Yoshihide Suga Mundur, Ini 4 Kandidat Kuat Perdana Menteri Jepang Baru

Muncul sejumlah nama yang digadang-gadang akan menjadi perdana menteri Jepang baru, dengan 4 orang di antaranya disebut memiliki potensi terkuat.

oleh Hariz Barak diperbarui 04 Sep 2021, 18:35 WIB
Diterbitkan 04 Sep 2021, 18:35 WIB
Yoshihide Suga
Yoshihide Suga tiba di kantor perdana menteri setelah terpilih sebagai Perdana Menteri Baru Jepang, di Tokyo, Rabu (16/9/2020). Yoshihide Suga secara resmi terpilih sebagai PM Jepang dalam pemungutan suara parlemen, menggantikan Shinzo Abe yang mundur karena sakit. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Tokyo - Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga mengumumkan pengunduran dirinya dan menyatakan tak akan mencalonkan diri dalam pemilihan umum pemimpin partai LDP yang berkuasa.

Pengumuman pada Jumat 3 September 2021 itu datang ketika approval rating Suga compang-camping, disebabkan oleh berbagai kebijakannya, terutama yang terkait dengan penanganan pandemi COVID-19 di Jepang.

Suga mengatakan bahwa ia akan mundur demi "menetapkan panggung untuk pengganti sebagai perdana menteri."

Muncul sejumlah nama yang digadang-gadang akan menjadi PM Jepang baru, dengan 4 orang yang disebut memiliki potensi terkuat. Berikut 4 di antaranya, seperti dikutip dari Asahi.com, Sabtu (4/9/2021):

1. Fumio Kishida

Jokowi Sambut Menlu Jepang dengan Tangan Terbuka
Gubernur DKI Jakarta Jokowi menerima kunjungan Menteri Luar Negeri Jepang Y.M Fumio Kishida di Balai Kota, Selasa (12/8/14). (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Seorang mantan menteri luar negeri, Kishida (64) telah dianggap sebagai pewaris Shinzo Abe, yang mengundurkan diri September 2020 lalu, tetapi anggota parlemen dari Hiroshima biasanya menempati urutan rendah dalam survei pemilih. Dia berada di urutan kedua dalam jajak pendapat kepemimpinan partai tahun lalu.

Mengumumkan pencalonannya, Kishida menyerukan pengurangan kesenjangan pendapatan dan menjanjikan dukungan kepada yang rentan secara ekonomi, seperti pekerja di pekerjaan non-reguler dan perempuan, berbeda dengan Suga, yang telah menekankan kemandirian.

Pekan ini, Kishida mengatakan paket stimulus ekonomi senilai "puluhan triliun yen" diperlukan untuk memerangi pandemi virus corona. Dia juga mengatakan Jepang harus mempertahankan suku bunga ultra-rendah untuk mendukung ekonomi yang dilanda pandemi.

Dia mengatakan dia akan maju untuk menunjukkan LDP "mendengarkan orang-orang dan menawarkan pilihan luas, dan untuk melindungi demokrasi bangsa kita," sebuah komentar yang dilihat sebagai kritik terhadap gaya pemerintahan Suga.

2. Sanae Takaichi

Sanae Takaichi (AFP Photo)
Sanae Takaichi (AFP Photo)

Seorang murid Abe dan mantan menteri dalam negeri, Takaichi (60) telah menjelaskan keinginannya untuk menjadi perdana menteri wanita pertama Jepang, dan mengatakan dia akan memperkenalkan kebijakan untuk menangkis ancaman teknologi China dan membantu memperkuat ekonomi.

Takaichi mengatakan dia ingin bekerja pada isu-isu yang belum selesai oleh pemerintahan sebelumnya, seperti mencapai inflasi 2%, dan untuk memperkenalkan undang-undang "yang mencegah kebocoran informasi sensitif ke China".

