Liputan6.com, Gaza - Dokter Lintas Bantas (Médecins sans Frontières) ikut mengecam serangan udara Israel ke Gaza. Serangan itu turut menewaskan anak-anak dan merusak fasilitas klinik MSF.
Seorang staf MSF yang hadir menggambarkan pemandangan yang sangat mengerikan saat ledakan besar mengguncang lingkungan dan wanita serta anak-anak berlari ke jalan sambil berteriak dan menangis.
Advertisement
Baca Juga
"Situasinya sudah sangat buruk minggu ini, dengan jumlah korban sipil meningkat setiap hari,tetapi ketika saya melihat kerusakan di daerah tersebut dan klinik MSF pada pagi hari setelahserangan, saya tidak bisa berkata-kata,” kata dr. Mohammed Abu Mughaiseeb, Wakil Koordinator Medis MSF di Gaza, Palestina dalam pernyataan resmi MSF Indonesia, ditulis Rabu (19/5/2021).
Tak ada yang tewas dalam serangan ke klinik MSF, namun fasilitas seperti ruang sterilisasi dan ruang tunggu menjadi rusak.
"Semuanya terkena dampak - rumah, jalan, pepohonan. Klinik, di mana kami melihat lebih dari 1000 anak setiap tahun dengan luka bakar dan luka trauma,kehilangan dinding dan puing-puing berserakan di mana-mana. Klinik tersebut sekarang ditutup bukan hanya karena kerusakan strukturnya tetapi juga karena jalan masuknya telah hancur dan karena daerah tersebut masih belum aman."
Akses ke perawatan kesehatan untuk korban dengan luka yang mengancam jiwa sangat dibatasi karena serangan udara Israel telah merusak banyak jalan menuju rumah sakit. Selain itu, banyak staf medis yang mengkhawatirkan keselamatan mereka saat dalam perjalanan ke tempat kerjadan beberapa persediaan medis menipis. Dua dokter termasuk di antara 42 orang yang tewas dalam serangan udara di dekat klinik MSF.
Saksikan Video Pilihan Berikut:
Pantauan MSF
Berdasarkan keterangan MSF, Kementerian Kesehatan Gaza menyebut hingga tengah hari pada 17 Mei setidaknya 200 orang di Gaza telah tewas, termasuk 59 anak-anak.
Di sisi Israel, ada 10 orang, termasuk dua anak, yang tewas oleh roket dan rudal yang ditembakkan dari Gaza oleh kelompok bersenjata Palestina.
Kepala Misi MSF di Wilayah Pendudukan Palestina, Ely Sok, berkata serangan mengerikan terhadap warga sipil dan infrastruktur sipil yang mereka saksikan di Gaza tidak dapat dimaafkan dan tidak dapat ditoleransi
"Situasinya kritis. Jumlah orang yang terluka dan terlantarmeningkat sementara personel dan pasokan kemanusiaan tambahan masih belum bisa masuk ke Gaza. Otoritas kesehatan setempat melaporkan 24 jam lagi untuk kehabisan kantong darah, yang berarti mereka tidak dapat mentransfusikan pasien dengan darah, intervensi utama dalammerawat korban luka perang," ujarnya.
Tim MSF bekerja bergiliran selama 24 jam untuk mendukung staf medis di ruang gawat darurat dan ruang operasi rumah sakit Al-Awda, di wilayah Jabalia, dan merawat 40 hingga 45 pasien dengan luka dalam dan luka bakar parah setiap hari.
MSF juga menyumbangkan pasokan medis ke berbagai fasilitas medis di Strip selama minggu lalu. Situasi yang belum stabil menyulitkan MSF untuk mengoperasikan luka bakar normal dan program perawatan trauma pasca operasi.
Advertisement
Puluhan Ribu Orang Meninggalkan Rumah
Saat Israel terus melakukan pengeboman udara dan artileri di Gaza, lebih dari 38.000 warga Palestina telah meninggalkan rumah mereka demi keselamatan menurut PBB, dan setidaknya 2.500 orang telah menjadi tunawisma, termasuk beberapa staf MSF.
Banyak dari staf kami telahmengungsi di rumah kerabat mereka, tetapi MSF telah menemukan tempat penampungansementara bagi mereka yang tidak bisa.
"Israel perlu menghentikan serangan di jantung Gaza seperti yang telah kita lihat berkali-kalibahwa mereka membunuh warga sipil tidak peduli seberapa “ditargetkan” mereka, karena ditempat yang padat penduduk tidak mungkin membatasi efek pemboman,” kata Sok. “Akses yang aman untuk staf dan persediaan kemanusiaan juga perlu segera diatur.”
Infografis Konflik Palestina-Israel
Advertisement