Uni Eropa Sumbang Rp 573 Juta untuk Rohingya di Aceh

Uni Eropa memberi sumbangan ke Rohingya di Aceh melalui PMI.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 17 Jul 2020, 17:28 WIB
Diterbitkan 17 Jul 2020, 17:28 WIB
Melihat Pengungsi Rohingya di Penampungan Imigrasi Acehan Bunga Selama Musim Panas di Ukraina
Pengungsi Rohingya menunggu di pusat penampungan sementara bekas kantor Imigrasi Punteuet di Lhokseumawe, Aceh Utara (26/6/2020). Dari hasil tes tersebut, mereka semua dinyatakan non reaktif. (AFP Photo/CHAIDEER MAHYUDDIN)

Liputan6.com, Jakarta - Uni Eropa memberikan bantuan sebesar 35 ribu euro (Rp 573 juta) kepada 99 warga Rohingya di Aceh. Bantuan ini diberikan lewat Palang Merah Indonesia (PMI).

"Pendanaan UE mendukung Palang Merah Indonesia dalam mengirim air, fasilitas sanitasi, pelayanan kesehatan, dukungan piskologis, serta barang-barang krusial, seperti alas tidur dan bantal, benda-benda kebersihan dan alat pelindungan diri," tulis Uni Eropa dalam keterangan resmi, seperti dikutip Jumat (17/7/2020).

Fokus PMI adalah pencegahan Virus Corona (COVID-19) dan demam berdarah. Pendanaan ini juga membantu agar keluarga Rohingya yang terpisah dapat terus menjaga kontak.

Dana itu adalah bagian dari sumbangan Uni Eropa ke Disaster Relief Emergency Fund (DREF) untuk Palang Merah Internasional dan Bulan Sabit Merah.

Pada Juni lalu, ada 99 migran Rohingnya yang ditolong dekat Seunodon, wilayah utara Aceh. Mereka berada di laut selama lebih dari 120 hari.

Selama bertahun-tahun, warga Rohingnya mengungsi ke negara ASEAn seperti Malaysia, Thailand, dan Indonesia. Namun, situasi corona menyulitkan negara lain untuk membantu mereka.

Negeri jiran Malaysia sempat menolak gelombang baru pengungsi Rohingya karena alasan pandemi. Sebanyak 269 migran Rohingya ditahan di Malaysia.

99 migran Rohingya di Indonesia berasal dari Rakhine State. Saat ini mereka sudah berada di Balai Latihan Kerja di Lhokseumawe.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

25 Anak Rohingya di Aceh Tidak Didampingi Orang Tua

Melihat Pengungsi Rohingya di Penampungan Imigrasi Aceh
Pengungsi Rohingya menunggu di pusat penampungan sementara bekas kantor Imigrasi Punteuet di Lhokseumawe, Aceh Utara (26/6/2020). Dari hasil tes tersebut, mereka semua dinyatakan non reaktif. (AFP Photo/CHAIDEER MAHYUDDIN)

Kementerian Luar Negeri dan Badan PBB untuk Urusan Pengungsi bekerja sama untuk mendata migran Rohingya di Aceh. Hingga Jumat lalu, ada 90 migran yang sudah ikut pendataan. 

Dalam prosesnya, Kemlu menemukan ada 25 anak Rohingya yang tidak didampingi orang tua (unaccompanied children). Hampir dari setengahnya datang tanpa keluarga sama sekali, namun sudah dapat pendampingan.  

"Dari 25 anak tersebut, 13 anak-anak tanpa keluarga atau kerabat telah mendapatkan pendamping atau wali sementara dari kalangan migran," jelas Menlu Retno Marsudi dalam konferensi pers virtual.

"Sementara itu, 12 lainnya telah didampingi oleh keluarga tidak langsung dari anak-anak tersebut seperti paman, bibi, dan sebagainya, yang juga ada dalam rombongan," lanjut Menlu Retno. 

Keluarga anak-anak Rohingya itu sudah dilacak lewat program Restoring Family Links. Keluarga anak-anak itu ternyata berada di luar negeri seperti Malaysia dan Bangladesh.

Mulai Jumat ini, migran Rohingya juga sudah pindah dari bekas kantor imigrasi Lhokseumawe ke gedung Balai Latihan Kerja (BLK) Lhokseumawe. Mereka juga diberikan hygiene kit.

"Kita juga terus memberikan perhatian terhadap kebutuhan logistik dan kesehatan para migran, termasuk adanya tenaga medis yang akan standby di tempat penampungan," jelas Menlu Retno.

Dua orang migran Rohingya sempat dilaporkan sakit. Keduanya sudah dinyatakan sembuh. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya