, Samoa - Beberapa waktu lalu, Kiribati dan beberapa negara kecil di Pasifik lainnya termasuk sedikit tempat terakhir di planet ini yang masih terhindar dari pandemi COVID-19. Semua itu berkat lokasinya yang terpencil dan kontrol perbatasan yang ketat.
Kendati demikian pertahanan mereka tampaknya tidak cukup untuk membendung varian Omicron yang sangat menular.
Baca Juga
"Secara umum, itu tidak bisa dihindari. Itu akan sampai ke setiap sudut dunia," kata Helen Petousis-Harris, ahli vaksin di University of Auckland di Selandia Baru seperti dikutip dari DW Indonesia, Senin (31/1/2021).
Advertisement
"Ini soal membeli cukup waktu, untuk mempersiapkan dan melakukan vaksinasi sebanyak mungkin."
Hanya 33% dari 113.000 penduduk Kiribati yang sudah mendapatkan vaksinasi COVID-19 dosis lengkap, sementara 59% telah mendapat setidaknya satu dosis, menurut data-data online dari Our World in Data. Dan seperti banyak negara Pasifik lainnya, Kiribati hanya menawarkan fasilitas layanan kesehatan dasar.
Sebelum wabah COVID-19 tiba bulan ini, Kiribati telah melaporkan hanya dua kasus infeksi COVID-19, yaitu anggota awak di kapal kargo yang masuk dan pada akhirnya tidak diizinkan untuk berlabuh. Ternyata, virus datang dengan penerbangan charter. Tetapi kasus seperti itu bukan pertama kalinya terjadi di negara-negara kepulauan Pasifik.
Cerita Kasus COVID-19 dari Penerbangan Charter
Saat akhirnya mulai dibuka kembali bulan ini, Kiribati mengizinkan serombongan misionaris menyewa pesawat untuk pulang ke negara pulau di Pasifik itu. Sebuah pesawat dengan 54 orang, kebanyakan misionaris, telah meninggalkan Kiribati sebelum penutupan perbatasan.
Petugas memeriksa dan melakukan tes COVID-19 kepada setiap penumpang, dan mengharuskan mereka divaksinasi dan dikarantina, setelah mereka tiba di Kiribati, dengan tes COVID-19 tambahan setelah itu. Tapi ternyata, itu tidak cukup. Virus tetap datang bersama para penumpang pesawat.
Lebih dari setengah penumpang dinyatakan positif terkena virus, yang kini telah menyebar ke masyarakat dan mendorong pemerintah untuk menyatakan keadaan bencana. Dari 36 kasus positif pada awal kedatangan pesawat, sekarang telah menggelembung menjadi 181 kasus pada Jumat 28Â Januari.
Â
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tonga Khawatirkan Penularan COVID-19
Pada Oktober 2021, seorang misionaris yang kembali ke Tonga dari dinas di Afrika dilaporkan sebagai kasus positif pertama di negara kepulauan itu, setelah terbang pulang melalui Selandia Baru. Seperti mereka yang kembali ke Kiribati, dia juga divaksinasi dan dikarantina ketika tiba di negaranya.
Tonga berusaha mati-matian untuk mencegah wabah apa pun, dan masih berjuang untuk pulih dari letusan gunung berapi dan tsunami yang menghancurkan pada awal bulan ini. Negara berpenduduk 105.000 oang itu telah menerima bantuan dari seluruh dunia, tetapi mereka meminta agar awak dari kapal dan pesawat militer asing menjatuhkan barang bantuan mereka dan pergi lagi tanpa melakukan kontak dengan penduduk yang ada di darat.
Namun, dalam jangka panjang, tidak mungkin menghentikan virus memasuki Tonga atau komunitas lain mana pun, kata Petousis-Harris. Yang perlu sekarang adalah meningkatkan fasilitas pelayanan kesehatan dan menggalakkan vaksinasi.
Â
Advertisement