Liputan6.com, Terusan Suez - Sejarah mencatat hari ini pada tahun 1956, sebagai awal dari Krisis Suez.
Saat itu, angkatan bersenjata Israel masuk ke Mesir menuju ke Terusan Suez yang kemudian memicu Krisis Suez. Para tentara Israel sejatinya akan segera bergabung dengan pasukan Prancis dan Inggris, menciptakan masalah Perang Dingin yang serius di Timur Tengah.
Tujuan pasukan Israel-Inggris-Prancis melakukan serangan gabungan di Mesir yakni karena adanya klaim atas Terusan Suez yang diserukan oleh pemimpin Mesir Jenderal Gamal Abdel Nasser pada Juli 1956. Situasi ini memicu ketegangan selama beberapa waktu.
Advertisement
Dua tahun sebelumnya, militer Mesir mulai menekan Inggris untuk mengakhiri kehadiran militernya (yang telah diberikan dalam Perjanjian Anglo-Mesir 1936) di zona kanal.
Dikutip dari History.com, Rabu (28/10/2020), angkatan bersenjata Nasser juga terlibat dalam pertempuran sporadis dengan tentara Israel di sepanjang perbatasan antara kedua negara. Pemimpin Mesir itu menunjukkan antipati-nya terhadap negara Zionis tersebut.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Dukungan Soviet
Didukung oleh bantuan senjata dan uang dari Soviet, serta kemarahan pada Amerika Serikat karena mengingkari janji untuk menyediakan dana untuk pembangunan Bendungan Aswan di Sungai Nil, Nasser memerintahkan Terusan Suez diduduki dan dinasionalisasi.
Inggris marah dengan langkah tersebut dan mencari dukungan dari Prancis (yang percaya bahwa Nasser mendukung pemberontak di koloni Prancis di Aljazair) dan Israel, dalam serangan bersenjata untuk merebut kembali kanal.
Israel menyerang lebih dulu, namun terkejut ketika mengetahui bahwa pasukan Inggris dan Prancis ternyata tidak segera membantunya. Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan cepat mengeluarkan resolusi yang menyerukan gencatan senjata.
Uni Soviet mulai mengeluarkan ancaman yang tidak menyenangkan untuk datang membantu Mesir. Situasi berbahaya berkembang dengan cepat, diharapkan pemerintah AS dibawah Eisenhower untuk mencegah konfrontasi Soviet tersebut.
Meskipun Amerika Serikat dengan tegas memperingatkan Uni Soviet untuk tidak melakukan hal tersebut, Presiden Eisenhower juga menekan pemerintah Inggris, Prancis dan Israel untuk menarik pasukan mereka. Mereka akhirnya melakukannya pada akhir 1956 dan awal 1957.
Reporter: Ruben Irwandi
Advertisement