4 Orang Tewas di Festival Banteng Corraleja Kolombia

Stand tingkat tiga roboh di acara banteng di Kolombia.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 27 Jun 2022, 13:45 WIB
Diterbitkan 27 Jun 2022, 12:00 WIB
Ilustrasi banteng (iStock)
Ilustrasi banteng (iStock)

Liputan6.com, Tolima - Setidaknya empat orang tewas akibat insiden di acara banteng di Tolima, Kolombia. Pada acara tradisional itu, stand pengunjung bertingkat tiga roboh dan melukai banyak pengunjung lain.

Dilaporkan BBC, Senin (27/6/2022), acara corraleja itu merupakan acara yang mengajak warga untuk masuk ke arena untuk memprovokasi banteng. Kepanikan pun pecah karena banyak warga yang berusaha melarikan diri.

Acara ini mirip-mirip seperti yang biasa dilakukan di Spanyol. Namun, Presiden Terpilih Kolombia Gustavo Petro agar acara seperti ini ditiadakan.

"Saya meminta para wali kota agar tidak mengizinkan acara yang melibatkan kematian masyarakat atau binatang," ujarnya.

Petro turut mengingatkan bahwa ini bukan pertama kalinya ada kematian terkait corraleja. Ia pun akan terus melanjutkan untuk mencekal acara ini.

Pada insiden terkini, Gubernur Tolima Jose Ricardo Orozco mengungkap bahwa korban tewas adalah dua perempuan, seorang anak, dan seorang laki-laki. Ada setidaknya 30 orang yang mengalami luka serius. Ada potensi angka kematian naik.

Banteng di acara juga sempat kabur dari stadium, sehingga memicu panik di daerah setempat.

Serudukan dari banteng bisa menimbulkan luka tusukan tanduk, dan bisa memicu kematian.

Media Kolombia El Tiempo menyebut rumah sakit dan ambulans lokal sampai kewalahan untuk menangani orang-orang yang terluka.

"Kami butuh dukungan dari ambulans dan rumah sakit tetangga, banyak orang yang masih belum terawat," ujar konselor di pemerintah lokal, Ivan Ferney Rojas.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Insiden di Spanyol

Pertarungan Sengit Matador dan Banteng di Festival San Fermin
Ilustrasi foto: Seorang matador menusukkan tombaknya ke seekor banteng dalam saat bertarung dalam Festival San Fermin, Pamplona, Spanyol, Kamis (11/7/2019). (AP Photo/Alvaro Barrientos)

Seorang pria Spanyol berusia 55 tahun tewas kehabisan darah setelah ditanduk di kakinya oleh banteng selama festival tahunan di mana hewan-hewan itu dilepaskan ke jalan-jalan, kata pihak berwenang setempat. 

Balai kota Onda, di provinsi Castellon, Spanyol timur, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka akan mengundurkan hari terakhir lari banteng pada Minggu, setelah seekor banteng menanduk orang pada Sabtu sore selama festival tahunan, seperti dikutip dari Nine News, Senin (1/11/2021).

Situs berita lokal Levante mengatakan bahwa pria itu dibawa ke rumah sakit terdekat, tetapi dokter tidak dapat menyelamatkannya.

Ini adalah kematian pertama yang diketahui selama adu banteng sejak festival kembali digelar di banyak kota di Spanyol, sebelumnya ditiadakan akibat pandemi.

Meskipun festival ini dapat memakan korban jiwa dan adanya oposisi dari kelompok hak-hak binatang, balap banteng atau sapi tetap menjadi tradisi populer.

Dua orang lainnya terluka dalam adu banteng serupa di kota lain, Levante melaporkan.

Acara paling terkenal secara internasional adalah festival San Fermín Pamplona, ​​yang diadakan setiap tahun sebelum pandemi dan mengadakan delapan balapan pada hari berturut-turut melalui jalan-jalan sempit berbatu di kota utara. Edisi berikutnya diharapkan pada Juli 2022, setelah jeda dua tahun.

