Kasus COVID-19 Terus Bertambah, China Pecat Sejumlah Pejabat Negara

Komisi Nasional Kesehatan China pada Senin (09/08) mengumumkan 94 kasus baru penularan domestik dalam 24 jam terakhir.

diperbarui 09 Agu 2021, 16:33 WIB
Diterbitkan 09 Agu 2021, 16:33 WIB
Petugas Medis Tangani Pasien Virus Corona di Ruang ICU RS Wuhan
Petugas medis dari Provinsi Jiangsu bekerja di sebuah bangsal ICU Rumah Sakit Pertama Kota Wuhan di Wuhan, Provinsi Hubei, 22 Februari 2020. Para tenaga medis dari seluruh China telah mengerahkan upaya terbaik mereka untuk mengobati para pasien COVID-19 di rumah sakit tersebut. (Xinhua/Xiao Yijiu)

, Beijing - Sedikitnya, 30 orang pejabat China dipecat atau menerima hukuman atas tuduhan kegagalan mereka dalam merespons gelombang terbaru COVID-19yang menghantam negara itu.

Sejumlah pejabat yang dipecat antara lain; wakil wali kota, kepala distrik, kepala komisi kesehatan, dan staf manajemen rumah sakit, bandara, serta departemen pariwisata.

Komisi Nasional Kesehatan China pada Senin (09/08) mengumumkan 94 kasus baru penularan domestik dalam 24 jam terakhir, demikian dikutip dari laman DW Indonesia, Senin (9/8/2021).

Kasus terbaru ditemukan di kawasan bandara di bagian timur kota Nanjing. Dilaporkan para pekerja di sana terinfeksi virus corona varian Delta yang sangat menular.

Virus corona kembali menyebar dari Provinsi Hainan, China yang ada di selatan hingga Mongolia Dalam yang ada di utara. Akibatnya, pembatasan perjalanan kembali diberlakukan. Sejumlah tempat juga menerapkan penguncian, salah satunya Kota Zhangjiajie yang mempunyai populasi lebih dari 1,5 juta penduduk.

Sementara itu, Amerika Serikat (AS) kembali mencatat kasus baru harian tertinggi dalam enam bulan terakhir. Direktur Institusi Kesehatan Nasional AS, Francis Collins, memperingatkan bahwa AS gagal menangani pandemi.

"Kita seharusnya tidak benar-benar pernah sampai ke tempat kita berada. Pekan ini," kata Francis Collins pada Minggu (08/08) dilansir kantor berita AFP. "Dalam hal itu, ya, kita gagal."

AS kembali mencatat lonjakan kasus COVID-19 yang disebabkan varian Delta yang sangat menular. Pada Minggu (08/08), kasus baru harian di negara itu telah melonjak menjadi 118.000 kasus, tertinggi sejak bulan Februari. Kasus kematian dilaporkan meningkat 89 persen selama dua minggu terakhir. Rumah sakit anak di negara bagian AS seperti Florida dilaporkan kewalahan karena semakin banyak anak-anak yang terinfeksi.

Kekhawatiran tentang varian Delta telah menyadarkan orang-orang akan pentingya vaksinasi. Namun, tidak sedikit juga yang tetap skeptis akan vaksin.

"Kita tidak akan berada di situasi sekarang dengan gelombang Delta ini jika kita lebih efektif dalam mendapatkan semua orang divaksinasi," kata Collins ."Sekarang, kita harus menanggung akibatnya."

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Israel kebut vaksinasi dosis ketiga

Vaksin COVID-19 Dosis Ketiga untuk Lansia Israel
Yehuda Widawsky, penyintas Holocaust berusia 102 tahun, menerima vaksin Pfizer-BioNTech COVID-19 ketiga di sebuah rumah sakit di Tel Aviv, Minggu (1/8/2021). Israel pada 29 Juli 2021 memulai kampanye dosis vaksin Covid-19 ketiga untuk warga berusia 60 tahun ke atas. (AP Photo/Sebastian Scheiner)

Perdana Menteri Israel Naftali Bennet mengatakan bahwa masyarakat Israel bergegas mendapatkan suntikan dosis ketiga vaksin virus corona untuk mencegah diri mereka terinfeksi virus corona varian Delta yang sangat menular.

Berdasarkan data pada Minggu (08/08), Israel telah memberikan vaksi ketiga kepada sekitar 420 ribu orang berusia di atas 60 tahun, lebih dari spertiga total target yang telah ditetapkan.

Dilaporkan angkas kasus COVID-19 di Israel kembali meningkat. Isreal sendiri merupakan negara terdepan dalam urusan memvaksinasi warga. Sekitar 5,4 juta warga di sana sudah divaksin penuh virus corona, dari total penduduk sebanyak 9,3 juta orang.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya