Ilmuwan: Waspadai Pandemi Selanjutnya Setelah COVID-19 Berakhir

Pandemi COVID-19 cenderung disebut sebagai peristiwa "sekali seumur hidup". Akan tetapi ahli memperingatkan bahwa pandemi berikutnya mungkin tidak sejauh yang kita pikirkan.

oleh Hariz Barak diperbarui 13 Feb 2021, 20:32 WIB
Diterbitkan 13 Feb 2021, 20:32 WIB
Ilustrasi coronavirus, virus corona, koronavirus, Covid-19
Ilustrasi coronavirus, virus corona, koronavirus, Covid-19. Kredit: Fernando Zhiminaicela via Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Pandemi COVID-19 cenderung disebut sebagai peristiwa "sekali seumur hidup". Akan tetapi ahli memperingatkan bahwa pandemi berikutnya mungkin tidak sejauh yang kita pikirkan.

Dikutip dari Science Alert (13/1/2021), prediksi itu cukup nyata karena adanya frekuensi epidemi besar seperti SARS dan Ebola.

Faktor sosial dan lingkungan juga berperan, dengan infeksi manusia pertama yang dilaporkan pada akhir Desember 2019 di Wuhan.

Selain itu, jauh sebelum COVID-19 terwujud menjadi pandemi saat ini, bahaya SARS-CoV-2 telah diketahui.

Pandemi tipe COVID-19 telah lama diprediksi oleh para ilmuwan dan ahli di lapangan sejak lama. Meski begitu, dunia tetap kebobolon dengan kemunculan 'bencana biologis' tersebut.

Dalam sebuah kolom yang diterbitkan di website ilmiah Nature, para ilmuwan dari Scripps Research di San Diego, California, berpendapat bahwa pemerintah dan sektor swasta perlu mulai berinvestasi sedari dini dalam hal penelitian dan pengembangan antibodi yang menetralisir pandemi secara luas: protein pelindung yang efektif melawan beberapa strain virus.

"Antibodi semacam itu dapat digunakan sebagai obat lini pertama untuk mencegah atau mengobati virus dalam keluarga tertentu, termasuk garis keturunan atau strain baru yang belum muncul," jelas rekan penulis Dennis Burton dan Eric Topol.

"Lebih penting lagi, mereka dapat digunakan untuk merancang vaksin terhadap banyak anggota keluarga virus serupa."

Mereka menambahkan bahwa umat manusia saat ini cenderung beruntung, karena, virus corona penyebab COVID-19 memiliki molekul partikel yang kebetulan membuat upaya penciptaan vaksin cenderung mudah --jika dibandingkan virus penyebab pandemi lain.

Namun, keberuntungan itu mungkin tidak akan terulang jika pandemi virus berbeda menyerang manusia.

"Patogen berikutnya yang muncul mungkin kurang akomodatif," tulis para peneliti.

"Vaksin bisa memakan waktu lebih lama untuk dibuat. Bahkan SARS-CoV-2 bisa menjadi lebih bermasalah untuk vaksin, karena munculnya varian baru."

Simak video pilihan berikut:

Vaksin Pan-Virus

Kasus Virus Corona Bertambah, Bio Farma Kebut Penemuan Vaksin Anti Covid-19
Ilustrasi Foto Vaksin (iStockphoto)

Salah satu cara untuk mendahului ini adalah dengan mengembangkan vaksin pan-virus, yang dirancang di sekitar antibodi yang menetralisir secara luas yang secara individual dapat menargetkan virus prioritas, termasuk varian yang berpotensi dari SARS-CoV-2, HIV,subtipe influenza, Ebola, MER, dan lainnya.

Meskipun hal itu tidak mudah dan murah, faedahnya akan lebih besar jika dunia tidak bertindak, imbau para peneliti.

Bercermin dari pandemi COVID-19 untuk uji coba fase I saja, masyarakat global telah menggelontorkan investasi senilai US $ 100 juta hingga $ 200 juta selama beberapa tahun,.

Namun, nominal itu relatif murah jika dibandingkan terhadap triliunan dolar kerusakan yang dilakukan oleh pandemi seperti COVID-19.

"Proposal kami memiliki tujuan yang dapat dijelaskan sekarang dan proyek yang dapat dimulai dalam skala besar segera," jelas para penulis.

"Kira akan memiliki wabah di masa depan, dan sangat mungkin melihat epidemi lebih lanjut. Kita harus menghentikan ini menjadi pandemi."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya