Liputan6.com, DC - Amerika Serikat (AS) menyatakan pada Jumat (14/8) bahwa pihaknya menyita kiriman bahan bakar dari empat kapal Iran yang hendak menuju Venezuela --sehingga mengganggu jalur pasokan kedua negara yang menentang sanksi-sanksi AS tersebut.
Presiden AS Donald Trump menyebut Iran semestinya tidak mengirimkan kargo ke Venezuela. Ia juga mengatakan minyak sitaan itu kini dalam perjalanan menuju Houston, Texas, dan mungkin telah tiba.
Advertisement
"Minyak sitaan itu menuju ke Houston. Dan, mereka di sana. Kami memindahkannya, dan bergerak menuju Houston," kata Trump dalam konferensi pers di Gedung Putih, sebagaimana diwartakan Reuters, dikutip dari Antara, Sabtu (15/8/2020).
Kementerian Kehakiman AS menyatakan kargo yang disita itu kini berada di bawah penahanan negara "dengan bantuan dari partner luar negeri."
Kementerian menambahkan bahwa minyak sitaan dari empat tanker itu sebanyak sekitar 1,116 juta barel, angka terbesar yang pernah disita AS dari Iran sejauh ini.
"Diplomasi kami, yang dipimpin oleh Perwakilan Khusus untuk Iran, Brian Hook, mampu menahan pengiriman ini dan juga membantu Kementerian Kehakiman dan Keamanan Dalam Negeri untuk mengeksekusi perintah penangkapan," kata kementerian dalam keterangannya.
Namun, baik Kementerian Kehakiman ataupun Kementerian Luar Negeri tidak menyebut secara rinci mengenai kapan, di mana, maupun bagaimana proses penangkapan tersebut dilakukan.
Pada keterangan itu, juga tidak diungkapkan tentang langkah-langkah yang dijalankan oleh Hook, yang pengunduran diri dari jabatannya diumumkan awal pekan ini, dalam melakukan penangkapan.
Simak video pilihan berikut:
Ketegangan AS, Iran dan Venezuela
Sebelumnya, pada Jumat 14 Agustus malam waktu setempat, surat kabar Wall Street Journal (WSJ) melaporkan bahwa ancaman langkah hukum dan sanksi AS memaksa beberapa pemilik kapal Yunani yang mengelola pengiriman itu menyerahkan minyak dari Iran kepada Pemerintah AS dalam beberapa hari terakhir.
Laporan WSJ, yang mengutip sumber terkait dengan penyitaan itu, menyebutkan operasi dilakukan AS di perairan internasional tanpa keberadaan fisik satu orang pun dari otoritas AS atau pendampingan dari pemerintah asing.
Venezuela sendiri disebut telah membayar kiriman minyak tersebut, sehingga Iran tidak akan menderita kerugian apapun dari penyitaan yang dilakukan AS.
AS menerapkan sanksi terhadap Iran dan Venezuela, yang berfokus pada ekspor-impor minyak dan menghadang sumber pendapatan utama kedua negara itu sebagai upaya untuk menjatuhkan Presiden Venezuela Nicolas Maduro dari posisinya serta mengancam agar Pemerintah Iran berubah sikap.
Pemerintah AS juga mengancam akan memberikan sanksi kepada para pemilik kapal dan operator kapal yang terlibat dalam perdagangan-pengiriman minyak antara Iran dan Venezuela.
Advertisement