Waspada Varian COVID-19

Ilustrasi virus corona, COVID-19, Long COVID
Ilustrasi virus corona, COVID-19, Long COVID. (Photo by kjpargeter on Freepik)

Beralih ke pandemi COVID-19, sejak awal Juni, kurva kasus harian COVID-19 di Indonesia perlahan mengalami kenaikan. Hal tersebut diakibatkan oleh masuknya subvarian Omicron terbaru yakni BA.4 dan BA.5.

Kenaikan kasus konfirmasi harian tersebut juga telah melewati angka dua ribu dalam satu hari, tepatnya 2.068 tambahan kasus pada Jumat, 24 Juni 2022.

Namun jika berpaku pada landasan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Indonesia sebenarnya masih masuk dalam kategori negara dengan pandemi COVID-19 yang terkendali.

"Kenaikan kasus konfirmasi harian sudah mencapai 2.000an kasus per hari. Batas atas Level 1 WHO adalah 7,800 kasus per hari," ujar Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin seperti dikutip melalui keterangan resmi yang diterima Health Liputan6.com, Minggu (26/6).

Budi menjelaskan, reproduction rate nasional di Indonesia juga masih terkendali yakni dibawah satu persen. Begitupun dengan positivity rate secara nasional yang masih terkendali meskipun terpantau mengalami kenaikan.

Saat ini, positivity rate secara keseluruhan di Indonesia masih berada dibawah lima persen yakni 3,61 persen. Hanya terdapat dua provinsi dengan positivity rate di atas lima persen yakni Jakarta dan Banten.

Berdasarkan data terakhir pada Sabtu, 25 Juni 2022, Bed Occupation Rate (BOR) rumah sakit serta jumlah pasien yang dirawat akibat COVID-19 juga telah mengalami kenaikan.

"Jumlah orang yang dirawat hari ini adalah 1.562, naik dari hari sebelumnya (1.512)," kata Budi.

Sebelumnya, Omicron BA.4 dan BA.5 pertama kali terdeteksi pada satu WNI dan tiga WNA di Bali. Sejauh ini, sudah terdeteksi 143 pasien di Indonesia dengan dua subvarian Omicron tersebut. 

Prediksi BA.4 dan BA.5 di Indonesia

Anak Usia 6 Bulan Hingga 5 Tahun Akhirnya Diizinkan Vaksinasi Pfizer dan Moderna
Ilustrasi vaksin COVID-19. (Sumber foto: Unsplash.com).

Seperti diketahui, varian BA.4 dan BA.5 pertama kali diamati di Afrika Selatan. Munculnya varian tersebut juga menyebabkan terjadinya kenaikan kasus COVID-19 di negara-negara lainnya. 

Berdasarkan data dari Afrika Selatan sendiri, puncak kasus BA.4 dan BA.5 ada pada kisaran 30 persen dari puncak Omicron varian sebelumnya. Di Indonesia, puncak Omicron ada pada angka 58 ribu kasus. Sehingga estimasi puncak varian BA.4 dan BA.5 di Indonesia adalah 17.400 kasus.

"Dengan puncak fatality di kisaran 10 persen dari puncak Omicron (sebelumnya)," kata Budi.

Sedangkan, puncak kasus juga akan terjadi pada 30 hari sejak pertama kali varian BA.4 dan BA.5 ditemukan bila mengacu pada kondisi Afrika Selatan. Maka bila mengikuti pola tersebut, puncak kasus di Indonesia akan tercapai pada minggu kedua dan ketiga bulan Juli 2022 di Indonesia.

Omicron juga saat ini menjadi varian yang dominan di Indonesia dengan 10.100 kasus (transmisi lokal 7.082 dan PPLN 2.425) secara keseluruhan hingga Sabtu, 25 Juni 2022.

Infografis Gejala dan Pencegahan Covid-19 Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Gejala dan Pencegahan Covid-19 Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya