Pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi Ditangkap Militer

Pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi ditangkap. Kekhawatiran terkait kudeta sempat muncul.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 02 Feb 2021, 17:59 WIB
Diterbitkan 01 Feb 2021, 07:26 WIB
Akhiri Masa Diam, Aung San Suu Kyi Angkat Bicara Soal Krisis Rohingya
Penasihat Negara Myanmar Aung San Suu Kyi menyampaikan pidato nasional terkait Rohingya di Naypyidaw (19/9). Dalam pidatonya, ia menjelaskan bahwa Pemerintah Myanmar tidak lari dari tanggung jawab. (AFP Photo/Ye Aung Thu)

Liputan6.com, Naypyitaw - Pemimpin Myanmar, Aung San Suu Kyi, dilaporkan telah ditangkap pihak militer. Ia dan pimpinan partai Liga Nasional Democracy (National League for Demoracy atau NLD) dijemput pada Senin (1/2/2021) dini hari.

Sebelum kejadian ini, spekulasi kudeta Myanmar pun sudah muncul belakangan ini, termasuk dari PBB.

Menurut laporan BBC, juru bicara NLD, Myo Nyunt, berharap akan ada proses sesuai hukum. Dia sendiri juga memprediksi akan ditangkap.

"Saya ingin memberitahu rakyat agar tidak merespons dengan keras dan saya ingin mereka berbuat sesuai hukum," terangnya.

Belakangan ini, Suu Kyi sedang berseteru dengan militer karena hasil pemilihan pada November 2020. Pemilihan itu dipandang sebagai referendum terhadap pemerintahan Suu Kyi. Militer menolak hasil pemilihan itu.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Spekulasi Kudeta Myanmar

FOTO: Kampanye Pendukung Partai Aung San Suu Kyi Jelang Pemilu Myanmar
Pendukung partai National League for Democracy (NLD) pimpinan Aung San Suu Kyi mengibarkan bendera partai dan bersorak-sorai dari truk saat kampanye pemilihan umum bulan depan di Naypyitaw, Myanmar, Rabu (21/10/2020). (AP Photo/Aung Shine Oo)

Akhir pekan lalu, para duta besar negara barat dan PBB sudah takut terjadi kudeta di Myanmar. 

VOA News melaporkan bahwa lusinan diplomat telah khawatir. Dubes Eropa meminta agar militer tidak mengubah hasil pemilu.

"Kami mendorong militer dan semua pihak di negara ini untuk mengikuti norma-norma demokrasi, dan kami menolak adanya usaha untuk mengubah hasil pemilu atau merusak transisi demokratis Myanmar," tulis pernyataan dari Kedubes Australia, 12 negara Eropa, misi diplomatik Uni Eropa, Selandia, dan Amerika Serikat. 

PBB juga sudah khawatir. Berdasarkan pantauan BBC, ada tentara di jalan-jalan di Naypyitaw dan Yangon.

Saat ini, rezim Suu Kyi juga sedang mendapat citra buruk di dunia internasional karena permasalahan Rohingnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya