Liputan6.com, Jakarta - Kasus harian COVID-19 di dunia tampak mulai turun berdasarkan data Johns Hopkins University. Total kasus dunia mencapai 106,8 juta.
Biasanya, kasus harian COVID-19 selalu bertambah dalam hitungan juta, tetapi dalam sepekan ini kasusnya masih di kisaran 106 juta.
Advertisement
Baca Juga
Berikut lima negara dengan kasus tertinggi di dunia per Rabu (10/2/2021):
1. Amerika Serikat: 27,1 juta
2. India: 10,8 juta
3. Brasil: 9,5 juta
4. Inggris: 3,95 juta
5. Rusia: 9,53 juta
Kasus Israel saat ini mencapai 703 ribu kasus. Israel adalah negara yang paling gencar melakukan vaksinasi. Mereka memakai vaksin Pfizer.
Kasus di Turki relatif tinggi, yakni 2,5 juta. Sementara, Arab Saudi mencatat 370 ribu kasus COVID-19.
Kasus di China masih di angka 100 ribu. Jepang mencatat 408 ribu ksus dan Korea Selatan memiliki 81 ribu kasus.
WHO telah selesai melakukan investigasi asal muasal COVID-19 di Wuhan. Sejauh ini mereka menyimpulkan virusnya berasal dari hewan, tetapi belum bisa dipastikan dari spesies apa.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Hasil Investigasi WHO: COVID-19 Bukan dari Laboratorium Wuhan
Pakar dari WHO menyebut bahwa COVID-19 bukan berasal dari laboratorium Wuhan. Kemungkinan virus itu berasal dari hewan yang kemudian berpindah ke manusia.
Pernyataan itu dibuat pada akhir kunjungan WHO ke Wuhan, China, untuk menginvestigasi asal muasal COVID-19.
Menurut laporan AP News, Selasa (9/2), WHO tidak terlalu percaya teori bahwa COVID-19 berasal dari laboratorium Wuhan yang bocor ke publik.
"Penemuan-penemuan awal kita menunjukan bahwa pengenalan (COVID-19) melalui perantara sebuah spesies inang," ujar pakar keamanan pangan dan penyakit hewan WHO, Peter Ben Embarek.
"Hipotesis insiden laboratorium sangatlah tidak mungkin untuk menjelaskan pengenalan virus itu ke populasi manusia," lanjut Embarek.
WHO datang ke China lebih dari setahun usai virus itu dideteksi pada Desember 2019. Tim WHO terdiri atas ahli dari 10 negara. Mereka mengaku China relatif terbuka dalam memberikan akses yang diminta personel.
Advertisement