Kudeta Terjadi di Guinea, Tentara Rebut Kekuasaan dari Presiden

Sekelompok tentara mengaku telah merebut kekuasaan dari Presiden Guinea. Nasib politik negara itu masih tak jelas.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 06 Sep 2021, 05:49 WIB
Diterbitkan 06 Sep 2021, 05:18 WIB
Penampilan Presiden Guinea, Alpha Conde, yang viral usai kudeta.
Penampilan Presiden Guinea, Alpha Conde, yang viral usai kudeta. Dok: via africanews

Liputan6.com, Conakry - Republik Guinea di Afrika diguncang peristiwa kudeta. Sekelompok tentara mengaku merebut kekuasaan dari Presiden Alpha Condé, mereka bahkan masuk TV untuk memberikan keterangan.

Pada hari yang sama, terdengar juga suara tembakan di area tempat tinggal Presiden Alpha Condé yang berkuasa sejak 2010. 

Berdasarkan laporan BBC, Senin (6/9/2021), Presiden Condé juga sempat tampil di TV. Ia duduk di sofa dan memakai kemeja abu-abu. Kondisinya tampak baik-baik saja, tetapi tidak mau bicara ketika diminta tentara agar bicara bahwa kondisinya sehat. 

Ada sembilan tentara yang tampil di TV dan mengumumkan perebutan kekuasaan. Mereka mengaku sebagai Komite Nasional Rekonsiliasi dan Pembangunan. 

Para tentara itu mengklaim ingin mengganti konstitusi, serta mengeluhkan korupsi yang terjadi di Guinea.

Kondisinya Presiden Condé saat ini masih tidak diketahui.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Situasi Politik Tak Jelas

Presiden Guinea Alpha Conde
Presiden Guinea Alpha Conde. (AP Photo / Jacques Brinon)

Masih menurut BBC, Kementerian Pertahanan Guinea berkata para tentara yang kudeta itu sudah ditangani oleh pasukan yang loyal kepada presiden.

Meski demikian, pendukung partai oposisi dan aktivis telah turun ke jalan untuk merayakan pergantian pemerintahan.

Pihak Komite Nasional menyebut akan membangun pemerintahan baru yang lebih inklusif.

Sebelum Presiden Alpha Condé berkuasa, kudeta juga terjadi di Guinea pada 2008. Kudeta dilakukan oleh Dewan Nasional Demokrasi dan Pembangunan yang dipimpin Moussa Dadis Camara.

Camara lantas sempat menjadi target pembunuhan pada 2009 sebelum akhirnya Alpha Condé terpilih sebagai presiden di 2010.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya