Donald Trump Akui Nyaris Bunuh Presiden Suriah Bashar al-Assad

Donald Trump mengakui bahwa ia nyaris membunuh Presiden Suriah Bashar al-Assad.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 16 Sep 2020, 20:26 WIB
Diterbitkan 16 Sep 2020, 20:25 WIB
Donald Trump
Presiden AS Donald Trump merapikan dasinya saat mengunjungi Owens & Minor Inc., sebuah perusahaan pemasok peralatan medis di Allentown, Pennsylvania, Kamis (14/5/2020). Penampilan Trump saat melakukan kunjungan tanpa mengenakan masker menjadi sorotan di tengah pandemi Covid-19. (AP Photo/Evan Vucci)

Liputan6.com, Washington, D.C. - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengakui dirinya nyaris membunuh Presiden Suriah Bashar al-Assad. Keputusan itu batal karena permintaan eks-Menteri Pertahanan Jim Mattis. 

"Saya lebih suka menyingkirkannya. Dia sudah saya target. Mattis tidak ingin saya melakukannya," ujar Presiden Trump dalam wawancara dengan Fox News seperti dilansir Rabu (16/9/2020).

Donald Trump lantas mengkritik Jim Mattis yang ia sebut "overrated" dan tak tahu caranya menang. Kendati demikian, Trump berkata tidak menyesal atas keputusannya tidak membunuh Presiden Assad.

Ia menyebut tak ambil pusing jika pilihannya membuat Assad hidup atau mati.

"Tetapi saya bisa memutuskan untuk menyingkirkannya, dan Mattis menolak itu. Mattis menolak hal-hal seperti itu," kata Trump.

Berbagai media AS menyebut ucapan Donald Trump bertolak belakang dengan klaimnya pada 2018. Waktu itu Trump mengaku tak pernah berpikir untuk membunuh Assad.

Pada 2018, jurnalis Bob Woodward juga menulis buku terkait niat Trump untuk menghabisi Assad. Trump ingin melakukan itu karena Assad diduga menggunakan senjata kimia.

Akhirnya, pemerintahan Donald Trump memutuskan untuk menyerang tempat senjata militer Suriah.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Donald Trump Yakin Palestina Akan Damai dengan Israel

Presiden AS Donald Trump dan perwakilan Israel, Bahrain, dan Uni Emirat Arab menandatangani Perjanjian Abraham di Gedung Putih.
Presiden AS Donald Trump dan perwakilan Israel, Bahrain, dan Uni Emirat Arab menandatangani Perjanjian Abraham di Gedung Putih. Dok: Twitter Ivanka Trump @ivankatrump

Israel resmi berdamai dengan Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain. Ketiga negara itu telah menandatangani Perjanjian Abraham untuk meresmikan perdamaian mereka. 

Donald Trump berkata perdamaian ini sebagai prestasi yang terjadi tanpa pertumpahan darah. 

"Perdamaian di Timur Tengah ini tanpa darah di pasir. Saya katakan: Saat ini, darah telah tumpah di pasir selama berpuluh-puluh dan puluh-puluh, dan puluh-puluh tahun," ujar Donald Trump di Gedung Putih seperti dikutip pada Rabu (16/9/2020).  

Acara perdamaian itu dilaksanakan di Gedung Putih dan dihadiri Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu, serta menteri luar negeri UEA dan Bahrain. Presiden AS Donald Trump ikut tanda tangan sebagai saksi. 

Dalam konferensi persnya, Presiden Trump menyebut ada negara-negara lain yang siap berdamai dengan Israel. Donald Trump masih merahasiakan negara mana yang akan bergabung ke dalam Perjanjian Abraham.

"Kita akan memiliki setidaknya lima atau enam negara yang akan bergabung secepatnya, dan kita sudah berbicara dengan mereka," ujar Donald Trump.

Donald Trump juga berkata yakin Palestina akan ikut berdamai dengan Israel. Trump berkata sudah berbicara dengan Palestina. 

"Palestina tentunya akan menjadi anggota. Saya tidak mengatakannya sebagai besar mulut. Saya hanya memberitahumu bahwa Palestina akan menjadi anggota pada saat yang tepat. Pada saat yang tepat," ujar Trump.

Donald Trump mengaku sudah berbicara dengan Raja Salman dan Pangeran Mohammed bin Salman dari Arab Saudi. 

"Saya sudah berbicara dengan Raja Arab Saudi. Kita melakukan pembicaraan yang hebat, dan saya percaya hal-hal positif akan terjadi di sana juga. Beliau adalah orang hebat," ujar Trump.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya