Liputan6.com, Jakarta - Perdana Menteri (PM) Jepang Fumio Kishida mengirimkan persembahan ritual ke Kuil Yasukuni di Chiyoda, Tokyo. Namun, yang dilakukan Kishida ternyata disesali oleh Pemerintah Korea Selatan.
Karena, kuil yang terkenal memiliki keterkaitan dengan masa perang itu dipandang sebagai simbol militeristik dan kolonialisme Jepang di masa lalu.
Kementerian Luar Negeri Korsel menyampaikan dalam sebuah pernyataan bahwa pemerintah menyatakan kekecewaan mendalam dan menyesalkan fakta bahwa para pemimpin Jepang yang bertanggung jawab lagi-lagi mengirim persembahan dan memberikan penghormatan di Kuil Yasukuni, yang mengagungkan perang agresi Jepang dan mengabadikan para penjahat perang.
Advertisement
Baca Juga
Pemerintah Korea sangat mendesak para pemimpin Jepang untuk menghadapi sejarah dengan jujur dan menunjukkan sikap refleksi yang rendah hati dan penyesalan yang tulus atas sejarah masa lalu Jepang melalui tindakan nyata.
Kontroversi Kuil Yasukuni ini disebabkan karena pemakaian kuil sebagai tempat persemayaman arwah sejumlah penjahat perang dari Perang Dunia II. Kuil ini mencatat semua nama tanpa prasangka.
Semua yang dicatat dianggap sederajat tanpa memandang status sosial, jasa-jasa mereka semasa hidup, atau faktor-faktor lainnya. Satu-satunya persyaratan untuk dapat diabadikan di kuil ini adalah meninggal dunia untuk Kekaisaran Jepang.
Dengan dimasukkannya nama-nama yang telah menyebabkan ketegangan politik, terutama dengan China dan Korea Selatan, membuat Jepang dianggap telah mengingkari semua kesalahannya semasa Perang Dunia II.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Persembahan Masakaki dari PM Jepang
Sebelumnya pada hari yang sama, PM Jepang Fumio Kishida dikabarkan mengirim persembahan masakaki ke Kuil Yasukuni pada peringatan festival musim semi di kuil tersebut.
Kishida mengirim persembahan serupa pada festival musim gugur di kuil tersebut setelah resmi menjabat sebagai perdana menteri pada Oktober tahun lalu.
Kuil Yasukuni memberikan penghormatan kepada 14 orang yang didakwa sebagai penjahat perang kelas A di antara 2,5 juta tentara dan rakyat sipil Jepang yang tewas akibat Perang Dunia II.
Kunjungan dan persembahan ritual yang dilakukan oleh pejabat Jepang ke kuil kontroversial itu terus memicu kritik dan melukai perasaan Korsel serta negara-negara lainnya yang diperlakukan secara brutal oleh Jepang selama perang.
Semenanjung Korea dijajah oleh Kekaisaran Jepang dari 1910 hingga 1945.
Advertisement
Dikecam China
Kuil Yasukuni, Tokyo, dianggap Jepang sebagai tempat penghormatan pada 14 pemimpin masa perang yang dihukum sebagai penjahat perang oleh pengadilan sekutu dan korban perang. Namun, bagi China dan Korea Selatan, kuil itu merupakan simbol kekejaman Jepang saat agresi militer.
Langkah Perdana Menteri Jepang mengirim persembahan ke Kuil Yasukuni pun menjadi kontroversial bagi korban perang, yang bertepatan dengan festival musim gugur.
Para PM Jepang pendahulu juga secara teratur mengirim persembahan-persembahan lewat seorang ajudan pada hari ulang tahun penyerahan Jepang dalam Perang Dunia II dan selama festival musim semi dan musim gugur di kuil itu.
China pun mendesak Jepang untuk secara sungguh-sungguh menjunjung pernyataan maupun komitmennya dalam menghadapi dan merenungkan agresi negara itu di masa lalu, serta meraih kepercayaan dari negara-negara tetangganya di Asia maupun dunia dengan mengambil tindakan konkret.
"Tindakan negatif Jepang sekali lagi menunjukkan sikapnya yang salah terkait sejarah agresi masa lalunya," tutur Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China.
Hubungan Jepang Korea Selatan
Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida, menyorot pentingnya hubungan yang stabil antara negaranya dan Korea Selatan. Hubungan bilateral kedua negara itu terganjal masalah kompensasi masa perang dan perbatasan.
"Perjanjian dan janji internasional harus dipenuhi. Saya harap Korea Selatan akan mengambil sebuah langkah positif," ujar PM Fumio Kishida seperti dikutip Kyodo, Sabtu (20/11/2021).
Masalah perbatasan yang dimaksud adalah kedaulatan pulau Takeshima/Dokdo. PM Kishida berharap Korsel bisa mengambil langkah yang positif.
Hubungan kedua negara pun renggang lagi setelah baru-baru ini Komisioner Badan Kepolisian Nasional Korsel, Jenderal Kim Chang-yong, ketahuan mengunjungi Dokdo.
Menurut laporan Yonhap, kunjungin itu harusnya dirahasiakan, tapi bocor ke media.
Akibat kunjungan tersebut Wakil Menlu Jepang, Takeo Mori, batal melakukan konferensi pers gabungan dengan pejabat diplomatik Korsel dan AS.
Advertisement