Oxford Lanjutkan Uji Klinis Vaksin COVID-19 Usai Ditunda Akibat Ada Efek Samping

Uji klinis vaksin COVID-19 yang dilakukan Universitas Oxford sempat terhenti karena seorang partisipan terkena penyakit misterius.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 13 Sep 2020, 18:35 WIB
Diterbitkan 13 Sep 2020, 18:35 WIB
Peneliti Universitas Oxford
Peneliti Universitas Oxford | dok. instagram.com/oxford_uni

Liputan6.com, Jakarta Universitas Oxford dan AstraZeneca kembali melanjutkan uji klinis vaksin Virus Corona (COVID-19) setelah sempat ditunda. Alasan penundaan karena ada seorang peserta uji yang mengalami penyakit misterius.

Pada Sabtu 12 September 2020 kemarin, Universitas Oxford memutuskan untuk melanjutkan uji klinis karena dinilai sudah aman. Universitas Oxford juga sudah memperhitungkan bahwa akan ada partisipan yang sakit.

Uji klinis vaksin COVID-19 dari Oxford ini melibatkan sekitar 30 ribu orang di berbagai negara. Satu orang pasien yang sakit berada di Inggris.

BBC melaporkan, Minggu (13/9/2020), keputusan Oxford untuk melanjutkan uji klinis berdasarkan masukan dari pihak pemerintah, badan regulator produk kesehatan, dan komite review yang bersifat independen. Pemerintah Inggris juga menyambut baik berlanjutnya uji klinis ini. 

"Kabar baik bagi semuanya bahwa uji vaksin Oxford dimulai lagi dan berlangsung. Penundaan itu menujukan kita selalu mengutamakan keselamatan. Kita akan mendukung ilmuwan kita untuk memberikan vaksin efektif dengan secepat dan seaman mungkin," ujar Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock.

Sebelumnya, The New York Times meaporkan bahwa seorang pasien yang sakit itu menderita Myelitis transversa. Penyakit itu menyerang saraf tulang belakang.

Vaksin Oxford adalah satu dari 172 vaksin untuk COVID-19 yang sedang dikembangkan di seluruh dunia. WHO menargetkan ada 2 miliar vaksin efektif yang tersedia di akhir 2021.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

COVID-19 di India Meroket, Muncul 94 Ribu Kasus Baru dalam Sehari

Kasus COVID-19 di India melonjak.
Kasus COVID-19 di India melonjak. Dok: AP Photo

India kembali mencatat jumlah penambahan besar kasus Virus Corona (COVID-19). Jumlah kasus baru mencapai 94 ribu dalam 24 jam terakhir.

Itu artinya kasus di India dalam satu hari ini lebih banyak ketimbang seluruh kasus COVID-19 di China. Saat ini, kasus di China stabil di angka 90 ribu. 

Dilaporkan AP News, Minggu (13/9/2020), Kementerian Kesehatan India juga melaporkan ada 1.114 pasien meninggal dalam 24 jam terakhir.

Totalnya, ada 4,75 juta kasus COVID-19 di India, serta total kematian 78 ribu. Tingkat kesembuhan di India adalah 77,77 persen. Sebanyak 70 ribu orang sembuh.

India melakukan 1 juta tes virus corona setiap harinya. Namun, pakar-pakar menyebut India masih harus menambah jumlah tes mengingat jumlah populasi negara yang tinggi.

India sempat melaksanakan lockdown pada Maret lalu, namun dicabut. Pertumbuhan ekonomi India juga merosot hingga 24 persen pada kuartal II tahun ini akibat lockdown.

Kasus COVID-19 di India memang lebih tinggi dari Indonesia, tetapi tingkat kematian di Indonesia lebih tinggi. Menurut Statista, tingkat kematian di Indonesia masih melewati 4 persen, sementara di India hanya 1,67 persen.

Tingkat kematian di Indonesia akibat COVID-19 tertinggi kedua di Asia Pasifik setelah China.

Infografis COVID-19 di Asia Tenggara

INFOGRAFIS: Perbandingan Tingkat Kematian COVID-19 di ASEAN (Liputan6.com / Abdillah)
INFOGRAFIS: Perbandingan Tingkat Kematian COVID-19 di ASEAN (Liputan6.com / Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya