WHO Laporkan Kematian Akibat COVID-19 di Eropa Meningkat dari Tahun Lalu

Di Eropa rata-rata terjadi lebih dari 20.000 kematian akibat COVID-19 per minggu, dengan jumlah kematian keseluruhan melewati 900.000 jiwa.

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Mar 2021, 15:30 WIB
Diterbitkan 19 Mar 2021, 14:56 WIB
Kematian Akibat Virus Corona di Prancis Meningkat
Seorang ibu dan anak-anaknya berjalan-jalan di Lapangan Trocadero dekat Menara Eiffel di Paris, Prancis, pada 16 November 2020. Prancis pada Senin (16/11) melaporkan tambahan 506 kematian akibat virus corona COVID-19, lebih tinggi dibandingkan 302 kematian pada Minggu (15/11). (Xinhua/Gao Jing)

Liputan6.com, Paris - Direktur Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Eropa mengatakan pada Kamis (18/3) bahwa situasi COVID-19 di wilayah tersebut telah mundur selangkah, seiring dengan meningkatnya jumlah orang yang meninggal karena penyakit itu daripada tahun lalu.

Dalam jumpa pers virtual dari kantornya di Kopenhagen, Hans Kluge mengatakan kepada para wartawan bahwa dia sangat prihatin dengan keadaan di Eropa tengah, Balkan dan negara-negara Baltik, di mana kasus baru, rawat inap, dan kematian sekarang termasuk yang tertinggi di dunia.

Kluge mengatakan di Eropa rata-rata terjadi lebih dari 20.000 kematian akibat COVID-19 per minggu, dengan jumlah kematian keseluruhan melewati 900.000, demikian dikutip dari laman VOA Indonesia, Jumat (19/3/2021).

Dia mengatakan ada lebih dari 1,2 juta kasus baru yang dilaporkan di seluruh Eropa minggu lalu, minggu ketiga berturut-turut jumlah infeksi terus meningkat.

Kluge mengatakan 46 negara di kawasan itu telah menggunakan lebih dari 107 juta dosis vaksin Corona COVID-19, dan 3% dari populasi di 45 negara telah menerima vaksinasi lengkap.

Dia mengatakan meskipun itu merupakan kemajuan, menurut dia, tidak cukup untuk memperlambat penyebaran virus secara signifikan.

 

Saksikan Video Berikut Ini:

Kontroversi AstraZeneca

FOTO: 6 Jenis Vaksin COVID-19 yang Ditetapkan Pemerintah Indonesia
Gambar ilustrasi menunjukkan botol berstiker "Vaksin COVID-19" dan jarum suntik dengan logo perusahaan farmasi AstraZeneca, London, Inggris, 17 November 2020. Vaksin buatan AstraZeneca yang bekerja sama dengan Universitas Oxford ini disebut 70 persen ampuh melawan COVID-19. (JUSTIN TALLIS/AFP)

Kluge juga menyinggung kontroversi vaksin AstraZeneca yang penggunaannya telah ditangguhkan di beberapa negara setelah adanya laporan beberapa pasien mengalami pembekuan darah.

Dia mengulangi pernyataan dari para pejabat WHO hari Rabu yang mengatakan manfaat vaksin jauh lebih besar daripada risikonya, dan vaksin itu hendaknya digunakan.

Meskipun mengeluarkan rekomendasi serupa awal pekan ini, badan pengawas obat Eropa, European Medicines Agency, diperkirakan akan mengumumkan hasil pemeriksaan vaksin itu dan kasus pembekuan darah pada Kamis malam.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya