: Hujan Deras Picu Banjir dan Tanah Longsor di Jepang
Banjir luapan Sungai Kuma merendam kawasan Hitoyoshi, Prefektur Kumamoto, Jepang, Sabtu (4/7/2020). Hujan deras memicu banjir dan tanah longsor di sejumlah wilayah Jepang. (Kyodo News via AP)

Liputan6.com, Tokyo- Kisah inspiratif datang dari seseorang yang telah memiliki pengalaman arung jeram puluhan tahun di Jepang. Ia adalah Kentaro Oishi, yang dengan suka rela menghadapi situasi menantang saat terlibat dalam misi kemanusiaan untuk menyelamatkan korban banjir di prefektur Kumamoto. 

Bersama 3 rekannya, Oishi pada biasanya, Oishi melayani para turis yang bertamasya ke Sungai Kuma. Tetapi dengan situasi yang terjadi di wilayah barat daya Negeri Sakura itu, saat ini mereka mengayuh perahu melalui air yang menenggelamkan distrik tempat tinggal mereka. 

Dalam percakapan via telepon, Oishi menceritakan kepada AFP, "Saya mendapat telepon darurat dari kantor manajemen bencana kota untuk meminta bantuan ... karena mereka mengira kami akan menjadi yang paling cepat ke sana".

"Aku segera mengatakan kepada mereka, 'Kami akan ke sana sekarang.' Dan saya menyiapkan perahu. Saya tidak ragu sama sekali," ungkap kepala dari asosiasi arung jeram di Kota Hitoyoshi itu.

Hujan lebat melanda wilayah Kyushu di Jepang dalam beberapa hari terakhir, yang telah menyebabkan puluhan orang tewas akibat banjir dan tanah longsor. 

Namun Oishi adalah salah satu di antara mereka yang beruntung, dengan rumah dan fasilitas penyimpanan perahunya yang berada di tempat bermedan tinggi di kota tepi sungai tersebut. 

Tetapi bencana itu tentunya tetap membuat Oishi terkejut, ketika ia menyaksikan kampung halamannya ditenggelami air. 

Pendayung veteran itu mengatakan kepada AFP, "Saya memiliki pengalaman arung jeram selama 20 tahun, tetapi saya tidak pernah bermimpi," mendayung perahu melintasi kota.

"Sejujurnya, saya begitu takut pada awalnya ketika aku melihat permukaan air naik begitu cepat di sungai,"cerita Oishi, demikian seperti dikutip dari Channel News Asia, Rabu (8/7/2020).

Saksikan Video Berikut Ini:

Upaya yang Berujung Positif

Sebuah rumah yang rusak akibat banjir di Nagano, setelah Topan Hagibis menghantam Jepang pada 12 Oktober melepaskan angin kencang, hujan lebat dan memicu tanah longsor dan bencana banjir. (Foto: AFP / Kazuhiro NOGI)
Sebuah rumah yang rusak akibat banjir di Nagano, setelah Topan Hagibis menghantam Jepang pada 12 Oktober melepaskan angin kencang, hujan lebat dan memicu tanah longsor dan bencana banjir. (Foto: AFP / Kazuhiro NOGI)

Selama operasi penyelamatan, dengan kencangnya arus air lumpur, keempat pendayung itu sering kali harus turun dan membawa perahu mereka dengan hati-hati agar tidak terbalik.

Ditambah lagi mereka juga membawa penduduk yang dievakuasi yang tengah ketakutan di atas perahu. 

"Itu sangat sulit karena kami tidak tahu apa yang ada di bawah aliran tanah," ungkap Kentaro Oishi.

Namun upaya mereka membuahkan hasil yang cukup baik, dengan berhasil menyelamatkan sekitar 40 penduduk, termasuk lansia dan seorang warga yang terjebak di genangan air hingga setinggi lehernya.

Oishi mengatakan, "Kami biasanya membantu wisatawan dari luar kota menikmati arung jeram, tetapi kali ini kami bisa membantu penduduk setempat bertahan".

"Saya bersyukur bahwa penduduk setempat sekarang dapat menyadari kontribusi apa yang dapat diberikan arung jeram kepada masyarakat," tambahnya. 

Setelah satu hari upaya penyelamatan sukarela itu berlalu, Oishi menukar dayungnya dengan sekop dan sejak itu ikut membantu membersihkan kotoran dari rumah-rumah di sekitarnya. 

Oishi, pada biasanya akan menikmati salah satu periode tersibuk di musim liburan. Per hari, ia bisa memperoleh hingga 100 orang yang ingin merasakan pengalaman arung jeram di sungai.

Tetapi dengan banjir yang datang ditambah masih adanya pandemi Corona COVID-19, indutri pariwisata lumpuh. Namun Oishi memutuskan tetap bersabar untuk tahun ini.

"Saya menyerah pada pembukaan kembali tahun ini karena jembatan yang rusak karena banjir dan jalan terputus. Tetapi saya masih berharap untuk kembali ke sungai mungkin tahun depan," kata Oishi kepada AFP.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya