Liputan6.com, Washington, D.C - Presiden Amerika Serikat Joe Biden baru saja menyampaikan pidano tahunan perdana di Capitol Hill, Rabu malam (28/4) waktu setempat. Biden membahas program ekonomi populis, isu geopolitik, dan ras.
Presiden Biden berkata negaranya memiliki masalah rasisme sistemik (systemic racism), seperti dalam sistem peradilan.
Advertisement
Baca Juga
"Kita memiliki kesempatan untuk mencabut rasisme sistemik yang mewabahi kehidupan Amerika dalam banyak cara lainnya," ujar Biden.
Partai Republik mengirimkan respons melalui Senator Tim Scott dari South Carolina. Senator Scott berkata bahwa AS bukanlah negara rasis. Retorika Biden juga dianggap tak membawa "penyembuhan" seperti yang dijanjikan.
"Tindakan dari presiden dan partainya semakin membuat kita terpisah," ujar Senator Scott melalui C-SPAN.
"Dengarkan saya dengan jelas, Amerika bukanlah negara rasis," ujarnya yang mengaku pernah dipanggil dengan julukan rasis dari pihak liberal.
Senator Scott turut menyindir pelajaran Critical Race Theory (CRT) yang mendapat dukungan Presiden Biden. Scott menilai CRT justru rasis, dan ia menuding ada pihak-pihak memakai isu ras demi keuntungan.
"Ketika Amerika kompak, kita membuat progres luar biasa, tetapi ada kekuatan-kekuatan hebat yang ingin memisahkan kita. Seratus tahun yang lalu, anak-anak di sekolah diajarkan bahwa warna kulit mereka adalah yang terpenting dari mereka. Dan jika mereka berpenampilan tertentu, maka mereka inferior.
"Hari ini, anak-anak diajarkan bahwa warna kulit mereka mendefinisikan diri mereka lagi. Jika mereka berpenampilan tertentu, maka mereka penindas," ujarnya.
Saksikan Video Pilihan Berikut:
Masalah Pemilu
Selain mengkritik padangan Presiden Biden dalam isu ekonomi dan ras, Senator Scott juga membahas isu pemilihan di negara bagian Georgia. Ia mendukung adanya aturan lebih ketat yang mewajibkan menunjukan KTP jika ingin memilih lebih awal.
Aturan KTP di Georgia mendapat penentangan keras dari kalangan Partai Demokrat dan Presiden Joe Biden karena dianggap menyulitkan pemilih.
Senator Scott lantas mengkritik pandangan itu karena tak sesuai dengan common sense. Selain itu, ia menyebut warga Afrika-Amerika justru mendukung aturan tersebut.
"Mayoritas besar warga AS mendukung pencoblosan lebih awal, dan mayoritas besar mendukung identifikasi saat memilih, termasuk warga Afrika-Amerika dan Hispanik. Common sense menciptakan common ground. Tetapi hari ini percakapan itu telah kolaps," ucapnya.
Advertisement