Dia mengatakan anggaran tambahan perlu disusun sesegera mungkin untuk meningkatkan sistem medis Jepang, yang berada di bawah tekanan karena pandemi.

Seorang anggota sayap partai yang paling konservatif, dia sering mengunjungi Kuil Yasukuni, sebuah peringatan kontroversial untuk korban perang Jepang yang tewas dalam pertempuran, dan menentang mengizinkan pasangan yang sudah menikah untuk menyimpan nama keluarga yang terpisah.

Namun, tidak jelas apakah dia akan mendapatkan 20 pendukung anggota parlemen yang diperlukan untuk mencalonkan diri dalam pemilihan kepemimpinan.

3. Taro Kono

Menlu Jepang temui Sekjen ASEAN
Menteri Luar Negeri Jepang Taro Kono didampingi Sekjen ASEAN, Lim Jock Hoi melihat-lihat Gedung Sekretariat ASEAN dalam kunjungannya di Jakarta, Selasa (26/6). Pertemuan ini menandai hubungan Jepang dan ASEAN yang ke-45. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Bertanggung jawab atas peluncuran program vaksinasi Jepang yang penuh dengan kendala, Kono (58) menempati urutan tinggi dalam daftar pemilih anggota parlemen yang ingin melihat penerus baru Suga.

Mengenyam pendidikan di Georgetown University dan pembicara bahasa Inggris yang fasih, Kono yang paham media sosial telah menjabat sebagai menteri luar negeri dan pertahanan dan memegang portofolio untuk reformasi administrasi.

Kono memiliki reputasi sebagai 'orang nekat' tetapi masih mengikuti garis kebijakan utama Abe. Dia telah membedakan sikap konservatifnya dari sikap ayahnya, mantan kepala sekretaris kabinet Yohei Kono, yang menulis permintaan maaf penting tahun 1993 pada isu "wanita penghibur", sebuah eufemisme bagi perempuan yang dipaksa bekerja di rumah bordil militer pada masa perang Jepang.

Seorang anggota faksi LDP yang kuat pimpinan Menteri Keuangan Taro Aso, Kano belum mengindikasikan apakah ia berniat untuk mencalonkan diri dalam perlombaan kepemimpinan.

4. Shigeru Ishiba

Yoshihide Suga (tengah), Fumio Kishida (kanan), dan Shigeru Ishiba (kiri) menghadiri sesi pidato pemilihan kepemimpinan Partai Demokrat Liberal (LDP) di markas besarnya di Tokyo, Jepang, Selasa (8/9/2020). (Photo Credit: Kim Kyung-hoon/Pool Photo via AP)
Yoshihide Suga (tengah), Fumio Kishida (kanan), dan Shigeru Ishiba (kiri) menghadiri sesi pidato pemilihan kepemimpinan Partai Demokrat Liberal (LDP) di markas besarnya di Tokyo, Jepang, Selasa (8/9/2020). (Photo Credit: Kim Kyung-hoon/Pool Photo via AP)

Seorang mantan menteri pertahanan, Ishiba secara teratur menempati peringkat tinggi dalam survei pemilih tetapi kurang populer di kalangan anggota parlemen partai LDP.

Pakar isu keamanan dan kritikus LDP yang langka terhadap Abe ketika yang terakhir menjabat, Ishiba juga memegang portofolio untuk pertanian dan menghidupkan kembali ekonomi lokal.

Dia mengalahkan Abe di putaran pertama jajak pendapat partai pada tahun 2012 berkat dukungan akar rumput yang kuat, tetapi kalah di babak kedua ketika hanya anggota parlemen yang bisa memilih. Sejak itu ia kalah dua kali lagi.

Ishiba telah mengkritik suku bunga ultra-rendah Bank of Japan karena merugikan bank-bank regional dan menyerukan pengeluaran pekerjaan umum yang lebih tinggi untuk memperbaiki ketidaksetaraan yang tumbuh

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya