Temuan Ilmuwan Stockholm Ini Memberi Harapan Hidup Bagi Populasi Badak Sumatera

Badan Sumatera merupakan salah satu spesies paling terancam di dunia, berkat temuan ini, hal tersebut mungkin dapat berubah.

oleh Liputan6.com diperbarui 29 Apr 2021, 20:40 WIB
Diterbitkan 29 Apr 2021, 20:40 WIB
Badak Sumatera. (AFP)
Badak Sumatera. (AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Menurut para peneliti di Center for Palaeogenetics di Stockholm, tingkat perkawinan badak Sumatera menunjukan hasil yang sangat rendah.

Dengan kurang dari seratus individu yang tersisa, badak Sumatera merupakan salah satu spesies mamalia yang paling terancam punah di dunia.

Dengan adanya laporan terbaru tentang masalah kesehatan dan kesuburan yang rendah, rasa kekhawatiran tentang populasi mereka semakin meningkat.

Dikutip dari Phys, Kamis (29/4/2021), untuk menyelidiki apakah badak Sumatera terancam oleh faktor genetik, para peneliti mengurutkan genom dari 16 individu yang mewakili populasi saat ini di Kalimantan dan Sumatera dan populasi yang baru punah di Semenanjung Malaysia.

 

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

Penemuan Untuk Masa Depan

Badak Sumatera
Badak Sumatera (Ari Wibowo/WWF-INDONESIA/AFP)

"Yang mengejutkan kami, kami menemukan tingkat perkawinan sedarah yang relatif rendah dan keragaman genetik yang tinggi pada populasi saat ini di Kalimantan dan Sumatera," ujar Johanna von Seth, Ph.D. mahasiswa di Pusat Paleogenetik dan penulis pendamping di atas kertas.

"Kecuali populasi mulai bertambah besar, ada risiko tinggi bahwa tingkat perkawinan sedarah akan mulai meningkat, dan akibatnya penyakit genetik akan menjadi lebih umum."

Temuan tim peneliti dari populasi yang baru punah di Semenanjung Malaysia berfungsi sebagai peringatan keras tentang apa yang mungkin akan segera terjadi pada populasi yang tersisa di Kalimantan dan Sumatera.

Perbandingan genom historis dan modern menunjukkan bahwa populasi Semenanjung Malaysia mengalami peningkatan pesat dalam tingkat perkawinan sedarah sebelum punah.

Selain itu, para peneliti mengamati perubahan frekuensi mutasi yang berpotensi membahayakan yang sejalan dengan depresi perkawinan sedarah, sebuah fenomena di mana orang tua yang berkerabat dekat menghasilkan keturunan yang menderita penyakit genetik. Hasil ini menyiratkan bahwa dua populasi yang tersisa dapat mengalami nasib yang sama jika tingkat perkawinan mereka yang mulai meningkat.

Profesor genetika, Love Dalén, mengatakan bahwa dengan temuan tersebut, badak Sumatera ada kemungkinan untuk diselamatkan. "Badak Sumatera sama sekali tidak keluar dari hutan. Tapi setidaknya temuan kami memberikan jalan ke depan, di mana kami mungkin masih bisa menyelamatkan sebagian besar keanekaragaman genetik spesies."

 

Reporter: Paquita Gadin

Infografis 6 Tips Isolasi Mandiri di Rumah

Infografis 6 Tips Isolasi Mandiri di Rumah. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis 6 Tips Isolasi Mandiri di Rumah. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya