Donald Trump Gratiskan Veteran Akses Masuk Seumur Hidup ke Taman Nasional

Pemerintahan Presiden Donald Trump mengumumkan akses gratis seumur hidup ke Taman Nasional untuk semua veteran dan keluarga peraih bintang emas.

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Nov 2020, 11:07 WIB
Diterbitkan 11 Nov 2020, 10:59 WIB
Donald Trump tanggapi hasil Pilpres AS
Presiden Donald Trump berbicara tentang hasil pemilihan presiden AS 2020 di Gedung Putih, Kamis (5/11/2020). Hingga saat ini proses penghitungan suara pemilihan presiden Amerika masih berlangsung, namun perolehan suara Donald Trump maupun Joe Biden masih bersaing ketat. (AP Photo/Evan Vucci)

Liputan6.com, Washington D.C - Menjelang Hari Veteran pada Rabu 11 November 2020 waktu setempat, pemerintahan Presiden Donald Trump mengumumkan akses gratis seumur hidup ke Taman Nasional untuk semua veteran dan keluarga peraih bintang emas.

"Pemerintahan Trump berkomitmen untuk menghormati patriot Amerika, yang telah mengabdi dalam angkatan bersenjata," kata Menteri Dalam Negeri David L. Bernhardt seperti dikutip dari VOA Indonesia, Rabu (11/11/2020).

Minggu lalu, Presiden Donald Trump mengumumkan November sebagai "Bulan Veteran dan Keluarga Militer Nasional". Ia dikritik keras pada September setelah majalah The Atlantic melaporkan bahwa ia diduga merujuk tentara Amerika yang tewas dalam pertempuran "payah" dan "pecundang". Presiden membantah tuduhan itu.

Hari Veteran diperingati setiap tahun pada 11 November, tradisi yang dimulai ketika Perang Dunia I berakhir pada 11 November 1918 dengan menyerahnya Jerman. Hari itu untuk menghormati siapa saja yang pernah bertugas di angkatan bersenjata Amerika.

Biasanya, hari itu ditandai dengan upacara, band militer, dan parade di seluruh negeri. Tahun ini, karena pandemi Virus Corona COVID-19, banyak acara dibatalkan, diperkecil atau dialihkan secara virtual di banyak kota.

Saksikan Juga Video Ini:

Memecat Menhan Mark Esper

Menteri Pertahanan AS Mark Esper (kiri) dan Jenderal AS Mark Milley dalam konferensi pers di Pentagon, hari Senin (2/3).
Menteri Pertahanan AS Mark Esper (kiri) dan Jenderal AS Mark Milley dalam konferensi pers di Pentagon, hari Senin (2/3).(Source: AP)

Sebelumnya, Presiden Donald Trump memecat Menteri Pertahanan Mark Esper pada Senin, 10 November 2020. Ia mengumumkan keputusan itu di Twitter, dan menulis dalam sebuah postingan bahwa Esper telah "diberhentikan."

Presiden menulis bahwa dia menunjuk Christopher C. Miller, yang dia gambarkan sebagai sosok "yang sangat dihormati" dari Pusat Penanggulangan Terorisme Nasional, untuk menggantikan Mark Esper.

Miller akan menjadi pejabat keempat yang memimpin Pentagon di bawah Tuan Trump, demikian dikutip dari laman New York Times, Selasa (10/11/2020).

Dua pejabat Gedung Putih mengatakan bahwa Trump belum selesai, pasalnya Christopher A. Wray dan Gina Haspel yang merupakan direktur CIA bisa jadi baris berikutnya yang akan dipecat.

Demokrat dan veteran keamanan nasional mengatakan itu adalah langkah yang tidak menentu dalam waktu yang tidak pasti antara pemerintahan, terutama oleh seorang presiden yang telah menjelaskan bahwa dia tidak ingin menyerahkan kekuasaan dan bahwa dia akan menegaskan kembali otoritasnya yang memudar atas badan-badan paling kuat di pemerintah.

"Keputusan Presiden Trump untuk memecat Sekretaris Esper karena alasan tidak hanya kekanak-kanakan, tetapi juga sembrono," kata Perwakilan Adam Smith, Demokrat Washington dan ketua Komite Angkatan Bersenjata DPR.

Pejabat Departemen Pertahanan secara pribadi menyatakan kekhawatiran bahwa presiden mungkin akan memulai operasi, baik terbuka maupun rahasia, terhadap Iran atau musuh lainnya selama hari-hari terakhirnya di Gedung Putih.

"Menurut pengalaman saya, hanya akan ada beberapa alasan untuk memecat seorang menteri pertahanan dengan sisa 72 hari dalam pemerintahan," kata Perwakilan Elissa Slotkin, Demokrat dari Michigan dan mantan pejabat Pentagon dalam pemerintahan Obama, dalam sebuah pernyataan.

"Salah satunya adalah ketidakmampuan atau kesalahan, yang tampaknya bukan menjadi masalah dengan Sekretaris Esper," katanya.

"Yang kedua adalah dendam, yang akan menjadi cara yang tidak bertanggung jawab untuk menjaga keamanan nasional kita. Yang ketiga adalah karena presiden ingin mengambil tindakan yang dia yakini akan ditolak oleh Menteri Pertahanannya, yang akan mengkhawatirkan. Apa pun alasannya, mengesampingkan seorang menteri pertahanan selama masa transisi yang bergejolak tampaknya mengabaikan tugas terpenting presiden: melindungi keamanan nasional kita," ujar politisi itu menanggapi pemecatan Mark Esper.

Selengkapnya di sini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya